WANITA disebelahnya itu tidak bisa mengeluarkan ekspresi lain selain membuka mulutnya selebar mungkin karena terkejut. Dari segala hal yang dipikiran Suzy dalam benaknya, dia sama sekali tidak menyangka kalau Myungsoo akan 'ikut' bicara dan mengatakan pada Jimin secara frontal begitu.
Suzy menarik sedikit pakaian Myungsoo berniat kepada Myungsoo untuk menahan diri. Dia bisa melihat bagaimana raut wajah Jimin yang pucat sekarang, dan dia bisa melihat wajah Myungsoo melalui ekor mata yang terlihat sangat amat menikmati pembicaraan mereka bertiga sekarang.
Suzy harusnya bernapas lega karena di sekitar mereka sedang tidak ramai orang, dia mungkin bisa membuat sepasang telinga di sekitar mereka menjadi semakin tajam kalau saja di sini ramai.
"Dia bohong kan?" Jimin menatap Suzy, mencoba menolak apayang di dengar barusan. Sejujurnya dia tidak percaya kalau Suzy bisa berkhianat darinya. Namun, karena yang ditanya tetap diam, Jimin kembali menegur. "Suzy?"
"Untuk apa aku berbohong?" suara Myungsoo kembalimenyalang. Kobaran api bisa terlihat di kedua manik matanya kala berbicara. Diajelas tak suka karena dituduh bohong. Enak saja, pikirnya.
"Suzy tidak mungkin selingkuh dariku!"
Myungsoo mengangkat alis. "Selingkuh?"
"Aku?" kali ini Suzy mengeluarkan suaranya. Dia menunjukdirinya sendiri dengan pandangan bingung bercampur aduk. Kenapa tiba-tiba dia dituduh selingkuh, coba?
"Kita tidak putus."
"Kau yang meninggalkanku, Jimin." Suara Suzy naik satu oktaf. Napasnya memburu melihat Jimin, dia jelas sedang menahan amarahnya agar tidak meluap. Diingatkan pada kejadian masa lalu membuat luka Suzy yang hampir kering kembali basah seolah disiram air. "Kau meninggalkanku lebih dulu dan bersama kekasihmu yang bahkan sama sekali tidak pernah datang menjengukmu kesini. Aku sangsi kalau dia masih menunggumu, dia pasti sudah punya pria baru."
Oh tuhan, aku seharusnya mengerem kalimatku, aku tidak seharusnya membahas itu pada Jimin. Bagaimana kalau dia ngedrop lagi?Perasaan bersalah langsung menyelimuti Suzy. Ditambah dengan raut wajah Jimin yang kini berubah kaku dan memucat.
Suzy merasa ingin menampar dirinya sendiri sekarang.
Bodoh.
Saat dia ingin mengatakan sesuatu kembali, sebelum kata itu terucap keluar dari mulutnya, Suzy merasakan tangan Myungsoo kembali menggenggam tangannya; meremasnya dengan hangat. Seolah sedang mengingatkan kalau dia sedang bersamanya sekarang, bahwa apa yang barusan Suzy ucapkan ituadalah sebuah kebenaran. Yang paling penting adalah; bahwa Myungsoo tidak ingin Suzy melemah.
Dengan langit jingga yang mulai mengambil peran, kedua pandangan Suzy bertemu dengan manik mata Jimin. Suzy menghela napas sekali sebelum berbicara. "Kau tahu bagaimana tidurku tidak nyenyak selama ini? Bagaimana aku terus dihantui rasa bersalah sepanjang saat. Jimin-ah, aku sudah memaafkan dan mengikhlaskan kita. Aku harap kau melakukan hal yang sama."
"Tapi, Suzy..."
"Pembicaraan ini tidak akan ada akhir kalau begini. Aku kesini ingin melihat keadaanmu, dan sepertinya kau sudah semakin baik." Suzymenghela napas. "Aku akan tetap menjadi temanmu, Jimin-ah."
Kepala Jimin menunduk. Penyesalan langsung melingkupinya. Suzymenunggu dengan sabar, dia menunggu sampai kepala itu kembali tegak dan pendarmata yang meredup itu benar-benar membuat Suzy ingin menangis juga. Untuk pertama kalinya sejak dia mengenal Jimin, laki-laki itu menatapnya dengan ekspresiseperti itu...
"Bolehkah aku memelukmu sebagai salam perpisahan?"
"Tentu sa—"
"Tidak ada salam perpisahan." Myungsoo menarik tangan Suzymembuat wanita itu kini berdiri sedikit di belakangnya. Dia menatap tak sukapada Suzy sebentar, lalu menatap Jimin. "Aku tidak akan membiarkannya, bung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriend Rent
FanfictionDISCLAIMER: Cerita ini hanya fiksi belaka. Author hanya meminjam nama tokoh, tempat, dan merek untuk kebutuhan cerita. Cerita milik author, sedangkan Idol milik orang tua dan agensinya.🧡 Sewa jasa pacar bayaran adalah side-job Suzy. "Apa yang terja...