24. Terluka

112 18 26
                                    

Kaivan memasuki rumah dengan langkah berdentum dentum, wajahnya begitu panas dan tangannya masih terkepal dengan kuat. Cowok itu tampak berjalan menuju kamarnya, bahkan saat mamanya menyapa Kaivan mengabaikannya.

"Kaivan nak" wanita itu mencoba mengejar anak lelakinya yang sudah berlalu.

Brak!!

Suara bantingan pintu membuat wanita itu tercekat, ia langsung berjalan dengan cepat menggendor pintu kamar Kaivan yang terkunci dari dalam sekarang.

"Kai, buka, kamu kenapa..!" Teriak wanita itu dari luar yang masih menggedor pintu kamar Kaivan.

Tidak ada sahutan dari dalam, hanya samar wanita itu mendengar ada barang barang jatuh dan juga suara teriakkan.

"Kaivan! Buka ga! Mama dobrak ini ya!" Teriak wanita itu mulai panik.

"Tinggalin Kaivan ma!" Suara itu terdengar dari dalam.

"Kaivan!"

"Mama pergi atau Kaivan yang pergi! Kiavan pengen sendiri!" Bentaknya kasar hingga terdengar oleh sang ibu.

Wanita itu menghela nafas beberapa saat, ia memilih untuk diam dan tetap berdiri di depan pintu sembari mendengarkan teriakkan serta amarah sang putra dari luar.

Di dalam kamar terlihat keadaan kamar yang gelap serta berantakan, barang barang yang cowok itu lempar asal tadi mengenai kaca dan membuat serpihan kaca jatuh ke lantai.

"Kenapa selalu dia yang menang, kenapa bukan gue....!!" Teriak Kaivan tidak terima, cowok itu kembali membanti barang barang yang ada di sekitarnya.

Hingga satu senyum licik mengembang di bibir Kaivan, pantulan dirinya di dalam cermin yang retak membuat cowok itu segera tersadar bahwa hal yang ia lakukan saat ini sangat sia sia.

"Kenapa gue ga lampiasinnya secara langsung" seringai Kaivan.

Cowok itu segera mengambil ponselnya yang berada di saku dan mencoba menelpon seseorang yang langsung tersambung tak menunggu waktu lama.

"Ngapain lo nelpon!" Suara cowok di sebrang terdengar sarkas.

Kaivan belum menyapa padahal.

"Gue ga mau basa basi, gue mau ketemu sama lu" ucal Kaivan yang terlihat memutar mutar serpihan kaca di lantai.

"Gue sibuk sorry-"

"Kalau menyangkut Sea lo masih sibuk..?" Tanya Kaivan.

"Ngapain lo bawa bawa cewek gue!"

"Gue tunggu besok pagi di gudang deket sekolah lu"

Pip!

Kaivan langsung menutup sambungan telepon itu dan membuang ponselnya asal. Kaivan tersenyum senang, mungkin saja cowok itu akan lebih brutal dari biasanya karena sungguh ia sangat membenci Langit.

Kaivan bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu utama, cowok itu tercekat saat membuka pintu berdiri mamanya yang sudah menatapnya dengan khawatir.

"Kaivan.." lirih sang mama yang hendak memegang pipi anak lelakinya.

Kaivan segera memalingkan wajah.

"Kaivan laper mau makan" ucap cowok itu yang berjalan meninggalkan mamanya yang masih berdiri di tempat.

Wanita itu menghela nafas saat melihat kondisi kamar anaknya yang begitu sangat berantakan, segera wanita itu memanggil asisten rumah tangganya untuk membersihkan kamar Kaivan.

~~

Angkasa sedang tiduran di kamar adiknya sambil bermain ponsel, sedangkan Langit tampak duduk di kursi meja belajarnya dan terlihat begitu sibuk membolak balikkan bukunya.

Sky And Sea | Lee Jeno (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang