Dramatically Funny

1.4K 305 13
                                    

"Jujur? Aku tertawa terbahak-bahak saat melihatmu membanting Kak Ace tadi pagi." Jam istirahat baru berbunyi, dan Kimberly baru melangkahkan kakinya keluar dari kelas, tapi Valerie sudah memblokir jalannya bersama dengan Ruby.

Ruby terkekeh, "Serius tadi Val tertawa kencang sekali, telingaku sampai sakit. Tapi memang lucu sih.. refleks bela dirimu masih berbekas sampai sekarang ya?"

Kimberly tersenyum, sebenarnya ia mau ikut terkekeh, tapi ia tahan sekuat tenaga. "Kita sudah jadi agen selama empat tahun, bagaimana bisa aku terbebas dari refleks bela diri?"

Mereka bertiga sedang berjalan ke arah tangga, ingin naik ke lantai atas. Di sekitar mereka tidaklah sepi, banyak siswa-siswi yang memperhatikan mereka bertiga baik dari jauh ataupun dari dekat. Walaupun begitu, Kimberly mencoba agar tak terusik dengan itu.

Tiba-tiba, datanglah segerombolan perempuan datang kepada Kimberly, lalu salah satu dari mereka mendorong bahu Kim tanpa sebab. Ruby dan Valerie terbelalak dibuatnya.

Perempuan itu memakai riasan yang berlebihan, serta seragam yang ketat menjiplak tubuh bagian atasnya. Ia melotot kepada Kimberly dengan raut wajah yang sangar dibuat-buat.

Valerie dan Ruby merapatkan mulut mereka, menahan tawa. 

Ruby menoleh pada Valerie. "Jangan bilang..."

"Kalau sampai dia adalah kakak kelas genit seperti yang ada di novel, aku akan tertawa kencang." bisik Valerie sambil menahan tawa.

Begitu Kimberly memperhatikan penampilan perempuan di depannya ini, ia langsung teringat akan seseorang...

Sally.

Perempuan genit yang dulu menyukai Jack, dan sering melabrak Claire sampai hilang kendali.

Gadis dengan lipstick merah itu membuka mulutnya. "OHH.. INI YANG BERANI NYAKITIN ACE?"

"DEKAT-DEKAT SAMA ACE JUGA LAGI!" perempuan di sebelahnya ikut bersuara lantang.

Kimberly ingin mengusap telinganya seperti biasa, tapi tak bisa. Ia benar-benar terpelanga sekarang.

Kim tak mempercayai ini.

Apa yang barusan didengarnya.

Apa yang ia lihat barusan.

'Serius? Aku dilabrak?'  pikirnya dalam hati.

Kimberly menoleh ke sekitarnya, banyak orang yang menonton mereka. Benar-benar berkerumun.

'Serius? Ini bukan mimpi?'  Kim benar-benar tak percaya apa yang dialaminya ini.

Sementara itu, Valerie sudah tertawa terbahak-bahak di belakang Kimberly, Ruby menutup mulut Val dengan susah payah, walaupun ia sendiri juga sedang terkekeh geli.

"Dia melabrak seorang Kimberly Fern.." gumam Valerie disela-sela gelak tawanya. Bahkan sampai susah bernapas.

"KALIAN BERDUA! KENAPA KETAWA?! ADA YANG LUCU?! GAK ADA SOPAN SANTUN YA SAMA KAKAK KELAS!" ujar perempuan di sebelah si lipstick merah. Kali ini yang seragamnya paling ketat, sepertinya sampai sudah mau robek.

Valerie dan Ruby terdiam. Mereka bedua menunduk, lalu menutupi wajah mereka dengan tangan, karena mereka sedang menahan tawa sekuat tenaga. "Pffftttt."

Kimberly yang masih dipelototi oleh mereka berlima itu, menoleh ke belakang, lalu membisikkan sesuatu pada Val dan Ruby.

"Aku harus pura-pura menangis gak? Biar tambah seru."

"PFFFT!"

"EH! Hush! Pfftt." Ruby menyenggol bahu Val, agar ia berhenti.

Kimberly menutupi mulutnya, ia terkekeh pelan, lalu kembali menghadap ke arah lima perempuan menor-menor dan berseragam ketat itu. Kim memasang wajah datarnya lagi.

Ia menyesali keputusannya telah datang ke dimensi ini. 

Kim menghela napas lelah. "Ya udah.. mau pakai cara baik-baik atau langsung siram aku dengan minumanmu itu?" sorot matanya mengarah ke minuman kaleng yang digengam oleh perempuan dengan riasan menor di hadapannya.

Kim berkata begitu karena ia membenci drama, jadi daripada bertele-tele, lebih baik langsung saja. Setelah itu ia kan sudahi semua ini.

"WAH! KAU MEMANG CARI GARA-GARA, YA?" ujar perempuan itu lantang.

Kimberly menghela napasnya frustasi, "Jadi siram aku gak sih? Aku hitung sampai tiga kalau masih belum, aku pergi."

"Satu..."

"Dua..."

Saat perempuan itu baru akan menumpahkan seisi minuman kaleng itu pada Kimberly, Kim lebih cepat menahan tangan perempuannya itu. Pergerakan tangan yang gesit Kim membuat si perempuan genit itu terbelalak.

Kimberly melirik tulisan nama pada kemeja ketat perempuan itu, 'Sally Loviere'. Lagi-lagi Kim menghela napas lelah. 

'Pantas saja, ternyata kembaran dimensinya Sally.' ujar Kim dalam hati.

Kimberly mengencangkan cengkraman tangannya pada pergelangan tangan Sally, lalu memelintir tangannya sampai hampir biru. 

Kemudian Kim mendekat pada Sally, ia berbisik pada telinganya. "Jangan pernah tunjukkan wajahmu lagi di depanku, atau tangan ini akan kupatahkan menjadi empat bagian." 

Setelah itu, Kimberly menjauhkan wajahnya lagi dari telinga Sally, lalu tersenyum miring.

"Val, tolong hapus memori orang-orang yang melihat kejadian ini, kecuali Sally." bisik Kim pada Val.

Valerie tersenyum puas. "Sudah dari tadi, tenang saja. Kamu aman kalau membawaku." bisiknya.

Kimberly menoleh pada Sally yang merintih kesakitan. Lalu berpikir sejenak. 'Dia jadi kakak kelasku ternyata di dimensi ini...'

"LE..LEPAS! HEI! NANTI KULAPORKAN ACE, YA!?" ujar Sally mengancam.

Ruby menyenggol lengan Kim, "Lebih baik kau lepaskan, Kim... ini sudah kelamaan, aku mau makan.."

Kimberly menoleh, lalu mengangguk. Ia melepaskan cengkraman kuatnya dari pergelangan tangan Sally. Menimbulkan bekas biru memar.

"Dengar kak, ini bisa kau jadikan bukti untuk melapor," Kimberly menunjuk bagian yang memar itu, "tapi jangan kaget kalau sedetik setelahnya tangan itu terbelah menjadi empat."

Kimberly tersenyum menyeramkan, "Karena aku selalu mengawasimu." bisiknya, lalu menarik tangan Ruby dan Val lembut untuk segera pergi dari situ.

Saat mereka sudah bebas dari kerumunan, Valerie bertepuk tangan. "Aku merinding, Kim." ia terkekeh geli.

"Tapi.. kalau dia benar-benar melaporkan itu gimana? Kamu gak akan benar-benar mematahkan tangannya jadi empat bagian, kan?" ujar Ruby khawatir. Masalahnya, ia tahu benar bahwa ancaman yang Kim berikan tadi bukanlah metafora.

Kimberly benar-benar bisa melakukannya.

Dia memang sekuat itu.

Kimberly tersenyum. "Iya, lalu patahan tangannya kupajang di mading sekolah."

Valerie dan Ruby menghentikan langkah mereka. Kedua perempuan itu menatap Kimberly serius. Menyadari langkah teman-temannya itu terhenti, Kim menoleh ke belakang, yang langsung disambut dengan tatapan serius Val dan Ruby.

"Ya ampun, aku hanya bercanda!"





































Beberapa saat yang lalu..

Orang itu menautkan alisnya. Otaknya mencoba memproses apa yang ia lihat di hadapannya.

'Perempuan yang bernama Valerie itu... bisa menghapus ingatan manusia?'





●●●

TBC guyss!!😘

Hayoo.. siapa yang terakhir kira-kira??

AGENT 2: The Parallel DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang