Related.

1.7K 327 45
                                    

[Kimberly's POV]

"APA?! MANA COBA LIHAT!" Ruby langsung mengambil pergelangan tanganku, lalu mengamatinya lekat-lekat. Begitu juga Rylan, dan Zav, yang masih terpelanga tak percaya.

"Benar... jadi tinggal seperempat.." ujar Zav kagum.

"Jadi ini... Val yang menyembuhkanmu, atau bagaimana?" tanya Rylan menyernyit, masih tak paham.

Valerie menoleh padaku dengan ragu. Sementara aku? Aku terdiam sejenak.

Aku tahu Valerie memasuki pikiranku, dan ia pasti melihat beberapa pengelihatan penting di dalam pikiranku. Secara teknis, jika ia memasuki kawasan terpenting dalam diriku--yaitu pikiranku--, maka ia akan ikut mendapat pengelihatan. Entah tentang masa depan, tentang masa lampau, atau bahkan bisa jadi kehidupan dimensi lain.

Dan aku juga tahu, ia sempat menemuiku di alam bawah sadarku. Aku cukup kagum untuk yang satu itu.

Tapi...

Sejujurnya, ia tak memiliki secuil pun kemampuan untuk membuatku sadar.

Lebih tepatnya... tak ada yang mampu membuatku kembali sadar... termasuk diriku sendiri.

Itu lah mengapa, saat kubilang 'aku juga mengira aku akan mati' aku benar-benar serius.

Karena ini semua bukanlah penyakit yang dapat diselesaikan dengan membangunkanku dari alam bawah sadar begitu saja. Ini adalah kosekuensi dari hukum alam yang seringkali kulanggar... dalam bentuk kutukan.

Dan dilihat dari wajah-wajah mereka, jelas saja, tak ada yang tahu kalau ini adalah kutukan.

"Kim!" Ruby mengagetkanku. "Kenapa melamun? Eh jangan-jangan mau pingsan lagi ya?!" tanyanya panik.

Aku menggeleng dengan cepat. "Gak kok!" ujarku, lalu tersenyum tipis.

Mereka tak boleh tahu.

"Val yang menyembuhkanku." aku menoleh pada Valerie, yang tampaknya ia juga kaget mendengar perkataanku barusan. Namun aku tetap tersenyum meyakinkan. "Val membuatku sadar dari dalam pikiran." ujarku.

Semua mata beralih pada Val dengan tatapan kaget dan kagum.

Aku menatap Val dengan penuh rasa terimakasih. "Thank you, Valerie."

Untuk sekarang, mereka cukup tahu kalau Valerie yang memulihkanku.

Val tersenyum lebar padaku, "Aku bersyukur sekaliii bisa membantu kamu, Kim!!" ujarnya senang.

Lalu belum sempat aku berkata apa-apa lagi, Ruby, Zav, dan Rylan langsung memelukku erat, dan yang terakhir, Val ikut memelukku dari belakang.

Pelukan mereka hangat. Aku pun tersenyum tulus, lalu membalas pelukan mereka. Karena untuk sekarang, hanya itu yang kubisa.

Setidaknya mereka bisa bernapas lega, tanpa harus memikirkan dan mengkhawatirkanku lagi...

... walau pun aku berbohong.

Mereka melepas pelukan ini, begitu juga denganku, lalu kami duduk di sofa untuk mengobrol lebih santai lagi. Raut wajah kami menjadi lebih cerah dan antusias dari biasanya. Suasana hati mereka sedang berada di puncaknya sekarang ini. Aku jadi ikut senang...

"Kim..." Val menunduk. "Aku mendapat pengelihatan." ujarnya, membuat seluruh isi ruang tamu ini terpelanga kaget.

"Iya, itu pasti terjadi." ujarku membenarkan.

"Bolehkah aku mengatakannya?" tanya Val padaku.

"Hmm... tak pernah ada hukum alam yang melarang jika ada seorang pengendali pikiran yang berhasil memasuki pikiranku, sih..." aku melihat ketiga temanku bergantian, raut wajah mereka mengisyaratkan seolah sudah ingin tahu apa yang Val lihat. "Dan kamu juga gak terikat dengan hukum alam, jadi.. boleh, Val." ujarku pada akhirnya.

AGENT 2: The Parallel DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang