Setelah jam istirahat berakhir, Kimberly memberi tahu Eleazar bahwa dia ada sedikit urusan dengan Valerie dan Ruby. Karena itu, sekarang mereka sedang berkumpul secara rahasia di dalam gedung olahraga yang sedang tak terpakai. Hanya mereka berlima.
"Aku tadi melihatmu dengan Kak Ace," Valerie membuka suara, "ada apa dengan kalian berdua?" tanyanya penasaran.
"Ace? Kenapa dia?" tanya Zav dengan alis bertaut. Tak mengerti mengapa nama orang itu disebut-sebut, karena ia tak makan bersama mereka di kantin tadi.
"Aku mau memberi tahu informasi yang jauh lebih penting dari pada itu." ujar Kimberly. Raut wajahnya sudah tak enak di lihat dari tadi. Wajahnya tertekuk, seperti sedang pusing memikirkan sesuatu.
"Ace? EH IYA! Terakhir kali kami mendengarmu saat memeriksa kelas-kelas, kamu ketahuan dia kan?!" ujar Rylan terkesiap.
"Informasi apa??" tanya Ruby, kembali fokus dengan perkataan Kimberly.
"Kembaran kalian di dimensi ini tidak ada kan?" Kimberly menatap keempat temannya satu persatu.
Mereka ber-empat menggeleng.
Kimberly menunduk pusing. "Iya, tapi aku ada."
Mereka semua terbelalak tak percaya.
"Di kelas berapa?"
"Namanya siapa?"
"Kok bisa hanya kamu yang ada sih?" tanya Valerie heran.
Kimberly menggeleng, sama herannya dengan Valerie.
"Aku gak tahu namanya. Waktu itu aku melihatnya langsung... di kelas sepuluh E. Jadi tak mungkin aku cek buku absen di dalam kelas itu, atau bertanya langsung padanya, kan?" ujar Kimberly.
"Melihat langsung?!" ujar Rylan kaget.
"Apa dia melihat wajahmu??" tanya Zav tak kalah panik.
Kimberly menggeleng. "Aku masih ada di sini." ujarnya. Sebagai kalimat alternatif dari 'Jelas tidak. Kau tak lihat aku masih di sini sekarang, huh?'
"Kenapa kamu versi dimensi ini bisa jadi kelas sepuluh, ya?" Ruby bertanya-tanya.
"Segala kemungkinan memang bisa saja terjadi. Tak ada yang tak mungkin..." ujar Kimberly.
"Mulai sekarang kau harus ekstra hati-hati, Kim." Rylan menatap Kimberly dalam, "Perlu kubelikan masker?"
Kimberly terkekeh kecil. "Terimakasih Ry, tapi gak usah. Nanti aku dikira sakit-"
"Oh c'mon! Who cares about people's opinion?!" oceh Zav memotong kalimat Kimberly.
"Me." ujar Kimberly mantap, "I care."
Sebenarnya bukan maksud Kimberly dia benar-benar peduli bagaimana penampilannya akan terlihat, tapi ia hanya ingin menghindari kecurigaan orang-orang sekitar. Walau kemungkinan besar mereka tak akan berpikir sampai ke situ. Tapi tetap saja. Nama mereka sudah terkenal di sekolah dalam waktu kurang dari seminggu. Ia hanya tak mau menambah-nambahkan bumbu yang membuat orang-orang jadi semakin memperhatikannya.
Seperti pakai masker contohnya... pasti akan terlihat aneh dan orang-orang akan mulai penasaran. Penasaran adalah racun, yang bisa membuat rahasia mereka terongkar.
"Benar Zav, Ry... orang-orang lebih memperhatikan kita dari yang kita kira. Kalian gak sadar tatapan-tatapan satu warga sekolah ini saat melihat kita?" ujar Valerie, si yang terpeka akan situasi.
Zav dan Rylan menyernyit bingung, lalu menatap satu sama lain. "Memangnya kenapa mereka memperhatikan kita?" bisik Rylan pada Zav.
"Gak tahu.." jawab Zav yang juga tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGENT 2: The Parallel Dimension
Fantasy--Sequel kedua dari AGENT: Agent of mutants-- [The Parallel Dimension; adalah perjalanan kelima mutan itu dalam dimensi paralel, dan secara tidak sengaja menemukan seseorang yang ternyata adalah kunci terkuat untuk mereka semua.] Setelah kiamat men...