Kening Ella mengernyit. Tiga puluh menit yang lalu, Myungsoo menjemputnya di apartemen Suzy. Meskipun sudah bersikeras agar diizinkan menginap, namun usaha Ella tidak membuahkan hasil. Ayahnya bilang kalau Suzy malam ini tidak menginap di apartemen, tetapi di rumah temannya. Ella juga tahu, dan dia tidak masalah. Bagi Ella, asalkan ada Suzy, dimanapun dia pasti bisa tidur. Belum lagi, gadis kecil itu jelas kepikiran karena teman yang dimaksud calon ibu barunya itu adalah aunty Soojung—yang mempunyai ponakan bernama Bian. Menurut penglihatan Ella, Bian itu sedikit cari perhatian pada Suzy. Dan Ella tidak suka itu.
Bagaimana kalau Suzy lebih sayang kepada Bian daripada kepada dirinya?
Itu tidak bisa dibiarkan!
Belum lagi, hal yang mengesalkan terjadi di rumah sakit tadi. seseorang tiba-tiba memperkenalkan diri sebagai teman dekat calon ibu barunya—padahal Suzy mengatakan kalau pria itu hanya teman saja. Tak pakai dekat.
Huh! Begitu banyak rintangan untuk mendapatkan ibu baru...
Ella mendesah panjang sambil bertumpu dagu di atas meja makan. Dia sedang 'menemani' bibi ART yang bertugas di rumahnya yang kini sedang memasak makanan untuk makan malam. Ahjumma itu menoleh ke arah Ella dan menatap bingung. pasalnya, Ella bukan tipikal anak yang suka melamun apalagi menghela napas panjang seperti sedang banyak pikiran begitu. Sepanjang ia mengenal Ella, gadis kecil itu hanya suka melebarkan bibirnya mengeluarkan sebuah tawa.
"Nona Ella, ada masalah?"
Gadis kecil dengan rambut di cepol ke atas itu menoleh. Masih dengan bertumpu dagu. Bibirnya manyun dan berkata. "Aku sedang ada yang dipikirkan, bibi."
"Nona Ella bisa membaginya pada bibi kalau ingin. Siapa tahu bibi punya solusi."
"Tidak. Aku tidak suka membagi masalahku." Katanya diplomatis.
Bibi paruh baya itu tak kuasa menahan senyumnya. "Baiklah kalau begitu. Kau mau makan stawberry short cake?"
Ella menggeleng. Tepat pada saat itu sebuah ide muncul di kepalanya. "Tapi, di pastry ada es krim tidak?"
"Ada. Semua es krim kesukaan Nona Ella ada di lemari pendingin."
Wajah Ella langsung semringah. Ia turun dari bangkunya dengan tiba-tiba, membuat bibi ART itu langsung waspada. Terakhir kali Ella turun seperti itu, dia tak sengaja malah menjatuhkan dirinya mencium lantai marmer di bawahnya, membuat satu gigi bawahnya copot dan dia ompong. Saat itu, Ella mogok sekolah selama tiga hari.
"Tapi, ayah nona berpesan makan eskrim hanya boleh di hari minggu sebanyak satu. Kalau tidak nona akan jatuh sakit..."
"Mwoya... ayah kan tidak ada di sini. Dia tadi kembali ke kantornya dan pulang 40 menit lagi." jawabnya.
Wanita paruh baya itu menggeleng. "Bibi bisa dimarahi—"
"Tidak akan." Ella menggeleng cepat. Kedua matanya menatap lurus sambil mendongak. "Aku pastikan bibi tidak akan di marah ayah. Ini rahasia kita berdua, ok?"
Melihat Ella yang sepertinya sangat menginginkan es krim itu mau tak mau ia mengangguk. "Baiklah, aku akan ambilkan."
"Tidak usah," Ella menahan cepat. "aku saja. Bibi lanjut memasak saja."
"Nona Ella bisa?"
"Tentu saja. Aku kan sudah tinggi dan besar." katanya setengah kesal. kemudian dia berlari menuju ruang pastry.
Ella tahu kalau ini pasti akan menyusahkan dirinya sendiri. Dia tak suka sakit, tapi demi agar Suzy datang kemari... hanya ini satu-satunya cara. Dia tahu kalau dokter keluarganya sedang pergi—neneknya pernah menelepon dan ia mencuri dengar—sedangkan, ayah tidak akan pernah mengganggu para ART setelah jam 7 malam. Kemungkinan besar Ayahnya pasti akan menghubungi Suzy. Ya...

KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriend Rent
Fiksi PenggemarDISCLAIMER: Cerita ini hanya fiksi belaka. Author hanya meminjam nama tokoh, tempat, dan merek untuk kebutuhan cerita. Cerita milik author, sedangkan Idol milik orang tua dan agensinya.🧡 Sewa jasa pacar bayaran adalah side-job Suzy. "Apa yang terja...