19. Confession of Love

5.2K 582 28
                                    

Warning 21+

***

Setelah beristirahat yang cukup, akhirnya Arsen merasa benar-benar pulih. Sekarang ini saja ia sedang ada di klinik. Sebenarnya ia sudah sangat ingin bertemu Cherry, tetapi istrinya itu masih kuliah. Maka dari itu ia memutuskan bekerja sebelum nanti menjemput Cherry dari kampus.

Arsen baru saja bangkit dari tempat duduknya karena ingin langsung menuju kampus dan menunggu Cherry di sana. Namun, ia sontak terdiam ketika tiba-tiba melihat kehadiran mamanya bersama wanita yang kemarin kalau tidak salah ingat bernama Putri.

"Sen, anterin Mama makan siang sama Putri ya," pinta Indira dengan senyum di bibirnya. Ia memang sengaja melakukan hal itu karena ingin mendekatkan Arsen dengan anak dari temannya itu. Menurut Indira, Putri adalah gadis baik-baik yang akan bisa membuat Arsen jatuh cinta. Syukur-syukur kalau mereka berjodoh dan bisa segera naik ke pelaminan dan memberinya seorang atau beberapa orang cucu yang lucu.

"Tapi, Ma-" sahut Arsen kebingungan. Saat ini ia ingin menemui Cherry karena sudah sangat merindukan istrinya itu. Tapi bagaimana cara menolak permintaan mamanya?

"Masa kamu gak mau sih, Sen? Sebentar aja kok," bujuk Indira yang membuat Arsen menghela napas kemudian mengangguk pasrah.

Arsen tahu kalau ini hanyalah cara mamanya untuk mendekatkannya dengan si Putri itu. Sebab tadi Indira dan wanita itu bisa datang ke kliniknya dengan menaiki taksi. Harusnya bisa langsung menuju restoran tempat mereka akan makan siang dengan taksi itu juga, bukan malah ke kliniknya. Apalagi selama perjalan, Putri di suruh mamanya duduk di depan tepat di sebelahnya. Tempat biasa Cherry duduk ketika mereka pergi bersama.

Selama perjalanan Arsen hanya diam dan fokus pada jalanan. Sementara mamanya tengah asyik mengobrol dengan Putri. Beberapa kali Arsen melirik ponselnya untuk mengecek kalau-kalau ada pesan dari Cherry. Ia sendiri tidak menghubungi sang istri karena takut mengganggu kuliahnya.

Mereka akhirnya tiba juga di sebuah restoran. Arsen pun berniat langsung pergi untuk menjemput Cherry. Tetapi mamanya malah menahan kepergiannya dengan memaksanya ikut makan siang.

"Ma, Arsen mau ada urusan," alibi Arsen.

"Sebentar aja, Sen. Lagian jam makan siang begini juga," sahut Indira. Ia membawa anaknya itu menuju salah satu meja yang masih kosong. Lantas mereka pun duduk di kursi yang mengelilingi meja itu.

Selama berada di restoran itu pikiran Arsen tidak tenang karena memikirkan Cherry.

***

Cherry membereskan buku-buku yang ada di atas mejanya lantas memasukkan alat tulisnya ke dalam tas. Ia pun berniat langsung pulang jika salah seorang teman tidak menghampirinya.

"Lo ikut jalan gak, Cher? Ikut aja ya, soalnya udah lama lo gak pernah jalan bareng kita lagi," ajak Vivi, salah seorang teman akrab Cherry di kelas itu.

"Hm, gimana ya?"

"Ikut aja deh."

"Ya udah deh."

Cherry akhirnya mengiyakan karena memang sudah terbilang jarang ikut berkumpul dengan teman-temannya setelah menikah dengan Arsen. Mau bagaimana lagi, ia lebih suka menghabiskan waktu berdua dengan suaminya itu. Entah di rumah ataupun ketika di klinik milik sang suami.

Mereka awalnya berbelanja atau pun sekedar melihat-lihat suatu barang di Mal. Mata Cherry tak sengaja melihat keberadaan toko pakaian pria. Ia pun meminta temannya menunggu dan langsung memasuki toko itu karena berniat membelikan Arsen kemeja baru.

Setelah berbelanja, mereka memutuskan untuk makan. Ketika sedang melangkahkan kakinya menuju meja yang ditunjuk teman-temannya, tak sengaja mata Cherry malah menoleh ke arah lain. Dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Arsen sedang makan siang bersama seorang wanita cantik.

The Vet's Secret WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang