Curse

1.3K 282 4
                                    

Rylan sudah memutuskan. Pada jam istirahat ini, Rylan akan mengajak Ace berbicara. Barang kali ada sesuatu yang mencurigakan.

Rylan sedang berjalan di koridor kelas, melewati siswa-siswi yang lain untuk menghampiri Ace yang sedang asik berbincang dengan teman-temannya.

Rylan menepuk bahu Ace, "Eyy, mau kemana nih?" ujarnya, dengan senyum lebar.

Azriel, Leo, dan Ace menoleh pada Rylan dengan raut wajah yang sedikit kaget, lalu saat menyadari itu adalah Rylan, mereka bertiga tersenyum lebar. "Eh, Rylan... kita mau ke kantin nih, biasa lah... laper." Ace menyengir, "Bareng mau gak?" tawarnya.

Rylan mengangguk mantap, "Yuk lah!"

'Bagaimana bisa dia bersikap seolah tak terjadi apa-apa?' ujar Rylan dalam hati.

Namun Rylan tetap melanjutkan observasinya. Mereka ber-empat akhirnya berjalan bersama ke kantin sekolah yang sudah semewah restoran kerajaan itu.

"Eh, Zav mana? Dari tadi gak kelihatan tuh anaknya." tanya Azriel dengan alis bertaut.

Rylan terkekeh, "Ooohh paling lagi sama Va-"

'Eh iya, mereka gak boleh tahu kalau kita berhubungan!'  Rylan buru-buru meralat perkataannya, "Vanessa. Tadi kalau gak salah dia dipanggil Bu Vanessa." ujar Rylan berbohong.

Untung saja ada guru yang nama depannya 'Va' seperti Bu Vanessa... kalau tidak bisa kacau.

Rylan harus berhati-hati. Ia harus selalu ingat sedang berbicara dengan siapa. Orang-orang dari dimensi lain yang baru ia kenal. Tak jelas asal-usulnya, apalagi salah satunya, Ace, cukup membuatnya menaruh kecurigaan.

Azriel mengangguk-angguk pelan, "Ooohh..."

Rylan tersenyum. Kemudian untuk mengganti topik, ia menyuruh mereka bertiga lebih cepat berjalan ke kantin, dengan alasan perutnya yang sudah berbunyi tanda kelaparan.

Sementara itu, Leo sempat melirik Rylan sebentar. Tatapan matanya datar, tapi sorot matanya seperti penuh selidik.

Banyak hal yang tertampung di pikirannya, namun ia tetap diam.



Sampai di kantin, semerbak harum makanan langsung menyambut mereka ber-empat. Mereka langsung mengambil nampan, dan mengantre untuk mendapat jatah makanan harian mereka. Ternyata Rylan tak bohong saat ia bilang sudah kelaparan. Karena nyatanya, ia yang paling bersemangat mengambil makanannya di antrean paling depan.

Rylan ingin memikirkan rencana selanjutnya untuk mengungkap sesuatu yang tersembunyi dari Ace, tapi ia memutuskan untuk memikirkannya selagi makan saja, setidaknya perutnya harus diisi dulu.. atau ia tak akan bisa berpikir dengan baik.

Sesudah mendapat jatah makanannya, ia mencari tempat duduk untuk empat orang yang masih kosong, lalu segera menempatinya.

Suara keramaian disekitarnya lama kelamaan menjadi bisikan-bisikan.

"Ehh ehh! Itu gak salah lihat? Ada Kak Rylan..."

"Ih iya! Sama geng Kak Ace yang cakep-cakep semua ituuu!"

"Aku mau pingsan, pegangin!"

"Eh sabar.. pingsannya nanti aja kalau tiba-tiba Kak Zav bergabung sama mereka!"

"Aduuh, Kak Rylan lagi makan aja ganteng bangeet! Astaga, ini mah cuci mata nih..."

Rylan menggaruk-garuk telinganya, seperti merasa dibicarakan, tapi tak terdengar jelas di telinganya... maka ia memutuskan untuk melanjutkan makanannya yang masih hangat.

Azriel, Ace, dan Leo yang baru duduk di tempat yang sudah dijaga Rylan itu, menyernyit, lalu terkekeh pelan. "Ry! Diomongin tuh sama adik kelas di sebelah sana!" bisik Azriel sambil menertawakan Rylan dengan pelan.

AGENT 2: The Parallel DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang