20. Delaying the Introduction

5K 589 33
                                    

"Jadi perempuan itu, beneran cuma anak teman Mamanya Mas?"

"Iya, Cherry. Kamu ingat gak apa yang pernah aku ceritain? Kalo Mama tuh pengen banget ngeliat aku nikah. Makanya Mama gencar nyariin jodoh buatku. Udah berulang kali sih aku nolak. Tapi ya tetap aja Mama masih nyoba. Makanya habis ini, aku mau ngenalin kamu sama Mama dan Papa ya. Biar mereka gak usah khawatirin soal jodohku lagi. Soalnya udah ada di sini, cantik, seksi dan pandai nyenengin suaminya lagi," ujar Arsen seraya mengelus pundak telanjang Cherry.

"Hah? Mas mau ngenalin aku ke Papa sama Mamanya Mas?" Cherry tidak begitu menanggapi kalimat terakhir Arsen yang berniat menggodanya karena lebih terfokus pada inti ucapan suaminya tadi.

"Iya. Sudah saatnya mereka tau soal kamu, Cherry. Biar kita gak perlu sembunyi-sembunyi kayak gini lagi. Jujur, aku juga udah capek bohong terus."

Cherry terdiam karenanya. Mendadak ia merasa minder karena mengingat wanita yang siang tadi bersama Arsen. Mama dari suaminya itu sedang mencoba mengenalkan Arsen dengan wanita berhijab seperti itu. Otomatis standar menantu yang diharapkan tidak jauh beda dari wanita itu. Sedangkan dirinya apa? Berhijab tidak, pakaian masih terbuka iya.

"Nanti dulu ya, Mas. Soalnya aku belum siap ketemu Papa sama Mama kamu," ujar Cherry pelan. Ia menyentuh tanda merah buatan bibirnya yang ada di dada sang suami.

"Kenapa, Sayang? Mama sama Papa orangnya baik kok. Aku yakin mereka bakal bisa nerima kamu. Apalagi kamu emang udah jadi istriku. Sah lagi."

"Belum siap aja, Mas. Gak apa-apa 'kan?" tanya Cherry lagi. Ia memerlukan waktu untuk bisa lebih memperbaiki diri agar dapat dianggap pantas bersanding dengan Arsen oleh mertuanya.

"Ya sudah kalo itu mau kamu. Tapi kapan pun kamu siap, bilang sama aku ya."

"Iya, Mas."

Cherry tersenyum ketika Arsen mengecup puncak kepalanya. Rasanya sungguh bahagia ketika mengetahui kalau lelaki itu juga mencintainya.

"Ngomong-ngomong. Kita 'kan udah saling cinta. Mas gak ada keinginan ngeluarin spermanya di dalamku? Gak pengen punya anak, Mas?" tanya Cherry seraya mengelus dada suaminya itu lagi.

"Kalo dibilang pengen sih, ya pengen. Apalagi Mama nyuruh aku nikah cepat karena emang pengen punya cucu. Tapi kamu 'kan masih kuliah."

"Ya gak papa lagi, Mas. Udah banyak kok yang nikah terus hamil selama kuliah."

"Jadi, kamu pengen aku hamilin nih?" goda Arsen.

"Pengenlah. Aku juga pengen tau Mas tokcer apa enggak. Soalnya selama ini selalu buang di luar atau di kondom mulu," sahut Cherry disertai kekehannya.

"Dasar kamu ini!"

"Kapan-kapan hamilin aku ya, Mas."

"Iya, Sayang. Pasti."

***

Cherry merapikan pakaian sang suami setelah tadi mereka sempat mandi dan shalat bersama. Saat ini pun rencananya Arsen akan segera pulang.

"Beneran gak mau ikut pulang sama aku? Sekalian kenalan sama Mama Papa," tanya Arsen untuk yang kesekian kalinya. Tangannya tergerak untuk mengelus rambut istrinya itu. Helaan napas pun terdengar dari celah hidung Arsen kala Cherry menggelengkan kepalanya.

"Nanti aja, kapan-kapan."

"Ya udah. Kamu hati-hati di rumah. Kalo ada apa-apa, langsung kabari aku."

"Iya, Mas." Cherry memberikan satu kecupan di pipi Arsen. Kemudian ia tersadar tentang kemeja yang tadi dibelinya untuk sang suami. Ia pun meraih paper bag yang tergeletak sembarang di atas lantai lalu menyerahkannya pada Arsen. "Ini tadi aku beliin kemeja buat kamu, Mas. Moga kamu suka ya."

The Vet's Secret WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang