[Author's POV]
"Kim, kamu yakin gak apa-apa?" tanya Ruby khawatir.
Hari ini Kimberly memutuskan untuk masuk ke sekolah, membuat keempat temannya itu bingung pastinya. Namun, ia tetap harus ke sekolah untuk suatu hal yang masih membuatnya penasaran. Dan di sinilah ia sekarang... tempat parkiran sekolah.
"Memangnya untuk apa sih? Kita kan gak wajib tahu ke sekolah." ujar Rylan dengan alis berkerut.
Bagi mereka, sekolah di dimensi ini hanyalah kegiatan iseng, dan kalau mau, bolos setiap hari juga tak masalah. Tak akan ada yang melarang, kalau ada pun, itu tak akan berarti banyak untuk kelima manusia asing dari dimensi lain itu.
"Gak apa-apa, aku udah sehat banget kok." ujar Kim meyakinkan.
"Oke kalau gitu. Val, Ruby, jaga dia ya." ujar Zav, lalu ia menoleh ke arah Rylan, "Ry, ayo masuk." lanjutnya, sambil merangkul Rylan untuk masuk ke sekolah, meninggalkan Kim, Ruby, dan Val di parkiran sekolah.
"Tadi kau mau bilang apa?" Tanya Zav pada Rylan sambil berjalan masuk. "Kalau penting, bisik-bisik aja supaya gak ada yang dengar." lanjutnya.
Rylan mengangguk. "Kurasa hari ini kita harus menyelidiki Azriel, Leo dan Ace." bisiknya.
Zav menyernyit, "Kenapa lagi?"
"Kemarin sebelum kita pulang setelah mendengar kabar dari Val, aku melihat Ace dan Leo baru datang ke sekolah. Padahal itu sudah jam 11 siang, jadi tak mungkin baru masuk, kan? Dan paginya aku melihat mereka juga kok." bisik Rylan.
Zav mengerutkan alisnya, "Jadi maksudmu, Ace dan Leo sempat pergi sebentar dari sekolah?"
Rylan mengangguk.
Zav terdiam, ia berpikir sejenak.
"Tapi Ry, kan kita sudah pernah menyelidiki mereka, dan mereka hanyalah manusia biasa. Jadi jangan khawatir, lagi pula Kimberly sudah bangun kan? Tak ada yang perlu dicemaskan." ujar Zav menenangkan.
Rylan tak membuka suara lagi. Memang yang dikatakan oleh Zav benar, tapi ia masih tak dapat menerima semua kenyataan ini begitu saja.
'Pertama, Ace membawa Kimberly pulang dan masuk ke rumah yang hanya bisa dibuka dengan sidik jari Kim, Val, atau Ruby sebagai keamanan. Namun tak ada noda darah sedikit pun pada pintu itu, sementara pergelangan tangan Kim berdarah-darah waktu itu. Lalu dengan apa dia masuk? Mendobrak pintu? Pintunya masih terlihat bagus sempurna.' pikir Rylan.
'Kedua, aku sebenarnya tak percaya bahwa Valerie lah yang membuat Kimberly sadar.'
○○○
[Kimberly's POV]
Setelah berjam-jam mengikuti pelajaran di kelas, aku mulai bosan duduk di ruang kelas ini.
"Kim, kamu masih gak mau memberi tahuku alasan yang sebenarnya?" bisik Eleazar di sampingku.
Sejak awal aku masuk kelas, sampai sekarang, ia selalu menanyakan hal yang sama, yaitu:
"Kemarin kenapa kamu gak masuk?" bisiknya lagi.
Aku menghela napas panjang. "Aku sakit Eleazar... mengapa kau gak percaya padaku, sih?"
Eleazar menggeleng, "Aku gak percaya. Manusia genius sepertimu tak mungkin sakit." ia menyilangkan kedua tangannya.
Mana ada hubungannya???
Ah, sudahlah. Aku tak akan menghabiskan waktuku menghadapi pertanyaan membosankannya. Bukannya jahat, tapi maaf Eleazar, aku sedang banyak pikiran...
"Sebentar ya Eleazar, aku mau ke toilet dulu." ujarku padanya dengan senyuman tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGENT 2: The Parallel Dimension
Fantasy--Sequel kedua dari AGENT: Agent of mutants-- [The Parallel Dimension; adalah perjalanan kelima mutan itu dalam dimensi paralel, dan secara tidak sengaja menemukan seseorang yang ternyata adalah kunci terkuat untuk mereka semua.] Setelah kiamat men...