"Aku ikut!" Valerie berlari keluar rumahnya dengan terburu-buru, menghampiri ketiga temannya yang sudah siap berangkat ke sekolah.
Ruby melotot kaget, "Kamu sudah sada- eh... maksudnya bangun?!" ujarnya terkejut.
Valerie tersenyum, lalu mengangguk-angguk mengiyakan.
"Lah? Katanya Val hari ini malas sekolah..." ujar Rylan bingung.
Sepuluh menit yang lalu, Ruby mengatakan bahwa Valerie hari ini akan bolos sekolah karena malas dan belum bangun... itu hanya alasan semata. Karena sebelum ini, Val masih belum sadarkan diri juga.
Namun sekarang keadaannya sudah berbeda.
Ruby menyernyit terheran-heran, "Kamu baru sadar apa gimana?? Masih sakit kepala??" bisiknya pelan pada Val.
'Iya, aku baru sadar tadi, lalu aku langsung bersiap-siap supaya tetap bisa ikut ke sekolah.' ujar Val bertelepati sepihak di pikiran Ruby.
Ruby tetap menautkan alisnya, tidak mengerti. Namun satu hal yang pasti.
"Udah, kamu di rumah ajaa, supaya Kim ada yang jaga." ujar Ruby.
"Atau mau aku saja yang bolos? Gak apa-apa sih." lanjutnya.
Di antara mereka harus ada satu orang yang bolos sekolah untuk menjaga Kimberly dan menunggunya sadar.
'Sekarang masih sakit kepala, Val?? Masih parah gak? Kalau kamu mau, kamu tinggal dirumah saja, istirahat sekaligus supaya Kim ada yang jaga.' ujar Ruby dalam hati, yang tentunya diketahui oleh Val si pembaca pikiran.
Valerie terlihat sedang menimbang-imbang sebelum mengutarakan keputusan terakhirnya.
'Oke, aku tinggal di rumah deh. Kamu gak bilang ke Zav kalau tadi malam aku memasuki pikiran Kim kan?' ujar Val melalui telepati sepihaknya.
'Tenang saja, aku gak bilang kok.' ujar Ruby dalam hati, menjawab pertanyaan Val.
Valerie bisa menghela napas lega sekarang.
Zav berjalan mendekati Val, "Kamu jadinya ikut? Memang tadi malas kenapa? Tumben malas ke sekolah." ujar Zav dengan jarak yang sangat tipis dengan Val.
'Hehehe untung kamu gak bisa baca pikiran...' ujar Val dalam hati.
Val terkekeh, "Gak jadi deh! Tiba-tiba aku malas sekolah hari ini..." ujar Val dengan cengirannya. Ia menunjuk ke arah langit yang terang (cuaca hari ini memang bagus). "Tuhh... langitnya aja mendung kayak gitu, bikin gak semangat sekolah!"
Zav melihat bergantian ke arah langit dan Val, lalu menyernyit. "Itu cuacanya bagus, kamu sakit mata yaa?" tanyanya serius. Barangkali, kekasihnya itu memang sakit mata..?
"Ish! Makanya lihatnya pakai mata batin! Itu tuh mendung! Gak mau ke sekolah ah!" ujar Val kesal.
Zav dan Rylan saling bertatapan, kedua lelaki itu menyernyit kebingungan seperti dua manusia yang tak mengerti kemana perginya kewarasan Val hari ini.
Tak terkecuali Ruby.
'Kayaknya kepala kamu masih sakit. Error begitu. Aneh deh..' ujar Ruby dalam hati. Meski ia tahu itu semua Val katakan hanya untuk menjadi alasan untuk bolos hari ini, tapi tetap saja... sepertinya kepalanya benar-benar belum beres.
"Ah.. sudah jam segini," ujar Ruby sambil mengecek jam tangannya. "Ayo ke sekolah! Nanti telat." Pengalihan.
Kedua lelaki itu akhirnya hanya mengangguk-angguk.
Zav mengusap-usap puncak kepala Val dengan lembut."Be careful, Babe. I'm leaving."
Valerie tersenyum manis, lalu mengangguk paham.
Ruby dan Rylan yang melihat itu, jadi kikuk tiba-tiba. Entah kapan mereka bisa terbiasa dengan kehidupan yang sekarang ini sudah masing-masing, bukan bersama lagi.
Saat melihat hubungan Val dan Zav yang masih berjalan sampai sekarang, setidaknya sekali... Ruby dan Rylan pernah berpikir:
'Coba saja waktu itu... kami tidak berpisah.'
