17

1K 208 36
                                    

"NA benar-benar bukan tipikal kakak yang baik!" Soojung menggerutu, kontras dengan mata sembap dan wajah sedihnya.

Dari balik setir, Suzy melirik ke arah sahabatnya itu sesekali. Fokusnya pecah antara jalan raya menuju ke airport dan juga Soojung yang sibuk mengelap ingusnya menggunakan tisu.

"Na oppa kan tidak tahu kalau kau sedang patah hati..." jawab Suzy. Mencoba mencari cara agar kekesalan Soojung pada kakaknya tidak menjadi panjang.

Tapi, Soojung tetap bersikeras pada apa yang dipikirkannya. Wanita itu mencari kacamata miliknya dari dalam laci dashboard, lalu memakainya. "Lihat saja, akan kuaniaya anak tersayangnya itu!"

"Aku yakin pasti sebaliknya."

"APA?" Soojung menoleh. Kedua mata dalam bingkai kacamata hitam itu menyipit menatap sahabatnya. "kenapa kau dari kemarin tidak membelaku sih?"

"Kemarin?"

"Iya," Soojung mengangguk. "Kesatu soal si jelek yang menjadi tersangka utama perebut calon masa depanku. Kedua, sekarang, soal Na yang menitipkan anaknya padaku. Sementara dia dan istrinya akan pergi merayakan anniversary. Woah."

"Jung, mungkin saja praduga yang membuat kau kesal setengah mati ini ternyata hanya prank. Mungkin Minhyuk ingin membuatku kesal dan ternyata ada kejutan menanti..."

"Aku tidak suka berandai-andai dan aku tidak suka dibuat kesal. Tapi, kuharap itu yang kali ini sedang terjadi sekarang." ucap Soojung. Meskipun ditutup kecamata hitam, tapi Suzy tahu ada kesedihan di kedua matanya.

Suzy menghela napas, menepuk pelan bahu Soojung memberikan semangat.

"It's okay, teman. Aku di sini mendukungmu seratus juta persen!"

"Kalau aku sampai diselingkuhi, aku mungkin tidak akan bisa percaya diri lagi..." Soojung berkata muram. Helaan napas mengikuti kalimatnya barusan.

"Tenang saja, Jung. Aku akan membantumu menendang selangkangannya agar dia juga tidak akan bisa percaya diri lagi."

Soojung mau tak mau jadi terkekeh. "Aku mengandalkanmu, sis."

***

"Ayah, kapan kita ke rumah eomma?" Ella merengek, menghampiri Myungsoo yang sedang duduk di meja kerja dalam ruangannya sambil membalik dokumen. Ini jam delapan malam, dan Myungsoo masih saja di ruang kerjanya padahal laki-laki itu tadi sudah pulang terlambat dari kantornya. Membuat Ella semakin kesal saja!

Wajah Ella langsung cemberut saat Myungsoo tidak merespons perkataannya. Dia melangkah mengitari meja dan berdiri di samping Myungsoo, satu tangannya ia bawa memegang lengan Myungsoo sedikit menggoyangnya. "Ayah..."

"Ella, ayah sedang membaca."

"Tapi, aku sedang bicara. Kakek selalu memarahiku kalau aku tidak meladeninya bicara, padahal anaknya sendiri tidak meladeniku bicara juga!" Ella sewot. Bibirnya maju hingga dua centi.

Mengetahui kalau anaknya sudah dalam mode marah se-marah-marahnya, Myungsoo melepaskan fokusnya dari tumpukan dokumen yang sedang ia pelajari dan menatap sang anak dari balik kacamata minus yang ia pakai. Gadis kecil dengan gaun tidur putih polos yang memegang boneka kesayangannya dalam pelukan itu sedang mengerutkan dahi menatapnya. Wajahnya tidak tersenyum, berusaha menunjukkan kalau ia saat ini sedang marah. Myungsoo menghela napas, membawa satu tangannya mengusap pelan puncak kepala Ella. "Ada apa?"

"Ayah tidak mendengarkanku?"

Myungsoo diam.

Ella mengembuskan napas. "Kapan kita ke rumah eomma?"

Girlfriend RentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang