Ang | 4

37 6 3
                                    

"Kenapa kamu bilang gitu Ang? Jangan pernah abaikan orang yang sayang sama kamu. Sekeras apapun cewek melepas, dia akan terluka juga dan menyesal, sekarang masih bisa untuk kamu memperbaiki semua. Cewe gak akan pergi kalau dia bahagia bareng kamu. Ang, kamu taukan maksut aku?"

Ila Ginaya














Angkara yang berlari menuju kamar unit perawatan Ila, dengan sangat tergesa gesa dari pintu masuk. Perasaan yang bercamuk, takut terjadi apa apa dengan mentarinya.

Saat membuka pintu rawat Ila, Angkara di menghela nafas lega saat itu Ila sedang mengupas kulit apel yang semalam ia bawa.

"Hai Ang" senyum manis yang Ila berikan kepada Angkara membuat pria yang sudah duduk di kursi samping ranjangnya, ikut tersenyum dengan hangat.


"Hai Ang" senyum manis yang Ila berikan kepada Angkara membuat pria yang sudah duduk di kursi samping ranjangnya, ikut tersenyum dengan hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Senyuman hangat Angkara saat duduk di samping Ila, yang mengontrol nafas akibat terburu-buru dari pintu masuk rumah sakit)


"Ada apa La? Aku kira kamu ada sakit"

Ila menaruh pisau dan apelnya di meja samping ranjang, tersenyum kembali membenarkan bantal di punggungnya agar lebih nyaman.

"Gak ada kok, kamu lari ya? Lihat nafas kamu gak beraturan gitu. Keringatnya juga numpuk tuh di wajah, heheh" ujar Ila yang mencari sapu tangannya untuk mengelap keringat Angkara.

Saat mengelap wajah Angkara dengan lembut, Ila tersenyum dan mengibaskan poni Angkara yang sudah mulai memanjang.

"Wajah kamu tambah ganteng deh" goda kepada Angkara.

Angkara mencubit hidung Ila dengan gemas, sejak kapan perempuan yang sudah Ang kenal sejak masih kecil, bisa menggodanya.

Dan selanjutkan Angkara membenarkannya sendiri agar tertata rapih, setelahnya Angkara mengamati Ila dari rambut sampai tangan dan memegang tangan kanan Ila.

"Kamu kalau mau makan apel bisa minta tolong suster untuk ngupas, jangan sendiri. Entar tangan ini...." Angkara menunjuk tangan Ila, mengelus dengan lembut satu persatuan bagian jari jemari lentik Ila. Melanjutkan kembali kalimatnya, "Kalau luka, gimana? Kamu berdarah, aku yang sakit La"

Ila tersenyum dan melepaskan genggaman Angkara, mendekatkan tubuh mungilnya ke Angkara. Menaruh tangannya di bagian leher Angkara.

"Aku akan baik-baik aja kok" ujar Ila setulus hati

Angkara membalas pelukan Ila, semakin hangat pelukan mereka. Semakin hilang beberapa beban yang ada di pikiran Angkara, setidaknya mentarinya masih akan baik-baik aja selama ada dia sebagai penjaganya.

ANGKARA | OngoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang