12. Peringatan!

140 20 8
                                    


"Kamu harus bahagia dulu, sebelum memikirkan kebahagian orang lain"
~Sea









Sea tengah mengobrol dengan kedua sahabatnya Argan dan Raya sembari menunggu guru yang akan mengisi pelajaran mereka hari ini.

"Si Ambis tumben ga keliatan, biasanya sebelum fajar menyingsing tuh manusia udah nangkring di sono" ucap Argan yang menatap kursi Langit yang kosong.

Kedua gadis itu beralih menatap arah pandang Argan, ya memang benar kursi itu tak berpenghuni padahal jam sudah menujukkan pukul delapan lewat.

"Depresot kali" celetuk Argan.

"Hus, ga boleh ngomong gitu" ucap Sea menggeleng.

"Udahlah ngapain coba bahas dia ga penting" Raya mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

Sea hanya diam ia kembali mendengarkan Raya dan Argan berceloteh.

"Tarik aja bor!".

Handra yang sudah habis kesabaran terus mendorong Rendi untuk segera menyeret Langit ikut bersama mereka menuju kelas.

Ketiganya saat ini berada di markas yang ada di rooftop sekolah, ya ruangan yang tidak terpakai itu sudah di alih fungsikan oleh mereka berempat menjadi basecamp.

"Ayo lah ngit, lo biasanya anti bolos bolos club" ucap Rendi masih berusaha membujuk.

Langit hanya diam dengan mata yang terpejam dan punggung yang menyender nyaman di sandaran sofa.

"Kalian kalau mau ke kelas pergi aja, gue disini aja" sahutnya dengan suara pelan.

Kedua cowok itu saling liat liatan.

"Gue ngeri lu gantung diri" celetuk Handra.

"Geblek, lo kalo ngomong gitu si Langit malah kepikiran mau gantung diri anj" kesal Rendi mendorong kasar tubuh bongsor Handra.

"Gue ngomong apa adanya, kan dia lagi depresot"

"Siapa bilang gue depresi" sentak Langit yang bangun dan mulai duduk tegak, jangan lupakan tatapan mautnya yang tertuju pada Handra.

"Pait pait pait" ucap Handra menepuk nepuk mulutnya.

"Mampus lu!" Ucap Rendi dengan senangnya.

"Mending kalian pergi, gue lagi pengen sendiri" ucap Langit sengit.

Karena tak mau menjadi sasaran empuk ke badmoodtan Langit, keduanya memilih pergi. Mereka yakin Langit masih waras untuk tidak melakukan hal konyol seperti yang mereka pikirkan.

Selepas kepergian Rendi dan Handra, Langit kembali termenung menatap lurus dengan tatapan kosong.

"Semua jadi kacau gara gara tuh cewek!" Kesal langit.

Brak

Langit menendang meja dengan kasar, bayangan saat nama Sea yang dipanggil saat pengumuman itu terus terlintas di otak Langit.

"Sea.."

~~

Kantin ramai di isi oleh para siswa siswi yang ingin mencari tenaga untuk mengisi energi setelah berjam jam pelajaran. Tak terkecuali ke empat orang yang sudah duduk manis di kursinya masing masing, makanan pun sudah tersaji di hadapan mereka.

Sky And Sea | Lee Jeno (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang