33. Someone

103 16 38
                                    

Langit yang baru menginjakan kakinya di markas dikagetkan oleh teriakan Handra yang secara tiba tiba datang dari arah belakang, cowok itu tampak menangis dan langsung memeluk Langit dengan erat.

"Ngit..." Handra menangis.

Narenda dan Rendi yang juga datang bersama Handra hanya menatap dengan sendu, mereka merasa bersalah karena tidak mengetahui perihal mama Langit, jika Sea tidak cerita pada Narend, mungkin mereka tidak akan tahu.

"Kenapa sih.."Langit melepaskan pelukkannya dari Handra, ia menatap dengan heran Handra yang banjir air mata.

"Kita turut berduka cita, sorry kita ga datang ke pemakamannya nyokap lo, serius Ngit, kita ga tau.." suara Rendi pelan.

"Kenapa sih lo ga ngabarin kita, lo anggap apa cobak kita kita ini.." sengit Narend menatap Langit.

Langit menghela nafas beberapa saat, kematian mendadak mamanya memang membuat Langit tidak bisa berpikir jernih untuk saat itu, cowok itu benar benar diselimuti kesedihan, dan tidak kepikiran untuk memberitahu siapapun terutama sahabatnya.

"Sorry.." ucap Langit dengan helaan nafas dibibirnya.

Narend langsung memeluk sahabatnya itu dengan erat, tangan Narend mengelus elus punggung lebar Langit, Handra ikut nemeluk dari samping, sedangkan Rendi hanya mengelus bahu Langit dengan senyuman sendunya.

Mereka bertiga berusaha menghibur Langit, menghibur sahabatnya agar setidaknya melupakan kesedihannya.

"Lo mau makan apa, biar gue beliin"

"Ga perlu"

"Udah bilang aja Ngit, kuras habis Narend.." ucap Rendi dengan tawa lebarnya.

"Rela deh gue rela..".




.




Sea menahan lengan Raya yang hendak berlalu darinya, secepat kilat Raya mencekal tangan Sea dan berlalu dari hadapan Sea, Sea benar benar sedikit kaget karena Raya sampai semarah itu padanya, bahkan saat Sea ingin mengajaknya bicara pun gadis itu enggan.

"Argan.., kamu juga marah sama aku.." suara Sea memanggil Argan yang melewatinya.

Argan berhenti melangkah, cowok itu tampak menghela nafas sedikit frustasi sembari mengusap wajah dengan kasar, kemudian menghadap Sea sekarang.

"Gue ga tau Sea, disisi lain gue sahabatnya Raya, dan disisi lain juga gue sahabat lo, jadi gue harus gimana.." hela Argan dengan wajah tertekuk lesu.

Sea menatap Argan beberapa saat, sebelum akhirnya gadis itu berjalan mendekati Argan, dan membuka mulutnya, "aku mohon sama kamu, tolong kasih tau aku, menyebab Raya membenci Langit, aku tanya sama Langit, tapi dia juga ga tau kenapa, awal masuk SMA Langit emang ga pernah bicara dengan Raya" tatap Sea dengan serius.

"Please Argan.., cuma kamu yang tahu, mungkin dengan ini, semua kesalahpahaman bisa terselesaikan, kita bisa selamatkan persahabatan kita.." ujar Sea, ia berusaha meyakinkan Argan.

Argan menghela nafas dan akhirnya mengangguk, "gue bakal cerita, kita ajak Andin sekalian biar kalian berdua tahu, selama ini Andin juga selalu ngedesak gue buat cerita, gue ga peduli setelah ini Raya juga bakalan benci sama gue, gue cuma mau nyelamatin persahabatan kita.." ucap Argan.

Sea menganggukkan kepalanya, gadis itu menepuk bahu Argan dan tersenyum tipis, segera mereka berdua berjalan menuju kelas Andin, mungkin gadis itu sudah menunggu kehadiran Argan untuk menjemputnya.


Mereka bertiga sudah duduk disalah satu caffe tak jauh dari area sekolah, wajah Argan mulai serius, Sea dan Andin memperhatikan dengan seksama menunggu cowok itu buka suara.

Sky And Sea | Lee Jeno (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang