"Belum bangun juga, By?" tanya Rylan sambil melepas tasnya, lalu melemparnya ke sofa.
Diikuti Zav di belakangnya, yang langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa, kelelahan. Sedangkan Valerie, ia langsung melangkahkan kakinya ke kulkas untuk mengambil minuman kaleng favoritnya.
Mereka bertiga baru saja pulang dari sekolah. Walau tak terlalu 'belajar' karena jelas mereka menganggap sekolah SMA itu sudah ketinggalan dengan level kepintaran mereka--apalagi mereka dua kali mengulang masa SMA-nya--, tapi yang membuat mereka lelah adalah bersosialisasinya. Di tengah keramaian para pelajar, pura-pura tidak tahu saat guru menjelaskan, padahal materinya sudah lewat sekali (untuk mereka).
Benar-benar definisi pura-pura bodoh.
Lihat lah Kimberly! Sekalinya ketahuan pintar--sebenarnya dia genius--,guru-guru langsung memohon agar ia mengikuti olimpiade internasional. Ya begitulah kehidupan mereka, berdampingan dengan manusia yang kapasitas otaknya biasa saja.
Ruby menggeleng pelan. "Belum..." ujarnya tanpa energi.
Zav menghela napas, lalu memijat pelipisnya sambil tiduran. "Kira-kira gimana ya... supaya Kim bisa cepat sadar..."
Ruby ikut duduk di samping Zav yang sedang tiduran, lalu menghela napasnya lagi. "Aku gak tahu lagi... dari pagi sampai sore kalian pulang, aku selalu di sebelah Kim... bahkan makan dan belajar di sampingnya juga.. supaya kalau ada pergerakan atau tanda-tanda siuman aku bisa tahu... tapi nihil."
Valerie datang kembali ke ruang tamu dengan empat minuman kaleng yang dingin, lalu meletakkan itu semua di atas meja di ruang tamu. Rylan langsung mengambil salah satunya, "Makasih, Val."
Valerie duduk di sebelah Rylan, keduanya masih terdiam, berpikir... sambil meneguk minuman dingin mereka.
Lalu tiba-tiba, Rylan berhenti minum dan langsung menoleh pada Valerie.
Valerie yang masih meneguk minuman itu, menaikkan salah satu alisnya, seolah ingin berkata 'kenapa?' pada Rylan, karena Rylan menatapnya dengan tatapan aneh.
Seperti melotot terkejut...
Sementara Zav dan Ruby memperhatikan mereka berdua dalam diam, seperti sedang menuggu apa yang akan Rylan katakan.
"Val!!!" Rylan meletakkan minuman kalengnya di atas meja dengan bersemangat, sampai menimbulkan suara yang kencang.
Valerie tersentak kaget, "Uhukk! uhukk!!" ia sampai tersedak, lalu segera mengambil tissue di atas meja untuk mengelap mulutnya. "Iyaa?! Apa sihh??" Val menyernyit bingung.
"Val jawabannya! Ah sial! Kenapa aku baru kepikiran?!" Rylan berdecak kesal.
"Apa sih? Jawaban apa??" tanya Ruby penasaran.
"Val kan pengendali pikiran, kenapa gak dia saja yang masuk ke pikiran alam bawah sadar Kim? Lalu membangunkannya dari alam bawah sadarnya!" ujar Rylan bersemangat.
Valerie tertegun.
"EHH IYA! KENAPA AKU GAK KEPIKIRAN?" Zav menepuk kepalanya, lalu tersenyum sumringah.
"Itu ide baguuus!!" Ruby tersenyum lebar, "Astaga, ternyata kita punya solusinya." ujar Ruby sambil menoleh pada Valerie dengan ekspresi gembira.
Semua mata mengarah pada Valerie, tapi Val bahkan tak tersenyum sama sekali.
"Ada masalah? Kau bisa kan, Val?" tanya Rylan memastikan.
"Anu..." Valerie menelan ludahnya, tak siap memecahkan ekspektasi teman-temannya. "Kalian tahu kan... aku bahkan tak bisa mencapai pikiran Kim?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGENT 2: The Parallel Dimension
Fantasy--Sequel kedua dari AGENT: Agent of mutants-- [The Parallel Dimension; adalah perjalanan kelima mutan itu dalam dimensi paralel, dan secara tidak sengaja menemukan seseorang yang ternyata adalah kunci terkuat untuk mereka semua.] Setelah kiamat men...