--------------------------------------------------
Sorry for typos and happy reading.
--------------------------------------------------
- 20 -
Myungsoo duduk di kursi plastik, di depannya secangkir kopi instan dari mesin kopi otomatis agak mengepul. Dari kejauhan dapat dia lihat Tae Oh berjalan mendekat, semakin mendekat hingga pria Kang itu duduk di kursi tepat di depannya.
"Masih belum menemukan orang yang kau cari?" Pria itu menatap cangkir plastik kopi Myungsoo yang masih utuh.
"Belum. Informasinya dia tinggal di sini, apa aku dapat informasi palsu?" Myungsoo melihat sekeliling, mereka berada di depan sebuah toserba yang tidak terlalu besar, duduk di kursi plastik yang berada di depan dengan payung yang sudah mengembang sejak pagi.
"Menurutmu kita bisa membawa orang itu untuk menjadi saksi di persidangan?" Tae Oh mengakui bahwa dia juga berharap kasus kali ini bisa berakhir dengan kesuksesan yang memihak mereka, "Kenapa sulit sekali bicara dengannya?" pria itu tidak mengambil kopi baru, malah meraih gelas Myungsoo dan menyesap isi. Myungsoo tidak protes.
"Harus bisa." Myungsoo menjawab seadanya, "tentang suatu hal, aku ingin bertanya padamu." Tae Oh terkekeh karena Myungsoo tiba-tiba minta izin. Rasanya aneh.
"Apa? Tumben kau meminta izin untuk bertanya."
"Suzy," Myungsoo agak berdehem canggung, "kau benar-benar menyukainya?" akhirnya berhasil melontarkan pertanyaan itu setelah beberapa kali ragu untuk bertanya. Myungsoo tidak suka berdebat kembali dengan Tae Oh.
"Aku pikir kau tau jawabannya."
Myungsoo memutar pandangan, "jadi kau benar-benar suka dia?" bertanya lagi agar lebih memastikan jawaban Tae Oh, kenapa pria itu tiba-tiba tidak ingin langsung berterus terang.
"Aku suka." Tae Oh menyengir, setelahnya berucap, "tapi kau tidak perlu Terganggu dengan perasaanku. Aku mengaguminya dan tidak mungkin memaksakan perasaanku. Kau dan dia baik-baik saja?"
Myungsoo tampak menghela napas lega.
"Begitulah." Pria Kim itu mengangguk, "aku pikir semuanya baik-baik saja, setidaknya untuk sekarang."
"Terdengar bukan seperti dirimu. Kenapa?" Myungsoo hanya mengangkat bahu, "aku tidak tau pasti, hanya merasa begitu." Myungsoo rasa ketenangan yang ia rasakan sekarang hanya sementara sebelum badai menerjang, tanpa sadar pria Kim itu menghela napas kecil.
"Mari berhenti membahas itu sekarang, kita harus mencari saksi kunci itu. Di mana dia sebenarnya?"
Tae Oh tertawa singkat, "padahal dia yang memulai." tak habis pikir.
-oOo-
Sore itu, Myungsoo memarkirkan mobilnya di parkiran Universitas Negeri Seoul. Pria itu sedang menunggu Suzy. Wanita bernama lengkap Bae Suzy tersebut mengisi sebuah kelas khusus dari beberapa jam yang lalu, sampai sekarang dia belum juga keluar.
Seperti biasa, Suzy bilang dia tidak perlu di jemput karena ada supir. Namun Myungsoo adalah Myungsoo, dia tetap bersikeras untuk menjemput. Mau bagaimana lagi, kesibukan keduanya membuat mereka jarang menghabiskan waktu bersama, makanya Myungsoo mengambil inisiatif. Jika ada waktu luang dia akan mencoba untuk menemui Suzy, sebisa mereka memanfaatkan waktu.
"Maaf membuatmu menunggu." Suzy dengan outfit andalannya itu membuat Myungsoo tidak perlu resah meski kelas khusus wanita itu selalu dihadiri pada pemuda tampan dan pintar. Dengan celana panjang serta atasan tebal yang juga berlengan panjang, Suzy mempertahankan gaya berbusana andalannya sejak dulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Complete Me [END]
Fiksi PenggemarBae Suzy merasa telah memiliki segalanya, latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, pekerjaan sampai penampilan, dia tidak pernah merasa kurang. Sedangkan Kim Myungsoo, dia bisa memiliki segala yang ia inginkan, uang, teman, wanita. Tapi―...