Ang | 19

18 2 0
                                    

ini yang membuat aku, gak bisa jauh dari kamu.













Angkara sudah membersihkan semua piring-piring kotor disana yang bertumpuk, saat mengelap tangannya Angkara ingin melihat keadaan Ila. Namun matanya melotot saat mengetahui dibangku, sudah kosong. Ila tidak ada disana, menunggu Angakara.

Angkara kalang kabut, Ketua kelas yang baru saja datang kembali sesudah mengambil air bersih. Angkara langsung mengambil kerah baju seragam Ketua kelas dengan sangat keras. Melampiaskan amarah kepada ketua kelas.

ketua kelas kebingungan amarah Angkara sudah memuncak, "Ang, kenapa? Ada apa?"

"Mana Ila Anjing!!!!" Tegas Angkara sudah dengan emosi, tidak bisa menahan dirinya untuk sabar.

"Gue gak tahu, Lo tau sendiri. Gue baru aja Dateng dari ambil air" jawab Ketua kelas yang sudah ketakutan.

"Bangsat!!!"

Angkara langsung berlari keluar kelas, mencari keberadaan Ila.

Angkara menemukan novel Ila yang tergeletak dilantai, pikiran Ila sudah dipenuhi kekhwatiran. Angkara takut jika panik berlebihan Ila atas keramaian kambuh, saat tidak ada dirinya.

Mengambil novel yang terjatuh, kemudian kembali berlari sangat kencang mencari keberadaan Ila. Sampai dikoridor, banyak sekali orang berlalu-lalang tanpa memikirkan yang disebelahnya atau dibelakang.

Pertunjukan seni juga hampir sampai dipuncaknya, Angkara menemukan Casandra yang terlihat kebingungan.

Angkara menghampiri Casandra.

"Ngapain Lo disini?" Tanya Ang

Casandra kebingungan, lebih bingung saat Angkara didepannya saat ini. " Nyaariii, Ila" jawab gugup Casandra sambil menggigit bibir bawahnya.

"Oh jadi elo yang ngajak Ila kesini, tai. Urusan kita belum selesai." Ancam Angkara.

Casandra semakin takut, atas ancaman Angkara. Dirinya kini seperti sedang menghilangkan aset negara, dan presiden angkuh sedang menghukumnya. Iya presiden angkuh itu adalah Angkara.

Angkara menerobos kerumunan dikoridor, mencari celah tempat yang biasanya menjadi tempat berlindung Ila.

Tembok tiang kedua, dari kanan. Angkara berlari menuju kesana, betapa ingin memeluk tubuh mungil yang sedang berusaha kuat menahan dirinya baik-baik saja disana.

Angkara mendorong semua orang yang menghalangi jalannya, lamban lain semua orang memberikan Angkara jalan. Angkara menuju tempat Ila.

Memeluknya, menenangkan Ila.

Pundak Angkara merasakan tiap tetesan air mata Ila yang jauh, dadanya juga merasakan detakan jantung Ila yang sangat kencang. Merengkuh genggaman kedua genggaman tangan Ila, membuat Angkara merasakan bahwa gemetarnya tangan dingin ini sudah lebih dari 20 menit.

Ila tidak lemah, namun Angkara ada untuk membuktikan bahwa Ila berhak untuk berlindung dengan Angakara.

Setelah sudah cukup waktu sepuluh menit memeluk Ila dikeramaian, Angkara mengangkat tubuh Ila ala bridal style.

ANGKARA | OngoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang