Enam

124 22 5
                                    

"Jelasin ke kita ada hubungan apa lo sama bagiannya Langit" Argan terlihat penasaran, matanya mengintimidasi Sea yang mendongak menatapnya dengan bibir terlipat rapat.

Tuk!

"Lo apaan sih begitu, kasian Sea ketakutan gitu!" Marah Andin memukul kepala Argan dengan sendok bersih ditangannya.

"Aish yang sakit..." ringis Argan yang kembali duduk dengan mulut manyunnya.

"Hm, gue ga ada apa apa kok sama mereka" ucap Sea yang akhirnya buka suara.

Alis Raya terangkat sembari kedua tangannya bertopang pada dagu"terus tadi kok si-"

"Ck saha tadi yang nyapa Sea" Raya beralih nepuk pundak Argan soalnya ia lupa siapa nama temen temennya Langit. Maaf mereka ga sepenting itu untuk Raya hapal nama namanya.

"Endro" sahut Argan.

"Hah iya Endro,nyapa lo..?" Tanyanya dengan mata memicing.

Sea menatap cewek itu dengan wajah santainya"kebetulan gue ketemu pas dikoridor, dia ngaja kenalan--"

"Wiih modus tuh" sambung Argan heboh.

Andin menatap cowoknya tajam, Argan langsung ciut dan kembali fokus dengan makanannya.

"Jangan ditanggepin Sea, ga usah deket deket sama mereka" Raya bersuara.

Sea hanya mengangguk kemudian ia kembali fokus pada makanannya.

~~~

Sea berdiri di dekat gerbang sekolah, setelah berpisah dengan Raya, Argan dan Andin cewek itu memilih berdiri disana. Sea menunggu jemputan, katanya Biru akan menjemputnya tapi sudah hampir setengah jam lebih Sea berdiri mobil kakaknya itu belum terlihat juga.

Sea merogoh ponselnya dan langsung membuka benda pipih itu dan mengotak atiknya, Sea mencoba menelpon kakaknya.

"Halo kak"

"Sea, kena- astaga!" Pekiknya tiba tiba.

Sea menjauhkan ponselnya sesaat dari telinganya, sungguh Biru berteriak sangat kencang disebrang sana.

"Katanya kakak mau jemput, Sea udah nunggu hampir setengah jam" dengusnya.

Biru menepuk nepuk jidatnya merutuki kebodohannya karena melupakkan adiknya, ah ini karena gadis yang ia tabrak tadi hendak pulang. Jadi ia buru buru lari dan menahan gadis itu.

"I'm sorry Sea I forgot"

Ucapan kakaknya itu berhasil membuat cewek itu mencebik kesal.

"Kau seharusnya tidak jadi dokter Biru, aku akan pulang sendiri!" Bentaknya kemudian memutus sambungan secara sepihak.

Sea langsung memasukkan ponselnya kedalam saku, Sea tak memperdulikan getaran berulang kali yang ia rasakan. Pasti Biru panik sekarang, biarlah Sea ngambek dengan kakaknya itu.

Sea memilih berjalan ke arah halte, ia memilih untuk naik taksi saja. Saat mobil berwarna biru itu berhenti tepat setelah Sea mengulurkan tangannya, cewek itu langsung masuk dan menjawab pertanyaan sang supir taksi hendak diantar kemana.

"Pak,berhenti disini saja" ucap Sea tiba tiba.

Mobil itu berhenti.

"Tapi masih jauh lagi neng..?" Tanya bapak itu sedikit heran.

Sea tersenyum tipis dan merogoh sakunya untuk mengambil uang.
"Saya mau mampir pak, ini ongkosnya"

"Kembalian-"

"Buat bapaknya, makasih ya pak" Sea menganggukkan kepala sopan dan hendak bergegas keluar taksi.

"Terima kasih banyak neng" ujarnya tersenyum hangat, yang dibalas senyumman juga oleh Sea.

Sky And Sea | Lee Jeno (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang