NAEUN menatap laki-laki yang sedang meninjau dokumen yang baru saja ia berikan itu dengan seksama. Myungsoo jelas sedang bahagia karena Naeun bisa melihat dengan jelas menggunakan kedua matanya—bahkan orang rabun sekalipun bisa melihatnya—bagaimana wajah itu sedang berseri-seri sekarang. Atau bahkan sejak pagi? Sekelebat terdengar para pegawai Watermart pagi ini berkasak-kusuk bagaimana mereka yang mendapati bos mereka yang super kaku itu tiba-tiba menjadi ramah menyapa. Dan detik ini Naeun berhasil membuktikan omongan-omongan itu dengan kedua matanya sendiri.
Dia mengenal Myungsoo sudah terhitung lama, dan ekspresi wajahnya yang ini jelas mengusik pikirannya. Myungsoo nampak sedang jatuh cinta.
Naeun meremas ke sepuluh jemari di sisinya. Apakah ini karena wanita yang kemarin itu?
“Semuanya baik. Kau bisa langsung meminta menghubungi pihak sana untuk membahas lebih rincinya.” Ucap Myungsoo sambil menutup dokumen yang tadi ia baca, lalu menyerahkannya kepada Naeun.
Naeun mengubah ekspresinya dengan cepat menjadi ramah. Diulasnya senyuman super cerah seraya mengambil dokumen dari tangan Myungsoo. “Ya, aku akan segera menghubungi pihak sana.”
Myungsoo mengangguk. “Kau boleh kembali ke tempatmu.”
“Kau mengusirku?”
Myungsoo menatap dengan pandangan bertanya. Dia yang baru saja hendak mengambil ponselnya dari dalam laci meja kerjanya mendadak terhenti, ditatapnya wanita dengan blus krem dan rok span itu kembali.
Naeun kembali bicara dengan nada yang dibuat setengah bercanda. “Kau sedang bahagia ya? Apa kau menang lotre?”
“Tidak.”
“Lalu?”
“Apa maksudmu?”
“Hanya saja,” Naeun mengedikkan bahu. Lalu menunjuk ke arah luar menggunakan dagunya. “para pegawaimu tak henti-hentinya bergosip pagi ini karena bos mereka yang kelewat kaku mendadak jadi super ramah begini.”
“Aku?”
“Siapa lagi?”
Myungsoo mengernyitkan dahi. “Sepertinya aku melakukan hal seperti biasanya.”
“Jadi kau tidak menang lotre?”
“Tidak.”
“Hm, karena wanita itu ya—“
“BRO KATA ADIKKU, KAU DAN—“ suara laki-laki memotong kalimat Naeun. Pria dengan pakaian jas kantoran itu membuka pintu, senyumnya yang mekar mendadak kuncup lagi saat tahu sang sahabat sedang ada tamu di ruangannya. “Ups, kau sedang ada tamu ternyata.”
“Na, kau ke Seoul?” Myungsoo yang nampak kaget melihat sahabatnya itu langsung berdiri. Dia menatap Naeun sebentar dan bicara, “Kau boleh pergi.”
Naeun mengangguk dan berbalik, mengulas senyumnya kepada sahabat dari Myungsoo itu dengan sopan sebelum melangkah keluar ruangan.
Na memalingkan pandangannya kembali setelah mengikuti kepergian wanita itu, dahinya kini berkerut. “Bukankah dia model itu?”
“Ya,” Myungsoo mengangguk. “Kapan kau dari Jepang?”
“Kemarin lusa.” Jawab Na pendek, lalu kembali memberikan pertanyaan lanjutan. “Kenapa dia di sini?”
“Magang. Naeun dapat tawaran membintangi drama dan dia ingin memperdalam perannya.”
Wajah Na masih menampilkan reaksi yang sama dengan sebelumnya, dia langsung mengingat cerita Soojung dan Suzy saat ia mengintrogasi kedua wanita itu ketika ia memergoki sepasang mata sembap milik sang adik pagi itu. Na saat itu hanya mendengar ceritanya, namun dia menjadi emosi ketika tahu bahwa satu-satunya adik perempuan yang ia miliki disakiti oleh pria lain. Dan sekarang, Na bertemu dengan wanita yang menjadi alasan putusnya hubungan percintaan si brengsek itu dan sang adik. Tapi dia enggan membahas, dia hanya ingin professional dan tidak ingin ceritanya menjadi beban untuk sahabatnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriend Rent
FanfictionDISCLAIMER: Cerita ini hanya fiksi belaka. Author hanya meminjam nama tokoh, tempat, dan merek untuk kebutuhan cerita. Cerita milik author, sedangkan Idol milik orang tua dan agensinya.🧡 Sewa jasa pacar bayaran adalah side-job Suzy. "Apa yang terja...