"EOMMA!"
Suzy menoleh, menatap dengan pandangan bingung pada anak perempuan kecil yang kini sedang berlari ke arahnya. Rambutnya yang dikuncir dua berterbangan terhempas angin, kedua tangannya terentang lebar dengan senyuman yang tak lepas dari wajahnya yang polos. Saat langkah kecil itu semakin masuk ke dalam jarak sentuhnya, Suzy otomatis berlutut, dan membiarkan tangan itu merengkuh lehernya.
"Bagaimana penampilanku, eomma?" tanya Ella setelah pelukan terlepas.
Suzy bingung, terakhir kali bertemu Ella, gadis itu masih memanggilnya dengan sebutan bibi. Bukan ibu seperti sekarang. Otaknya mulai bertanya-tanya, namun melihat apa yang terjadi sekarang—banyak pandangan anak-anak seumuran Ella yang kini sedang menatap ke arah mereka—Suzy berpikir kalau ini memang disengaja.
"Super keren!" jawab Suzy sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.
Ella tersenyum bangga. Matanya kemudian ia bawa untuk melirik satu persatu ke arah teman-temannya. Suzy bisa membaca tatapan itu, itu adalah tatapan yang menunjukan sebuah bukti.
Seorang anak langsung datang menghampiri, Suzy bisa merasakan perubahan gestur Ella didekatnya. Ada tatapan jumawa di wajahnya.
"Mian, aku mengaku kalah."
"Sebenarnya kau memang selalu kalah dariku, Eunbi." jawab Ella.
Suzy mengikuti percakapan antara dua anak di dekatnya itu dengan tak mengerti. Saat tatapan anak perempuan bernama Eunbi itu ke arahnya, Suzy tiba-tiba ikutan gugup. Tubuhnya langsung tegak—tidak sesantai sebelumnya—dan menyunggingkan senyum. Berusaha ramah.
"Benar, bibi calon ibunya Ella?"
Suzy yang kelihatannya tidak menduga kalau dia akan mendapatkan pertanyaan seperti itu. Suzy berdeham pelan, dia melirik Ella yang kini juga sedang menatapnya dengan senyum diwajah. Karena tidak ingin mengecewakan Ella di depan 'teman'-nya, akhirnya Suzy tersenyum. "Mm. Siapa namamu?"
"Bukannya bibi sudah mendengar tadi. Aku Eunbi." jawab Eunbi.
Benar-benar kurang sopan... Suzy jadi bertanya-tanya apakah anak zaman sekarang memang seperti ini? tapi, melihat Bian yang begitu ramah dan punya sopan santun, sepertinya tidak semua anak seperti Eunbi. Lagi-lagi ini adalah pola didik orangtuanya.
"Okay, senang bertemu denganmu, Eunbi." kata Suzy pada akhirnya. Wanita itu berdiri dan menatap Ella. "Ella, err—eomma harus kembali ke kantor. Kau masuk ke kelas ya?"
Ella mengangguk, senyuman tak lepas dari wajahnya. "Hati-hati, eomma. Sampai bertemu!"
Suzy mengangguk. Melambaikan tangannya sebentar sebelum berbalik menuju beberapa karyawan TJS yang sedang merapikan peralatan. Dalam langkahnya yang semakin menjauh, Suzy masih bisa mendengar sayup-sayup suara Eunbi yang berbicara pada Ella sebelum akhirnya suara itu bias dan hilang terbawa angin.
"Itu benar calon ibumu yang banyak dibicarakan orang-orang itu?"
"Kau dengar sendiri kan jawabannya tadi?"
"Baiklah aku mengakui kalau Ayahmu ternyata memang tidak homo. Pilihannya juga lumayan."
"Mwoya, lebih dari kata lumayan. Ibuku jika dibanding dengan ibumu jelas levelnya jauh diatas, kali. Ibumu tanpa kekayaan ayahmu itu bukan apa-apa. jadi, jangan cuma bilang "lumayan". Hellow!"
"Yya, Ella Kim! Aku kan tidak mengejekmu, kenapa kau menyebalkan!?"
"Percayalah, aku menyebalkan seperti ini hanya kepadamu, Eunbi."
***
SUZY : Ella benar-benar berbakat di dunia peran. Aku menangis melihat actingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriend Rent
FanfictionDISCLAIMER: Cerita ini hanya fiksi belaka. Author hanya meminjam nama tokoh, tempat, dan merek untuk kebutuhan cerita. Cerita milik author, sedangkan Idol milik orang tua dan agensinya.🧡 Sewa jasa pacar bayaran adalah side-job Suzy. "Apa yang terja...