JARINYA gemetar saat menekan tombol nomerator pada lift yang tak lama pintunya menutup. Lalu, bibir itu kembali mengigit kuku jarinya dengan gelisah seraya kedua pandangannya yang ia tumpukan pada nomerator yang menyala.
Lantai 1... lantai 2... lantai 3... Suzy menghitung dalam hati dengan gelisah. Setelah telepon dari suster Haesook berakhir, Suzy langsung melarikan diri secepat mungkin menuju Rumah Sakit ini. Beruntung karena tadi dia langsung menemukan taksi hingga dia sampai ke Rumah Sakit hanya dalam waktu 20 menit.
Bunyi Ding! terdengar dan pintu lift terbuka. Suzy segera melangkah keluar dengan berjalan cepat menyusuri lorong koridor yang sepi. Wajar saja, ini sudah jam sebelas malam. Beruntung karena dia masih bisa masuk mengingat jam besuk sudah tidak diberlakukan lagi. Dinding-dinding putih yang panjang yang Suzy lewati itu akhirnya membawa langkahnya berhenti pada satu pintu putih di lantai koridor itu. Suzy menarik napas, kemudian menggeser pintu di depannya perlahan.
"Suzy!" suster Haesook langsung berseru lega, wanita setengah baya yang sedang membenarkan selang infus di tangan Jimin itu langsung menggeser tubuhnya saat Suzy sudah berdiri dalam jarak sentuhnya.
"Apa yang terjadi, Sus?" tanya Suzy, suaranya bergetar dan matanya terasa panas. Perasaan yang terjadi kali ini jelas diluar kendalinya, Soojung pasti akan marah kalau tahu dia menangisi Jimin, tapi rasa khawatir malam ini membuat dadanya sesak dan membuatnya ingin menangis. Untuk kali yang tak terhitung lagi, Suzy mencoba menarik napasnya dalam-dalam berharap supaya air mata yang hendak melesak keluar itu kembali masuk. Setelah merasa lebih bisa mengontrol emosinya, dia kembali bicara. "Aku benar-benar terkejut."
"Janji kau jangan menangis ya?"
"Ada apa memangnya, Sus?" Suzy mendesak penasaran.
Haesook menatap perempuan di depannya ini dengan pandangan kasihan, berhubungan dengan Suzy selama beberapa tahun ini membuat Haesook yang memang sebatang kara sudah menganggap Suzy seperti anaknya sendiri. Dia, dan seluruh staff di rumah sakit ini jelas tahu dan menyimpan rasa kagum kepada Suzy, yang mau bersusah payah merawat Jimin. Pada awalnya mereka mengira kalau Jimin itu adalah kekasih Suzy, namun karena Soojung selalu menegaskan pada setiap orang yang bertanya—bahwa Jimin hanya teman mereka dan bukan kekasih sahabatnya—maka gosip-gosip praduga itu menghilang di makan waktu.
Yang Haesook tahu, Suzy sedang berupaya merawat temannya. Sungguh anak yang benar-benar baik.
"Kondisi Jimin semakin memburuk." Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Haesook mengatakannya. "Tadi, dia sempat terkena serangan lagi. Beruntung Jimin berhasil melewatinya." Haesook membubuhkan pandangannya kepada Jimin.
Suzy mengikuti. Ditatapnya Jimin yang sedang tak sadarkan diri di atas brankar itu dengan raut wajah sendu.
Ini semua salahnya... kalau saja dia tidak bertengkar malam itu dengan Jimin...
"Suster, aku ingin menanyakan sesuatu. Boleh?" Suzy kembali menolehkan kepala ke arah Haesook yang langsung mendapatkan anggukan dari wanita dengan pakaian serba putih di depannya. Menarik napas sebentar sebelum mengembuskannya perlahan, Suzy lalu kembali bicara. "Apakah ada kemungkinan Jimin akan sembuh jika kembali melakukan operasi?"
"Mungkin saja. Tergantung kuasa Tuhan, nak."
"Aku ingin Jimin segera ditangani."
"Suzy, biayanya begitu besar. Kau tahu kan, jika operasi ini tidak berhasil, semuanya akan sia-sia..."
Suzy memejamkan mata sebentar. "Aku benar-benar ingin melihatnya membuka mata lagi."
"Kau sangat mencintainya ya?"
Suzy terdiam. Sejujurnya, dia sendiri bingung atas perasaannya sekarang. Yang jelas... "Aku ingin lepas dari rasa bersalahku, Suster."
Haesook memandang Suzy sebentar, lalu mengangguk. "Aku akan mengatur waktu supaya kau bisa bertemu dengan Dokter dan membicarakan ini lebih lanjut. Ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriend Rent
FanfictionDISCLAIMER: Cerita ini hanya fiksi belaka. Author hanya meminjam nama tokoh, tempat, dan merek untuk kebutuhan cerita. Cerita milik author, sedangkan Idol milik orang tua dan agensinya.🧡 Sewa jasa pacar bayaran adalah side-job Suzy. "Apa yang terja...