Ang | 5

36 5 5
                                    

Play mulmet di atas:)


Selamat menikmati bagian rahasia hidup Ang.
☻☻☻☻☻☻☻☻☻







Semua yang terlihat baik, belum tentu masih terlihat baik jika di rasakan.

[sebuah pedoman untuk kamu yang selalu iri dalam hidup orang lain]












Tepat saat memasuki rumah sakit, Adapta menyadari bahwa ponselnya tidak ada di dalam saku celananya. Badi, Angga, dan juga Dikta sudah masuk ke dalam koridor mencari kamar 046 tempat Ila di rawat.

Adapta berlari menuju parkiran mobil, membuka pintu mobil dan mengambil ponselnya sebelah setir mobil. Saat ingin kembali ke dalam rumah sakit, Adapta melihat seorang yang mirip dengan Casandra sedang berlari menuju mobil di seberang jalan rumah sakit.

Saat seorang yang Adapta duga mirip Casandra itu telah masuk ke dalam mobil. Adapta memotret plat nomor mobil itu dan kembali ke tujuan awalnya, menyusul teman-temannya yang sudah masuk terlebih dahulu.

Angga melihat kehadiran Adapta sangat sinis. "dari mana lo?" ujarnya dengan nada tinggi.

"Lu pacar gue? Yang harus tau gue dari mana gitu?" jawab Adapta dan langsung duduk di sebelah Badi.

"Aku kira hubungan kita special."

"Najis Nga"

Angkara keluar dari kamar rawat Ila dengan muka marah, melihat kea rah teman-temannya. "Jag bentar, gue ada urusan"

Setelah berkata seperti itu, Angkara sudah pergi dengan terburu-buru.

"Ang, ini roti punya siapa?" teriak Dikta

Tetapi Ang tidak merespon, terus berjalan dengan cepat.

"Dapet dari mana lo?" tanya Angga

"Gue nemu di bawah samping tempat duduk"

Angga menarik kantung plastic itu. "ini adalah salah satu rezeky dari tuhan. Jadi harus di makan"

Saat Angga ingin memakan satu roti, tiba-tiba tangan Adapta merebut dan memakannya dahulu. Setelah itu, mereka berdua saling merebut kota roti.


<OoO>

Angkara membuka pintu rumahnya, nafas memburu kini mendominasi panas di tubuhnya.

Pikirannya kacau, takut adiknya menjadi korban kekerasan Mama seperti yang Ia rasakan.

Saat akan menaiki tangga, suara teriakkan terdengar di arah dapur rumahnya. Angkara langsung berlari menuju dapur dengan cepat.

Terasa sakit di dada Ang, saat mamanya memegang piring yang akan di lemparkan kepada adiknya. Angkara langsung mendekap mamanya dan mengambil alih piring itu, menaruh di tempat yang aman.

"ambil obat bius mama di dalam kamar dek, cepet" perintah Angkara yang langsung di lakukan oleh adiknya.

"lepaskan saya. Berengsek, siapa kamu?" ujar mama Ang.

Angkara mendekap dan mengelus lembut punggu mamahnya, perilaku mama Ang seperti ini sudah bukan yang pertama baginya dan juga adiknya. Mamanya memang mengidap depresi akibat Ayahnya yang bunuh tepat dua tahun lalu, membuat Ang terpukul dan juga membuat mamahnya depresi berat sampai terkadang lupa bahwa dia mempunyai anak.

Adiknya memberikan suntikan itu kepada Angkara, menyuntikan di tubuh mamanya.

Saat suntikan itu beraksi, tubuh mama yang Ang dekap sudah tidak melawan dan lemas. Tak sadarkan diri.

ANGKARA | OngoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang