2. Against Destiny

4.6K 461 35
                                    

Pagi-pagi sekali Kenan sudah terbangun dari tidurnya. Ia tersenyum saat melihat keberadaan Cherry dalam pelukannya. Dengan begitu hati-hati, ia menarik tangannya yang ditindih kekasihnya itu. Lantas ia turun dari ranjang seraya memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Kemudian ia pun mulai mengenakan kembali pakaian-pakaian itu.

Usai berpakaian, Kenan mendekati Cherry dan menyentuh pipinya. Hingga perlahan-lahan mata kekasihnya itu mulai terbuka. "Aku balik ke kamar dulu ya, Sayang. Makasih buat jatahnya yang semalam," bisik Kenan yang membuat wajah Cherry memerah. Ia pun gemas dan mengecup bibir kekasihnya itu.

"Jangan lupa kunci pintunya ya. Bahaya kalo nanti Papa sama Mama masuk dan ngeliat kamu telanjang kayak gini," tambah Kenan yang diangguki oleh Cherry. Dengan langkah pelan dan hati-hati, Kenan keluar dari kamar Cherry. Sementara Cherry turun dari ranjang dengan selimut membungkus tubuh telanjangnya untuk mengunci pintu. Lalu ia juga meraih semua pakaiannya yang berhamburan.

Cherry meletakkan pakaian-pakaian itu di keranjang cucian kotor. Kemudian ia menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Pipinya sontak merona ketika melihat begitu banyak tanda merah yang menghiasi dada dan perutnya melalui cermin yang ada.

Buru-buru Cherry menggelengkan kepalanya untuk mengusir bayangan kejadian semalam. Selaman itu Kenan datang ke kamarnya dan mengajaknya bercumbu. Awal-awalnya ia sempat keberatan mengingat status mereka yang merupakan saudara seayah. Tetapi kemudian ia pasrah dan mengizinkan Kenan memuja tubuhnya karena ia mencintai lelaki itu. Dan persoalan tentang mereka yang bersaudara pun sesaat terlupakan.

Cherry tahu kalau apa yang mereka lakukan ini sebuah kesalahan. Tapi rasanya sangat sulit untuk berhenti karena ia dan Kenan sama-sama saling mencintai. Biarlah ia egois dengan terus-terusan berbuat dosa karena menjalin hubungan dengan saudara seayahnya. Sebab, hanya dengan cara inilah mereka bisa merasa bahagia. Entah sampai kapan mereka akan menentang takdir seperti ini.

Usai mengamati tanda merah itu, Cherry pun langsung melangkah ke bawah shower. Ia menyalakan air hingga membasahi tubuhnya.

Sekitar dua puluh menit kemudian, Cherry sudah selesai mandi. Ia mengeringkan tubuhnya dengan handuk kemudian langsung mengenakan pakaian. Ia juga melangkah menuju meja rias untuk mengambil sisir dan mulai meyugar rambutnya.

Cherry bisa bernapas lega karena Kenan tidak meninggalkan satu tanda apa pun di lehernya. Walaupun lelaki itu malah menandainya di dada dan juga perut. Tetapi setidaknya tanda itu tidak akan terlihat oleh siapa pun.

Pandangan mata Cherry mengarah ke kasurnya yang berantakan dan belum sempat ia bereskan. Lagi dan lagi pipinya merona ketika ia mengingat yang semalam. Ia pun menghampiri dan mulai merapikan kasurnya yang menjadi saksi bisu perbuatannya bersama Kenan.

Tok tok tok

"Cherry, kamu udah bangun, Nak?"

Kepala Cherry menoleh ke arah pintu kamar yang sedang diketuk oleh papanya. Ia pun melangkahkan kakinya menuju pintu untuk membukanya. "Udah kok, Pa," sahut Cherry dengan senyum di bibirnya.

"Ayo kita sarapan bareng."

"Eng, Cherry masih kenyang, Pa. Nanti aja Cherry sarapannya," ujar Cherry beralasan. Ia tahu kalau mama tirinya sangat tidak menyukai kehadirannya, termasuk untuk sarapan bersama.

"Gak baik menunda sarapan, Sayang. Nanti kamu malah sakit. Kita sarapan bareng aja ya. Gak apa-apa kok," sahut Ridho meyakinkan. Ia merangkul bahu anaknya itu lantas mengajak Cherry menuju ruang makan. Mau tidak mau, akhirnya Cherry pun pasrah mengikuti sang papa.

Cherry bisa merasakan aura kebencian itu ketika melihat wajah Anita. Wajar memang istri pertama papanya itu marah pada mamanya. Tetapi mengapa harus melampiaskan semua kebencian itu padanya yang padahal tidak tau apa pun mengenai masa lalu orang tuanya.

The Vet's Secret WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang