Bitter Memory

1.6K 333 6
                                    

Mobil hitam mengkilap itu berhenti tepat di depan sebuah rumah dengan desain eksterior yang sangat elegan dan modern. Begitu juga dengan rumah di sebelahnya. Dan kebetulan, seisi kedua rumah itu sedang mengintip diam-diam melalui jendela.

"Eh, Val! Itu si Kim pulang sama siapa?!" Ruby menepuk-nepuk lengan perempuan di sebelahnya. 

Valerie berdecak, "Aku gak tahu! Sudah ayo kita lihat saja!" ia memperhatikan isi mobil itu dengan teliti. Bahkan kedua matanya sampai membulat lebar-lebar.

Dari mobil hitam itu, keluarlah Kimberly dari seat depan. Lalu, tak lama kemudian keluarlah seorang lelaki dari tempat duduk pengemudi di depan. Dalam sekali pandang, mereka pasti sudah tahu itu siapa.

"Kalau mataku gak salah lihat, berarti ini pasti mimpi..." Valerie mengusap matanya tak percaya.

Ruby terpelanga. "Itu benar-benar Kak Ace, Val!"

Lelaki itu terlihat sedang mengatakan sesuatu kepada Kimberly dengan senyumannya yang selama ini selalu sukses membuat semua perempuan jatuh hati.

Valerie mengira-ngira apa yang lelaki itu ucapkan hanya dari gerakan bibirnya. "Boleh aku pamit dengan orang tuamu sebentar?"

Kimberly menggeleng. 

"Ah, dodol! Kan aku mau ketemu-"

"Ingat Zav ya ampun, Val."

Valerie menoleh pada Ruby, lalu menaikkan kedua alisnya. "Apaa? Kan cuma ketemu."

Ruby memutar matanya. "Alasan terus.."

Mereka berdua kembali memusatkan perhatian mereka ke depan. Ace dan Kimberly tampak berbincang-bincang sebentar, dengan raut wajah Ace yang ramah, sementara Kimberly datar seperti biasa. Kemudian Ace kembali masuk ke dalam mobil hitam itu, lalu mengakhiri pertemuan mereka dengan melajukan mobilnya pergi.

Sesaat setelah Kimberly berbalik badan, ia langsung melihat keempat temannya keluar dari rumah mereka masing-masing. 

"Pulang jam enam sore, tiba-tiba diantar oleh ketua OSIS tertampan yang pernah kulihat dengan mobil mewahnya... wah sekali, Kim." ujar Valerie.

"Ooohh jadi tipemu yang ketua OSIS ya, Kim?" Rylan terkekeh.

"Eh iya, Jack kan dulu juga ketua OSIS." ujar Zav ikut-ikutan.

"Kak Ace gak kalah sih sama Jack, oke lah." Ruby tersenyum penuh arti.

Mendengar keempat temannya yang sudah meledeknya habis-habisan, Kimberly mengusap-usap kedua telinganya. "Berisik, aku tak mungkin melanggar peraturan yang kubuat sendiri."

Peraturan ke-lima. 'Jangan sampai berhubungan lebih dengan makhluk disana.'

Mereka ber-empat hening sejenak, baru teringat bahwa Kim sudah memuat batasan seperti itu sejak awal.

"Berarti kalau gak ada peraturan itu, kau mau dong?" tanya Zav menggoda.

Kimberly menghela napas lelah, lalu berjalan masuk ke rumahnya. "Bukan begitu, ah.. kau tak akan mengerti."

Zav mengikutinya masuk ke rumah para perempuan itu. "Kalau gitu jelaskan dong." ia menyengir tanpa dosa.

Kimberly berdecak, ia melepas tasnya lalu meletakkannya di atas meja. "Kau tak paham situasi kita di sini," Kim merebahkan tubuhnya di atas sofa. "kita dan mereka gak bisa bersama."

Zav menyernyit bingung. 

"Jangan tanya kenapa, aku gak ada waktu untuk ini. Lebih baik aku belajar." ujar Kimberly, lalu melengos pergi, masuk ke kamarnya.

AGENT 2: The Parallel DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang