Tujuh

148 24 11
                                    

"Maaf karena merepotkan anda" ucapnya sopan saat berdiri dihadapan lelaki yang mengantarkannya pulang.

Biru tersenyum tipis"ga ngerepotin, malah saya yang harus minta maaf ke kamu karena kecerobohan saya hampir saja kamu celaka" sesal Biru.

Naya mengulum bibir"Tidak masalah, karena saya baik baik saja" ucap Naya dengan senyum tipis dibibir.

Biru mengangguk.

"Kalau gitu saya permisi, jika kamu butuh sesuatu jangan sungkan menghubungi saya" tekan Biru.

Naya tertawa kecil sambil menganggukkan kepalanya.

"Iya, terima kasih banyak"

Biru mengangguk dan berjalan kembali menuju mobilnya, Naya terus mengulas senyum sampai mobil lelaki itu berjalan menjauh darinya.

Naya menghela nafas sesaat dan senyum mungil terpatri dibibirnya, sambil membayangkan senyum dan mata teduh milik lelaki tadi Naya jadi terdiam mematung ditempat.

"Astaga Naya, apa apaan kamu ini" rutuknya memukul pelan dahinya sendiri.

Naya menggeleng gelengkan kepalanya berusaha menyadarkan diri, dengan tawa singkat mengiringi.

"Jangan mimpi Naya, kan lucu kalo lo jatuh" ucapnya sembari berjalan masuk kedalam rumahnya.

~~~

Biru memarkirkan mobilnya didalam garasi rumah, dengan langkah tergesa lelaki itu memasuki rumah dan berjalan cepat menuju ruang tengah.

Disana hanya ada bundanya yang sedang menonton televisi bersama papanya yang sibuk dengan ponselnya.

"Biru" wanita itu sedikit kaget melihat anaknya yang masuk dengan nafas memburu.

"Kamu kok pulang, tidak shif malam..?" Lelaki parubaya itu ikut bersuara.

Biru menggeleng"Biru jaga siang tadi" ucapnya sambil berusaha mengatur nafasnya yang ngos ngosan.

"Kamu kenapa..?" Bunda tampak khawatir.

"Sea mana..?" Bukannya menjawab Biru malah balik bertanya sambil matanya mengedar ke segala sisi ruangan.

"Dikamar..? Kenapa..?" Bunda sedikit penasaran.

"Dia ngambek ga sama Biru bun"

"Bunda ga tau, coba deh kamu liat, tadi sih biasa aja anaknya ga ada gelagat kalo ngambek" tukas sang bunda.

Biru mengangguk sedikit bernafas lega, tapi tidak terlalu lega karena ia masih mempraduga. Biru pun berjalan meninggalkan ruang tengah menuju kamar Sea.

Tok..tok..tok..

"Sea...."

Tidak ada sahutan, Biru memegang knop pintu dan berusaha menarik pintu yang ternyata tidak terkunci itu.

"Sea... kakak masuk yaa" ucapnya sambil sedikit membuka pintu dan mengintip ruangan yang kelihatan gelap hanya lampu belajar yang terlihat menyala dengan buku yang terbuka lebar diatas meja, tapi anehnya tidak ada Sea duduk dikursinya.

"Sea.." Biru masuk kedalam kamar dan menutup pintu dengan pelan.

Matanya tertuju pada ranjang Sea yang terdapat sang empu disana, seluruh tubuhnya tertutup selimut yang terlihat berantakkan. Biru tertawa kecil melihat Sea yang sepertinya pura pura tidur untuk menghindarinya.

Biru naik keatas ranjang dan mengambil tempat disamping Sea, ia tidur dan menghadap adiknya yang membelakangi tubuhnya.

"Ngambek ya"

Sky And Sea | Lee Jeno (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang