MATAHARI di langit sedang bersinar terang-terangnya saat Suzy melangkah keluar gedung apartemennya. Hari ini dia tidak menggunakan mobilnya karena satu dan lain hal. Sebenarnya kalau boleh jujur, Suzy memang lebih menikmati duduk di bangku paling belakang dalam busway yang akan mengantarnya sampai ke tujuan.
Tadi Soojung menelepon agar Suzy datang ke rumahnya, katanya mendesak, tidak bisa dibicarakan ditelepon, dan ia tidak bisa datang ke Apartemen Suzy karena keponakannya ada di rumahnya. Saat Soojung bicara soal keponakan, Suzy jelas tahu kalau yang dimaksud Soojung adalah Bian. Jung Bian, lebih tepatnya. Cucu pertama keluarga Jung yang...sungguh berjiwa ekstrovert. Tidak ada lelahnya, suka berkeliling kemana pun dan membuat darah tinggi—ini menurut Soojung.
Tapi, untuk apa kakaknya Soojung sampai terbang ke Seoul segala? Suzy tahu kalau kakaknya itu tinggal menetap di Jepang bersama anak dan istrinya. Soojung pernah mengatakan kalau Na Oppa memiliki jadwal tersendiri untuk pulang ke Korea Selatan. Adapun hal-hal mendesak dapat dipertimbangkan.
Pandangan Suzy menerawang menatap pejalan kaki yang terlihat sekelibat, lalu mengambil ponsel dan headset-nya, kemudian memilih membawa pikirannya masuk ke dalam lagu-lagu pada playlistnya. Warga di sini lebih memilih untuk tenggelam dalam jalan mereka masing-masing ketimbang sok akrab pada orang asing yang duduk di samping mereka. Begitu pula dengan Suzy.
***
"Aunty Suzy!" sapaan riang terdengar saat pelayan di rumah itu membukakan pintu untuk Suzy.
Suzy memandangi seorang anak laki-laki yang kini sedang berlari menghampirinya dengan senyuman di bibir dan di kedua matanya. Suzy balas tersenyum, membawa tungkainya maju dua langkah sebelum menumpukan lututnya pada lantai kayu di bawahnya sambil merentangkan tangan.
"Hai, sayang!" sapa Suzy saat tubuh kecil itu masuk ke dalam pelukannya.
"Bian rindu aunty banyak-banyak!" ucapnya sambil mengeratkan pelukan pada leher Suzy.
"Aku juga." Suzy mengelus puncak kepala Bian dengan lembut. Kedua matanya mendapati Soojung sedang berdiri dengan tangan dilipat di depan dada, menggelengkan kepalanya seraya melangkah mendekat.
"Bian, aku cemburu tahu?" ucap Soojung pura-pura marah. "Aunty Jung saja tidak kau peluk sambil bilang rindu tadi malam."
"Sejujurnya aku memang tidak rindu dengan aunty Jung." jawabnya dengan ekspresi polos.
"Astaga, dia sama sekali persis ayahnya. Aku heran." Soojung geleng-geleng. Lalu, kembali menatap Suzy. "Ayo, kita ke taman belakang. Waktunya Bian berenang."
"Asik!" anak kecil itu langsung lompat-lompat kesenangan. Tanpa menunggu lama, Bian langsung berlari menuju taman belakang sambil berteriak minta diambilkan kacamata renang.
"Memangnya aku ini ahjumma-nya apa." gerutu Soojung saat mendengar teriakan sang keponakan.
"Well, kau memang ahjumma-nya kan?" Suzy menahan tawanya.
"Yeah, tapi tentu saja dalam konotasi yang berbeda." Soojung memutar bola mata, lalu membawa pandangan pada salah satu ART di rumahnya dan menyuruh bibi itu untuk mengambilkan kacamata renang di etalase, tak lupa memintanya untuk membawakan beberapa kudapan dan minuman dingin juga ke taman belakang.
***
"Kau tidak menyuruhku ke rumahmu hanya untuk melihati Bian berenang 'kan, Jung?" ucap Suzy saat tiga puluh menit waktu telah terlewat. Kedua matanya yang sejak tadi melihat ke arah Bian—yang sibuk berenang dari ujung ke ujung—berpaling menatap Soojung yang juga sedang melakukan hal yang sama—menatap keponakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriend Rent
FanfictionDISCLAIMER: Cerita ini hanya fiksi belaka. Author hanya meminjam nama tokoh, tempat, dan merek untuk kebutuhan cerita. Cerita milik author, sedangkan Idol milik orang tua dan agensinya.🧡 Sewa jasa pacar bayaran adalah side-job Suzy. "Apa yang terja...