Arsen dan Cherry lagi-lagi sarapan dengan makanan yang dipesan melalui aplikasi mengingat tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak. Mereka pun makan dalam diam dengan mata yang sesekali saling lirik. Hingga kemudian Arsen membuka suara ketika makanan di piringnya sudah mulai habis.
"Pulang kuliah kamu kabarin saya aja. Biar saya jemput buat belanja bahan makanan."
"Gak usah, Om. Aku bisa pergi belanja sendiri kok. Om fokus kerja aja ya. Lagian kemarin klinik juga udah tutup masa mau tutup lagi," sahut Cherry. Rasanya ia masih mampu berbelanja sendiri tanpa perlu ditemani oleh Arsen.
"Yang bener?"
"Iya, Om."
Arsen mengangguk kemudian meraih dompet dan mengeluarkan sebuah kartu kredit berwarna gold dari sana. Lantas ia memberikan kartu kredit itu dan sejumlah uang tunai pada Cherry. "Simpan buat kamu belanja."
"Ini kebanyakan, Om. Dan ini juga gak perlu." Cherry hanya meraih beberapa lembar uang seratus ribu yang Arsen berikan. Ia juga mengembalikan kartu kredit milik Arsen karena merasa tak membutuhkannya.
"Simpan aja, Cherry. Anggap aja ini sebagai nafkah yang harus saya kasih buat kamu. Karena kamu istri saya," sahut Arsen seraya mengulurkan lagi uang dan kartu kredit itu ke tangan Cherry. Mau tak mau, akhirnya Cherry pun menerimanya meski masih merasa tak enak hati.
"Makasih, Om."
"Sama-sama."
Usai sarapan dan membereskan peralatan makan mereka, Arsen dan Cherry pun langsung berangkat. Terlebih dahulu Arsen akan mengantar Cherry ke kampus sebelum nanti ia menuju klinik.
"Kalau dipikir-pikir kita udah gila deh, Om. Masa iya kita lepas perawan dan perjaka di sofa. Mana masih siang lagi," kekeh Cherry ketika ingat perbuatan mereka kemarin. Rasanya masih tak dapat dipercaya kalau ia sudah bukan gadis perawan lagi. Dan Arsenlah orang yang telah mendapatkan keperawanannya. Lelaki yang baru-baru saja ia temui dan malah menjadi suaminya.
"Kamu yang udah ngegodain saya dan minta dimasukin. Jadi bukan salah saya dong," sahut Arsen seraya melirik Cherry sekilas.
"Iya, sih. Tapi untungnya gak ninggalin bekas di sofa ya, Om? 'Kan sayang kalo sofanya kena bercak darah perawanku."
"Lagian kamu itu aneh. Bisa-bisanya kamu yang perawan malah bersikap layaknya sudah pro kayak gitu. Mana pakai ngegodain saya segala lagi."
"Aku gak munafik karena udah sering making out sama Kak Kenan. Kita udah biasa kayak gitu, cuma belum pernah sampai jebol aja. Dan cuma Om satu-satunya yang pernah benar-benar memasukiku kayak yang kemarin itu," sahut Cherry seraya menolehkan wajahnya untuk menatap Arsen. Ia sendiri heran mengapa dengan mudah bisa menyerahkan diri pada Arsen padahal mereka baru kenal. Mungkin karena Arsen sudah menjadi suaminya dan ia percaya pada lelaki itu.
Bersama Kenan, Cherry sering berciuman dan dicumbu. Kenan kerap kali mempermainkan tubuhnya dengan mencium dan melumat rakus payudaranya. Bagian bawahnya juga cukup sering dijilat dan dimasuki oleh jari kakak tirinya itu. Sementara ia sendiri biasanya memuaskan Kenan dengan tangan atau bibirnya. Hanya seperti itulah yang mereka lakukan karena mereka benar-benar belum pernah melakukan hingga tahap inti.
"Syukurlah kalo ternyata otak kamu masih berfungsi buat gak nyerahin diri sepenuhnya sama saudara kamu sendiri. Sekarang jangan sampai diulangi lagi yang dulu-dulu."
Cherry menganggukkan kepalanya seraya menatap Arsen. "Gak boleh ngulangin lagi sama Kak Kenan. Tapi sama Om boleh. Gitu 'kan maksudnya?" tanya Cherry berniat menggoda Arsen.
"Saya gak bilang kayak gitu."
"Emangnya Om gak mau ngelakuin kayak gitu lagi sama aku? Aku kurang muasin ya?" tanya Cherry dengan ekspresi yang dibuat sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Vet's Secret Wedding
RomanceSpin off Crazy & Sweet Agreement Joshua Arsen Antonie atau yang kerap disapa Arsen, pernah merasakan apa yang dinamakan cinta. Dulunya ia melabuhkan hati pada seorang gadis bernama Naila yang kemudian menjadi kakak iparnya. Hal itu terjadi dikarenak...