34. Peringatan

103 15 30
                                    

Sea berdiri didepan pintu gerbang yang bangunannya menjulang tinggi, gadis itu menghela nafas saat teringat Langit pernah membawanya ketempat ini, senyuman ramah mama Langit terngiang di pikiran Sea, wanita itu benar benar sangat baik, Sea sampai sekarang masih tidak percaya mama Langit akan pergi secepat itu, Sea sangat beruntung pernah bertemu dengannya.

Sea menekan bell yang ada di dekat gerbang, beberapa kali gadis itu menekan bell itu, hingga keluarlah seorang penjaga membuka cela kecil untuk melihat siapa yang memencet bell.

"Ada yang bisa saya bantu nona.." ucapnya menatap Sea dari cela kecil yang dia buka.

Sea sedikit menunduk, "bisakah saya bertemu dengan kak Angkasa, saya ada perlu.." balas Sea dengan senyum ramah.

"Bisa saya tahu anda siapa..?" Tanyanya lagi.

"Saya Sea, bilang saja teman Langit..".

Setelah mengatakan itu, penjaga itu pergi, dan tak beberapa lama pintu gerbang dibuka yang menampilkan lelaki yang Sea cari, Angkasa sendiri yang membuka pintu gerbang itu, matanya tampak mencari sosok lain.

"Kamu sendiri Sea..?" Tanya Angkasa, lelaki itu berharap adiknya ikut bersama Sea.

Sea mengangguk, "sebenarnya ada hal penting ya Sea mau bicarakan ke kak Angkasa, apa kakak dan Langit sedang ada masalah..?" Sea tampak penasaran melihat wajah Angkasa.

Angkasa tersenyum tipis ke arah gadis itu, lelaki itu dengan cepat menggeleng, "tidak ada, silakan masuk Sea, kita ngobrol didalam.." ajaknya.

Sea mengangguk dan mengikuti langkah lelaki itu masuk kedalam, Angkasa mengajak Sea untuk mengobrol diruang tamu, Sea duduk disofa, sembari menunggu Angkasa yang katanya mengambil minum untuknya.

"Kakak ga bisa buat minum ya enak, semoga Sea suka.." Angkasa datang membawa satu gelas jus semangka untuk Sea, lelaki itu meletakkannya di atas meja.

"Makasih kak.." ucap Sea tersenyum tipis.

Angkasa mengambil duduk tak jauh dari Sea, "apa yang ingin kamu bicarakan Sea..?" Tanyanya menatap Sea. Melihat gadis itu jauh jauh kemari, sepertinya sangat penting, pikir lelaki itu.

Sea menghela nafas beberapa saat, kemudian menatap Angkasa dengan serius, "Ini tentang Kak Reina..".

Deg!

Jantung Angkasa berdegup kencang saat nama itu terdengar ditelinganya, Angkasa merasa tercekat ditempat.
"Darimana kamu tau tentang Rei.."

"Kak.., ini bukan cuma tentang kak Reina, tapi tentang keluarganya.." Sea memotong perkataan Angkasa.

Angkasa menatap Sea dalam, lelaki itu diam ditempatnya masih enggan mengeluarkan suara.

"Pertama, Sea mau tanya, kenapa kakak pergi setelah bilang kalau kak Reina dibunuh seseorang, kenapa kakak pergi gitu aja padahal kakak adalah orang yang mengatakan itu, apa kakak tau akibat dari perkataan kakak yang ga bertanggung jawab.." Sea menekan setiap kata demi kata yang ia ucapkan tepat didepan Angkasa.

"Kamu gak tau apa apa Sea..."

"Kakak yang ga tau apa apa, kakak tau keluarga kak Reina hancur, papanya meninggal karena depresi memikirkan nasib malang putrinya, dan sekarang adik dan ibunya tinggal berdua, mereka tinggal berdua apa kakak tau..!" sentak Sea, gadis itu sedikit meninggikan suaranya.

Angkasa menelan salivanya dengan suasah payah, otaknya masih mencerna ucapan yang keluar dari mulut Sea. "Kakak tau mereka tinggal berdua sekarang, tapi kakak ga tau tentang papanya.." suara Angkasa begitu pelan, matanya berair sekarang.

"Jawab Sea kakak dimana-"

"Aku koma Sea..!" Angkasa berteriak, matanya mengeluarkan air mata, suara yang sedari tadi ia tahan akhirnya ia keluarkan dengan susah payah, rahasia yang lelaki itu tutup rapat rapat selama ini yang sama sekali tidak ingin ia beritahu pada siapapun akhirnya ia buka pada gadis dihadapannya.

Sky And Sea | Lee Jeno (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang