[Kimberly's POV]
"Namaku Kimberly Fern, baru saja pindah dua minggu yang lalu dari Spanyol. Salam kenal semuanya." aku tersenyum setulus yang kubisa. Aku sedang berdiri di depan seisi kelas ini untuk memperkenalkan diri. Ya, walaupun tetu saja aku berbohong tentang 'baru saja pindah dua minggu yang lalu.'
Jelas tak masuk akal kalau aku bilang "Aku baru pindah kemarin siang dari Spanyol, dan sudah mempunyai rumah tetap, kendaraan, dan langsung bisa sekolah tanpa mengurusi data-data kewarganegaraan yang lain." sangat bodoh kalau aku bilang begitu. Dan tentang data kewarganegaraan dan lain-lain... aku masih memikirkan bagaimana cara memalsukan datanya sebelum diurus oleh duta negara ini.
Semuanya menjadi sedikit lebih menyusahkan karena tak ada Jack, lelaki yang biasanya bersedia memalsukan data-data keperluan kami ketika akan pindah tempat. Mau tak mau, nanti aku akan menyuruh Zav atau Rylan mengakali dokumen-dokumen palsunya.
"Kimberly mulai sekarang akan menjadi teman sekelas kalian, tolong bersikap baik padanya, ya." ujar Bu Sena pada murid-murid ini.
Mereka semua menatapku dengan pandangan yang berbeda-beda, ada yang berbisik-bisik heran mengapa aku pindah pada tengah semester, ada yang tak peduli, ada yang tersenyum lebar padaku, ada yang menatapku dari atas sampai bawah dengan senyuman, lalu berbisik pada temannya.
Aku menghela napas pelan. Aku sedikit lega, bisa hidup normal seperti manusia biasa pada akhirnya, ini adalah... yang kuimpikan sejak kecil. Tapi walau begitu, jelas aku butuh beradaptasi dengan mereka. Disamping ingin mencari tahu karakteristik manusia pada dimensi ini.
"Kamu duduk disana ya, Kimberly." ujar Bu Sena lembut, sambil menunjuk kursi yang kosong, disebelah seorang perempuan yang sedang tersenyum melihatku.
Aku mengangguk, "Terimakasih, Bu." ujarku, lalu berjalan ke arah kursi yang kosong itu. Letaknya tiga dari depan, dan posisi horizontalnya berada tepat di tengah. Ck, harus sekali aku duduk di tempat se-terlihat ini? Sejak dulu, tempat dudukku selalu di paling pojok belakang. Karena itu adalah posisi paling tepat untuk mengamati semua orang. Tidak lupa, profesiku dulu adalah agen mata-mata.
Sesaat setelah aku menduduki kursi kosong ini, perempuan di sebelahku mengulurkan tangannya. "Salam kenal, Kimberly. Namaku Eleazar Mandara, panggil saja El." ujarnya antusias dengan senyuman ramah.
Aku balas tersenyum. "Salam kenal juga, panggil aku Kim saja." ujarku padanya seramah yang kubisa. El memiliki rambut hitam lurus sepanjang dada, iris matanya berwarna hitam--walau tidak se-pekat Jack-- wajahnya putih mulus, pipinya chubby tetapi tubuhnya kurus, ditambah lagi.. ia memiliki poni yang membuatnya seratus persen terlihat lucu.
Kalau Ruby melihat gadis yang seperti ini, pasti ia akan mengadopsi El secara sepihak menjadi adik angkatnya. Ruby memang mudah gemas dengan gadis seperti Eleazar ini.
"Kamu asli orang Spanyol ya, Kim?" tanyanya dengan nada yang ramah.
Kurasa wajahku masih masuk kalau dibilang Spaniard asli.
"Iya." bohongku, lalu tersenyum tipis. "Kalau kamu?"
Sebentar.
Kurasa aku pernah melihatnya.
Dia sangat mirip dengan... teman sekelas Claire dulu... ah, aku lupa namanya! Tapi yang berasal dari Jepang itu, bukan?
Ah, apa aku salah, ya? Tidak mungkin kan?
El tersenyum manis, "Aku asli Jepang."
Apa?! Benar?!
Tidak mungkin kebetulan mereka memiliki wajah yang mirip dan sama-sama berasal dari... Jep-
KAMU SEDANG MEMBACA
AGENT 2: The Parallel Dimension
Fantasy--Sequel kedua dari AGENT: Agent of mutants-- [The Parallel Dimension; adalah perjalanan kelima mutan itu dalam dimensi paralel, dan secara tidak sengaja menemukan seseorang yang ternyata adalah kunci terkuat untuk mereka semua.] Setelah kiamat men...