Akhirnya, lelaki ini menemaniku belajar di sini.
Setelah aku selesai memakan roti yang ia berikan tadi, aku mulai membaca buku sains yang membahas kuantum fisika secara mendalam terlebih dahulu. Lalu sekarang, aku sudah membaca buku yang terakhir... pada halaman-halaman terakhir.
Lima belas menit sudah lewat, aku sesekali melirik ke arah Ace diam-diam.. ia masih setia menopang dagunya, memperhatikanku dari samping sejak tadi.
Sebenarnya aku tak masalah. Karena ia tak mengganggu sama sekali. Dalam selang lima belas menit ini, ia bahkan tidak berusaha membuka percakapan sekalipun, yang artinya... BAGUS! Apalagi aku adalah tipikal orang yang akan sangat sebal jika diganggu.
Lelaki seperti ini benar-benar jarang. Ia benar-benar hanya menemaniku belajar sejak tadi.
Walau kadang, ia tak mengatakan sepatah kata pun, tapi aku sadar bahwa ia ikut membaca buku yang sedang kubaca.
Bahkan sesekali aku sadar ia sudah selesai membaca satu halaman penuh, tapi ia tetap tidak berkomentar seperti 'balik dong halamannya' atau apapun. Ia hanya menunggu sampai aku selesai membacanya.
Kesunyian di dalam perpustakaan ini tidak membuat suasana menjadi canggung. Karena aku dan Ace sama-sama tahu.. otak kami sedang berisik, penuh ilmu.
KRIINGGG!
Aku sedikit tersentak, kaget. Bunyi bel yang kencang itu menggapai indra pendengaranku.
Jam istirahat sudah habis.
Ace menjauhkan posisi tubuhnya dariku. "Kamu benar-benar menyelesaikan ketiganya dalam waktu 15 menit.. wahh." ujarnya seraya meregangkan lehernya. Mungkin pegal.
Aku merapikan ketiga buku itu. "Kau juga bisa menyelesaikannya dalam 15 menit." ujarku, lalu bangkit dari kursi. Kemudian berjalan ke arah rak untuk mengembalikan buku-buku ini.
Dari sudut mataku, kulihat Ace bangkit berdiri, lalu meregangkan pinggang dan bahunya beberapa saat. Untuk tubuh setinggi itu, sepertinya meja baca yang tadi membuatnya pegal membungkuk..
"Iya juga... tapi itu karena aku mengikuti kecepatan membacamu," Ace berjalan menghampiriku, "jadi, cuma bisa baca cepat kalau sedang bersamamu."
Aku yang sudah selesai mengembalikan buku-buku itu, menoleh.
Aku menaikkan sebelah alisku, seolah bertanya 'maksudnya?'. Tapi tak kutanyakan.. karena entah kenapa aku sudah tahu jawabannya.
Aneh.
Ini aneh sekali.
"Maksudnya.. kalau lagi lupa belajar lagi, aku bersedia menemanimu belajar lagi."
Ace?
Aku menyernyit, tetapi bibirku tersenyum tipis.
Mengapa dia se-frontal ini? Hahaha...
... tunggu.
Eh, tunggu!!
Aneh! Mengapa tiba-tiba aku memaklumi semua ini?!
Ini sangat tak masuk akal, bagaimana bisa aku terlena selama lima belas menit tanpa memikirkan ini sama sekali?
Tidak Kim, jangan macam-macam.
"Tenang saja. Aku tak akan lupa belajar lagi." ujarku kembali dingin, tanpa menatapnya.
Meski hening, tapi aku bisa merasakan ia menatapku bingung. Sepertinya ia menautkan alisnya, heran akan perubahan nadaku yang signifikan dalam waktu singkat.
"Baiklah.." ujarnya ragu, "ayo kembali ke kelas." ajaknya.
"Aku sendiri saja." lagi-lagi, tanpa menatapnya, aku mengangguk sopan. "Permisi... Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGENT 2: The Parallel Dimension
Fantasy--Sequel kedua dari AGENT: Agent of mutants-- [The Parallel Dimension; adalah perjalanan kelima mutan itu dalam dimensi paralel, dan secara tidak sengaja menemukan seseorang yang ternyata adalah kunci terkuat untuk mereka semua.] Setelah kiamat men...