"Kamu tadi kemana, Kim?" tanya Val, di sebelahnya ada Val yang juga ikut menunggu jawabanku.
Setelah berbicara dengan Rylan di lantai khusus kelas dua belas tadi, aku kembali turun, dan langsung dihadang oleh Val dan Ruby dengan wajah kebingungan.
"Untuk apa kamu ke atas, Kim?? Bukannya itu lantai kelas dua belas, ya? Kamu gak takut apa?" Ruby memberiku pertanyaan bertubi-tubi.
Aku menghela napas, "Habis adu mulut dengan mantanmu yang menyebalkan itu." jawabku asal.
Percuma bicara dengan Rylan, anaknya susah sekali serius.
"Berdebat tentang apa?" Val memegangi perutnya, lalu terdengarlah bunyi yang cukup keras dari perutnya sampai bisa terdengar olehku, "Ah, nevermind. Kita ke kantin saja, yuk! Aku laparr sekaalii!" ujarnya dengan wajah memelas.
Tanpa menunggu jawaban Ruby ataupun aku, Val langsung menarik tangan kita berdua agar mengikutinya.
"Memangnya kamu tahu kantinnya dimana?" ujar Ruby, membuat langkah Val terhenti seketika.
"Eh iya, aku gak tahu.. By, kantinnya dimana?" tanya Val pada Ruby.
Aku terkekeh pelan. Wajahnya sudah sangat lesu, nada bicaranya sudah lemas, seperti tak punya tenaga lagi.
"Ya sudah ayo By, tunjukkan jalannya, nanti Val keburu pingsan." ledekku dengan cengiran kecil, yang tentunya tak ditanggapi oleh Val. Wajahnya sudah benar-benar mau mati.
○○○
[Author's POV]
Ketiga perempuan itu memberi reaksi yang berbeda-beda saat memasuki ruangan kantin.
Yang satu mematung, yang satu melongo kehabisan kata-kata, yang satu lagi menautkan alisnya, pandangannya menjelajahi seluruh sudut ruangan dengan tatapan tajam.
"K-kok bisa... mewah begini?"
"Ini kantin?!"
"Hati-hati. Kalau ada sesuatu yang aneh bilang aku."
Hanya Kimberly seorang yang masih sempat-sempatnya menyelidiki ruangan mewah di hadapannya itu.
'Kantin' katanya, tapi ruangan ini jauh dari 'kantin' yang ada di bayangan ketiga perempuan itu.
"Aku tak akan bolos sekolah kalau begini. Seperti bangsawan rasanya." gumam Valerie yang masih bisa didengar oleh Kimberly dan Ruby.
Ruangan di hadapan mereka bertiga ini sangat membuat kagum. Lebih seperti dining room ala kerajaan. Desainnya begitu rapi dan mewah bukan main, langit-langitnya yang dapat dipastikan memerlukan biaya fantastis saat membuatnya. Bahkan ada banyak pelayan juga yang akan melengkapi semua kebutuhan makan pada 'kantin' itu. Segalanya sempurna.
Ruby mendekatkan mulutnya dengan telinga Kimberly, lalu berbisik, "Mahal gak, ya?"
Kimberly berhenti menyelidik, ia menoleh pada Ruby. "Uang makan sudah termasuk dalam SPP sekolah ini. Begitu yang kubaca pada buku peraturan sekolah yang diberi Bu Lily." ujar Kimberly. Yang berarti, mereka tak usah membayar biaya makan di kantin lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGENT 2: The Parallel Dimension
Fantasy--Sequel kedua dari AGENT: Agent of mutants-- [The Parallel Dimension; adalah perjalanan kelima mutan itu dalam dimensi paralel, dan secara tidak sengaja menemukan seseorang yang ternyata adalah kunci terkuat untuk mereka semua.] Setelah kiamat men...