○○○
"Okay, Kim! Ini pertama kalinya aku bolos dengan alasan malas." ujar Valerie pada Kim (yang tentunya masih tak sadarkan diri).
Suatu kebiasaan yang tak pernah Val hilangkan, yaitu berbicara sendiri.
"Heh!" Val menunjuk Kim yang terpejam. "Kamu bangun dong..."
"Eh, let's talk about what happened last night!"
Kimberly masih berbaring di ranjangnya, dengan posisi yang sama, baju yang sama, semuanya masih sama seperti semalam. Wajah cantik nan tenangnya juga masih sama menyenangkan.
"Ah Kim... aku kayak ngomong sama tembok." ujar Val memelas. "Ya sudah lah, aku ambil cemilan dulu ya di bawah!"
Sesaat sebelum Val memegang gagang pintu kamar Kim, ia berhenti. Lalu membalikkan tubuhnya, kembali menghadap ke arah Kim. "Ah aku punya ide! Gimana kalau aku pakaikan kamu skincare dulu!" ujar Val antusias.
Bagi yang melihat, ia memang seperti berbicara dengan mayat, tapi tetap saja seru.
Val mengambil semua skincare yang Kim punya, lalu meletakkannya di atas meja kecil di sebelah ranjang Kim.
"Masa kamu cuma punya dua sihhh?!!"
"Tapi kamu memang sudah cantik sih, jadi gak perlu usaha banyak-banyak." ujar Val sambil membaca tulisan yang tertera pada dua botol skincare itu. "Wuihh... mahal-mahal ini!" gumamnya terkesan.
Sesaat kemudian, Val terkekeh pelan. "Aku gak pernah ada percakapan se-ringan ini. Rasanya seperti jadi manusia biasa yang gak punya tanggungan alam semesta." ujarnya sambil tersenyum. Val meneteskan tiga tetes ampoule milik Kim, lalu mengusapnya secara lembut di wajah Kim. "Aku mau kamu pas sadar nanti tetap cantik." gumamnya sambil fokus meratakan cairan itu di wajah Kim.
"Oke!" Valerie tersenyum bangga melihat hasil karyanya. "Lihatlah ini! Wajah glowing Kimberly, saudara-saudara!"
"Nah sekarang aku ambil cemilan dulu ya! Nanti aku balik lagi!"
-dan terjadilah percakapan monolog selama tiga jam tanpa henti-
"Kim... aku ngantuk..." Val menguap, ia mulai mengantuk, pingsan selama dua belas jam ternyata tak membuatnya tahan kantuk.
"Bagaimana kalau aku tidur siang sebentar?" Valerie memejamkan matanya rapat-rapat. Ia masih duduk di kursi santai di sebelah ranjang Kim.
Matanya tak terasa perih, tubuhnya juga tak terasa lelah, tapi entah mengapa ia mengantuk tiba-tiba.
"Kurasa aku akan tidur sebentar..." ujar Valerie memutuskan. Ia bangkit bediri, lalu berjalan ke arah pintu untuk keluar.
"Tak akan ada bahaya yang terjadi jika aku hanya tidur satu atau dua jam saja, kan?" gumamnya sambil menguap untuk yang kedua kalinya. Val akhirnya keluar dari kamar Kim untuk tidur sebentar di kamarnya.
Meninggalkan Kim sendirian di ruangan kamarnya, dengan lampu yang dimatikan, dan hanya bermodal cahaya matahari yang masuk dari kaca kamarnya.
Gadis yang masih tak sadarkan diri itu tak bergeming. Kim benar-benar sedang istirahat panjang, bukankah begitu?
Namun tanpa sepengetahuan siapa pun, tiba-tiba ada dua orang laki-laki muncul di sebelah ranjangnya.
"Aku sudah mengambil kesadarannya. Perempuan bernama Valerie itu sudah tidur sekarang." ujar salah satunya, lalu menoleh pada lelaki di sebelahnya.
Lelaki itu memandang Kimberly yang masih berada di alam bawah sadarnya. Perasaan hangat menjalar di seluruh hatinya setiap ia melihat gadis itu. Ia tak banyak memikirkan apapun, hanya menikmati perasaan menggelitik itu. Perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Lelaki itu tersenyum tipis.
"Tolong keluar. Aku akan melanjutkan yang kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGENT 2: The Parallel Dimension
Fantasy--Sequel kedua dari AGENT: Agent of mutants-- [The Parallel Dimension; adalah perjalanan kelima mutan itu dalam dimensi paralel, dan secara tidak sengaja menemukan seseorang yang ternyata adalah kunci terkuat untuk mereka semua.] Setelah kiamat men...