28

1K 203 79
                                    

"EOMMA, kenapa kita jarang sekali bertemu?" Ella memanyunkan bibirnya sambil memakai piyama miliknya yang sengaja ditinggal di apartemen Suzy. Kedua bola matanya berlari mengikuti pergerakan Suzy sampai tidak terlewatkan sedetikpun.

Jujur saja, suasana rumah Suzy memang yang paling nyaman meskipun di dalam sini tidak seluas rumah ayahnya. Mm, bagaimana ya menjelaskannya... tapi rumah ini terasa lebih 'hangat' dibandingkan rumah ayahnya. Well, meskipun di rumah juga banyak penghangat ruangan, namun jelas kehangatan yang dimaksudnya bukan yang seperti itu... yang jelas, Suzy memberikan kehangatan yang anak seusia Ella butuhkan.

Suzy meletakkan anting yang dilepasnya ke dalam box, lalu menoleh mengukir senyum. "Maaf karena lama tidak mengunjungi Ella."

Ella mengangguk. "Mm, tidak apa-apa. Aku hanya bosan harus mendengarkan cerita masa muda halmoni terus. Yang menjengkelkan adalah jika mendapati cerita itu sudah pernah diceritakan oleh halmoni di waktu yang lampau. Ugh, rasanya aku ingin protes. Tapi, aku tidak melakukannya."

Suzy tersenyum. Kemudian melangkah mendekat ke arah Ella, tangannya terulur merapikan kerah piyama gadis kecil itu seraya berkata. "Terima kasih sudah selalu menjadi anak yang baik dan sopan."

"Ya, eomma." Ella tersenyum lebar. Sebuah pujian yang diterimanya kali ini benar-benar membuat suasana hatinya semakin baik. "Aku akan selalu menjadi anak baik-nya eomma. Aku berjanji."

"Kau harus berjanji akan menjadi anak baik untuk dirimu sendiri. Menyenangkan orang lain memang bagus, tapi, Ella harus menyenangkan diri Ella sendiri dulu. Mengerti?"

"Mm, aku mengerti." Ella mengangguk semangat.

"Bagus." Suzy mengusap puncak kepala Ella dengan lembut. "Jadi, kenapa kau menggerutu ketika tadi kami menjemputmu?"

Bahu Ella melengos, air mukanya berubah keruh. "Ada anak perempuan di sekolahku yang selalu mengajakku bertengkar. Tadi, kami bertengkar dan..." Ella berhenti sebentar, kedua matanya menatap Suzy lamat-lamat. Sambil setengah berbisik, dia menawarkan satu kesepakatan. "Eomma janji ya jangan memberitahu siapapun?"

Suzy menaikkan alis. "Tergantung, apakah itu soal yang bisa kujaga rahasianya, atau itu hal berbahaya dan eomma harus katakan pada keluargamu, sayang."

"Ini tidak berbahaya."

"Setuju. Eomma tidak akan mengatakan pada siapapun."

"Bimil?"

Suzy tersenyum, membawa jari kelingkingnya melingkari jari kelingking mungil gadis itu. "Bimil."

"Ada anak laki-laki yang aku sukai di sekolah. Dan karena si penyihir itu selalu mengajakku ribut, namaku jadi tercoreng di mata laki-laki yang aku sukai itu..." Ella cemberut ketika sampai pada kalimatnya yang terakhir tadi.

"Kenapa Ella bisa berpikir begitu?"

"Aku mendengar temannya ada yang bertanya tipe gadis kesukaannya seperti apa, dan dia bilang yang baik hati, suka tersenyum, mandiri..."

"Bukannya Ella mempunyai semua itu?"

"Benar. Aku bahkan cantik kan eomma?" kata Ella tidak membutuhkan jawaban karena dia kembali melanjutkan kata-katanya. "Tapi, dia bilang yang terpenting adalah gadis yang dia sukai itu tidak suka betengkar dengan orang lain. Dan tadi saat jam istirahat berakhir-saat di koridor depan kelasku, si gadis jelek itu sengaja cari gara-gara padaku, lalu sialnya gebetanku itu melihatnya. Huh!"

Suzy mengusap punggung Ella dengan penuh kasih sayang. "Dia pasti tahu kalau saat itu bukan Ella yang mengajak orang lain bertengkar."

"Dia jelas tidak akan menyukaiku. Aku sudah tidak masuk kualifikasinya, eomma." Ella merengek. "Aku ingin pindah sekolah saja supaya bisa move on!"

Girlfriend RentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang