Ang | 27

9 1 0
                                    

Play : Take me - Miso

hati-hati, gitu aja jatuh

Angkara



































Casandra menjaga stan bazar makanan kelasnya, disamping tiang listrik dekat lorong menuju kantin. Kelas Angkara memang menempatkan stan bazarnya disana, tempat yang cukup strategis. Beberapa adik kelas dan juga kakak kelas berkunjung dan membeli. Dengan syarat berfoto dengan ketua kelas salah satu sang must wanted disekolah. Rupa menawan dan finansial mulus seperti air terjun. Itu adalah alasan, banyaknya anak perempuan seangkatan atau pun tidak seangkatan, mengidolakan ketua kelas XI IPS 4.

Angkara hanya duduk dibelakang stan, menjadi staf keamanan. Ila pun duduk disebelahnya menjadi bendahara dan juga orang yang mendesain stan bazar kelas. Jadi sekarang Ila hanya bersantai menikmati hasil kerjanya dua hari lalu. Hasil peringkat dan nilai ujian nanti siang akan muncul di mading sekolah.

Angkara sudah siap, berombongan dengan anak-anak lain untuk melihat nilai Ila dan memfoto agar Ila tidak berdesakan dengan anak-anak lain.

Dikta datang dari kantin, membawa lima botol air mineral dingin yang akan dibagikan untuk anak kelas yang berjaga di stan makanan mereka.

Angkara yang selalu membututi Ila, Ila yang sedang menulis keluar masuknya keuangan, Casandra yang menjaga stan makanan. Dan juga ketua kelas yang menjadi maskot menjadikan dirinya sebagai artis dadakan.

"Ang, nih, minuman lo" ujar Dikta kepada Angkara sambil memberikan satu botol air mineral.

"Dua" ucap Angkara tanpa melihat Dikta.

"Apaan dua?" Tanya Dikta kebingungan.

"Air mineral, sekalian Ila juga"

Dikta sewot malah memberikan sendiri kepada Ila yang sedang fokus menulis. Menepuk pundak Ila, lalu hendak memberikan botol minumannya kepada Ila.

Angkara mendorong menjauh, dan mengambil botol itu dari tangan Dikta secara paksa.

"Dah sono, ganggu aja lo" tegas Angkara sambi

"sewot amat mas" ujar Dikta dan langsung pergi tanpa pamit.

Setelah beberapa jauh berajalan menuju kelas, barulah Ila teriak kepada Dikta "MAKASIH DIK!!!"

Casandra yang dari tadi menjaga bazar juga menuangkan berbagai jus yang di pesan pembeli, mengemasnya juga dalam botol minuman lalu di cap. Membuatnya sedikit kelelahan, dirinya yang ingin meminum air mineral memberikan DIkta saja belum sempat sama sekali, padahal tenggorokannya sangat kering. 

Saat ini juga, cuacanya sangat panas dari mulai jam sembilan tadi. Beruntungnya Casandra tidak seberuntung Ila yang dikipasi oleh kertas yang dilakukan Angkara. Betapa perdulinya Angkara bukan kepada ila?

Casandra saja sampai tidak dipedulikan atau mungkin Angkara lupa bahwa di sini masih ada dirinya. Sungguh hanya sebagai figuran, sosok Casandra hanya seperti udara tidak terlihat namun selalu berada di sekitar Angkara.

Tidak bisakah Angkara merasakan keberadaannya?

Tidak adanya pembeli membuat Casandra mengeluarkan nafas panjang, menaruh wajahnya di dagu membuat raut wajahnya semakin jelas bahwa dirinya sedang tidak mood untuk terus berada di sini melihat Angkara yang menjaga Ila bak harta karun. Padahal beberapa menit lalu pembeli banyak sampai Casandra kelelahan saat ini sudah sangat sepi, di depannya hanya beberapa anak kelas lain bermain sepak bola. Entah kemana juga, ketua kelas juga ikut menghilang saat kerumbunan pembeli mulai sedikit.

ANGKARA | OngoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang