26. Kecewa

126 19 21
                                    

"Do you want to kiss"

Deg!

Sea yang mendengar itu langsung mundur seketika, mata gadis itu terlihat membulat dengan sempurna dan nafasnya terasa tertahan di dada.

"Mundur!" Sea memekik saat Langit terlihat mendekattinya yang sudah duduk di ujung.

Cowok itu menarik bibirnya membentuk senyuman jahil, saat melihat Sea yang ketakutan sambil menutupi bibirnya dengan kotak obat yang berada di tangannya.

"Aaak" Langit meringis saat sudut bibirnya terasa perih. Cowok itu memegangi ujung bibirnya sambil masih melihat ke arah Sea.

"Senyum terus senyum yang lebar, biar ujung bibirmu robek" cibir Sea yang langsung berdiri dari duduknya.

Sea segera berlari meninggalkan Langit yang masih duduk di tempatnya, gadis itu langsung menutup pintu rumah dengan rapat. Sea berdiri di daun pintu sembari memegangi dadanya.

"Sea tarik nafas, buang" gumamnya berusaha menormalkan deru nafasnya, yang memburu.

Gadis itu mencoba mengintip Langit dari jendela, terlihat cowok itu yang sudah tidak ada lagi di tempatnya. Saat Sea hendak membuka pintu lagi, tiba tiba ponselnya berbunyi tanda pesan masuk.

Human nyebelin

|Gue balik, thanks obatnya.


Sea menghela nafas lega dan buru buru berjalan menuju kamarnya, Sea meletakkan kembali kotak obat di tempat semula dan berjalan menuju kamarnya.

Gadis itu duduk di pinggi ranjang, sambil mengingat kejadian yang barusan terjadi.

"Do you want to kiss"

Sea menggeleng cepat kala ucapan itu kembali terlintas di otaknya, apakah Langit sudah gila, atau dia mabuk, bisa bisanya cowok itu dengan santai mengatakan hal seperti itu. Sungguh Sea tidak habis pikir.

"Sadar Sea ayo sadar!" Tekan gadis itu sambil mengusap wajahnya frustasi.

Sungguh Langit benar benar tidak waras.

Sea langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan menarik selimut hingga menutupi wajahnya, gadis itu memilih segera tidur sebelum pikirannya melayang kemana mana dan terus mengingat perkataan cowok itu.


~~


Langit mendudukan dirinya di markas yang disana ada Handra dan juga Rendi yang sibuk bermain biliar. Keduanya langsung menoleh ke arah Langit yang terlihat duduk di sofa panjang tak jauh dari mereka. Rendi menghentikan permainannya dan menghampiri Langit yang sudah baring dengan mata terpejam.

"Muka lo kenapa..?" Rendi sedikit kaget melihat kondisi wajah Langit yang banyak plaster dan lebam hampir di seluruh wajah.

"Berantem apa di pukuli..?" Tambah Handra yang ikut bertanya.

"Di pukuli" sahut Langit masih dengan matanya yang terpejam.

"Siapa yang mukulin lo, kasih tau ke gue, Ngit!" Handra langsung mengambil duduk di samping Langit sembari menggoyang goyangkan tubuh cowok itu dengan kasar.

"Sakit..!" Desis Langit dengan matanya yang sudah terbuka dan sekarang menatap tajam mata Handra.

"Hehe, sorry" ucap Handra yang cengir.

"Siapa yang mukulin lo Ngit, kasih tau kita..?" Tanya Rendi dengan serius.

Langit menghela nafas beberapa saat.
"Sepupu gue" sahutnya yang terlihat tidak berminat membahas hal itu lagi.

Sky And Sea | Lee Jeno (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang