Ang | 16

19 1 0
                                    

masih dalam cerita flashback 
selamat membaca.










Pagi hari, kelas yang dihuni Angkara. Sangat ramai, karena ada beberapa poster yang terpajang di Mading. Beberapa teman kelas Angkara, berbicara nyaring dan berbisik-bisik antar kelompok masing-masing circle yang ada dikelas.

Ila yang disebelah Angkara hanya diam, membolak-balik kertas buku Angkara. Mengkoreksi jawaban Ang, mencari yang salah. Itu sudah menjadi kebiasaan dari Ila, saat ada tugas. Jika keras kepala Angkara muncul, memaksa mengerjakan sendiri. Tanpa bantuannya, membuat Ila bekerja dua kali. Namun Ila tetap melakukannya. Meskipun menyebalakn, Angkara tetap menjadi anugera terbaik di dalam hidup Ila.

Angkara menyembunyikan kepalanya di meja, melindungi dengan tangannya. Berniat ingin tidur, karena terlalu berisik. Sikap acuh terhadap keramaian, memang salah saty kebiasaan sifat Angkara yang tidak akan pernah berubah. Akibat ingin melindungi Ila.

Tiba-tiba ada yang mengelus lembut rambutnya, Ang mendangak melihat tangan siapa yang mengelus rambutnya. Ternyata yang ia dapatkan adalah tangan Ila, wajahnya yang tersenyum sangat manis.

"Nih udah selesai, betul semua. Aku bahagia ngeliat kamu, rajin. Jangan sekali-kali ya, harus terus-menerus. Kamukan mau ngegantiin ayah kamu" ujar Ila yang sedikit menasehati Angkara, mengingatkan kembali bahwa Angkara adalah pewaris tunggal perusahaan Ayahnya.

Dibanding siapa pun itu, Angkara akan mendengarkan secara serius setiap perkataan Ila. Entah itu penting, atau tidak. Angkara akan tetap mendengarkan, dan melakukan apapun yang Ila katakan. Walaupun terkadang ada yang membuatnya lupa apa yang Ila lontarkan, seperti saat Angkara di perintah Mamahnya untuk membelikan bahan dapur.

Ila melihat manik mata Angkara, sangat dalam. Ada sesuatu yang sangat serius, ingin dirinya pintah kepada Angkara.

Angkara yang tau, gerak-gerik Ila dari dulu. Berkata, " ada apa? Bilang aja. Kamu minta apa?"

"Eh-eh..." Ila sedikit gelagapan, hampir saya lupa. Bahwa Ang, tahu kebiasaannya jika ingin mengatakan sesuatu. Meminta satu hal, pasti akan melihat manik mata lawan bicaranya, sangat dalam.

Ila memalingkan pandangannya, ke luar jendela kelas. Berusaha agar tidak ketahuan oleh Angkara, menyembunyikan sesuatu. Permintaannya.

Melihat Casandra yang berjalan ingin memasuki Kelas, dari arah jendela membuat Ila merasa Lega. Pengalihan topik, yang tadi sedikit hampir ketahuan sebelum Ila mengatakan permintaannya.

Melihat gerakan Casandra sampai masuk kelas, dan Casandra pun menyapa Ila.

"Haii La, udah tahu info baru?" Tanya Casandra pada Ila.

"Belum, emang ada apa?" jawab Ila penasaran.

"Akan ada pentas seni, memperingati hari ulang tahun sekolah kita. Satu bulan lagi, katanya akan ada alumni juga" ujar Casandra.

Angkara yang mendengar info dari Casandra tidak peduli, hanya menatap Ila. Ada manik mata, yang sudah menahan ketakutan disana. Angkara sangat ingin menyingkirkan Casandra dalam hidup Ila. menyusahkan!!!.

Ila tersenyum terpaksa takut jika Casandra sakit hati, jika tidak ditanggapi secara gembira, tidak ada yang spesial jika di keramaian. Angkara tahu itu tapi tidak dengan Casandra.

Ila sangat menghindari keramaian, ada kisah kelam di dalamnya. terjadi sudah bertahun-tahun silam, jika di taman bermain pun. Angkara dan Ila akan duduk di tempat yang jauh. Meneduh, menunggu taman bermain benar-benar sepi. Barulah, Angkara menarik tangan Ila. Untuk bermain bersama.

"La, gak mau nyumbang buat pentas? Suaramu loh bagus banget, merdu." Tanya Casandra.

Angkara langsung menepuk kasar meja, dengan keras didepan Casandra. Sampai seluruh anak di kelas, menatap ke arah meja Angkara.

ANGKARA | OngoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang