Part 11

11.5K 876 44
                                    

FOLLOW noventyratnasari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW noventyratnasari

INSTAGRAM :
@noventyrns/ @pena__ven
@algerianddd
@pinaka_gainslee
@algeriandivanuor.fansite

VOTE DAN SPAM KOMENTAR 🧡

•••FANATIK•••

Pinaka menyeret langkahnya dari awal bangun dari tempat tidurnya hingga kini ia menyusuri lorong kelas 10. Matanya menyipit malas, ia sangat mengantuk sebab ia hanya tidur 4 jam malam tadi. Pinaka pikir pindah dari panitia jurnalis ke panitia pengawas itu mudah, ternyata sangat menyulitkan. Pinaka harus memindai data latihan dan dana yang keluar dari bendahara penyelenggara lomba. Dana yang keluar tidak sedikit bahkan saking jelinya bendahara, uang keluar 100 perak pun di hitung. Pinaka menjadi kesulitan memindah datanya dari file ke tulis tangan.

Rasanya Pinaka ingin keluar dari anggota OSIS namun, apalah daya nilai Pinaka selalu di bawah KKM. Pinaka mengikuti semua organisasi hanya untuk menambah nilai Pinaka. Agar tidak zonk zonk amat di rapor nanti.

Besok adalah hari pertama Pusaka Negara Cup, akan ada acara pembukaan di aula SMA Pusaka Negara. Pinaka sudah tidak sabar besok, kapan lagi kan melihat Algeriand berdiri mengikuti upacara pembukaan.

"Pinaka ikut gue!" Gadis itu menoleh, rambut yang ia ikat satu itu ikut bergoyang.

Ternyata Delfarid, pagi-pagi seperti ini Delfarid sudah mendatanginya. Pasti setelah ini Pinaka akan disuguhkan berpuluh-puluh pekerjaan yang harus diselesaikan dengan gesit.

"Kak, aku tidur bentar ya?" tawar Pinaka.

Kebetulan hari ini adalah hari bebas di SMK Pusaka Negara, biasanya jika hari berikutnya ada acara pasti satu hari sebelumnya semua guru tidak memasuki ruang kelas untuk membiarkan anak muridnya merasakan hari bebas. Mungkin untuk menjauhkan para murid dari kata stress.

"Lo sekolah buat belajar atau tidur? Kalau mau tidur di rumah saja sana nggak usah sekolah!" tegas Delfarid.

"Tapi jadi panitia lomba belajar apa coba?" lirihnya dengan dirinya sendiri.

Telinga Delfarid terlalu peka. Ia habis mengoreknya kemarin menggunakan korek kuping. Jadi, perkataan Pinaka terdengar jelas di telinga Delfarid.

"Apa lo bilang barusan?"

"Eh enggak, yaudah aku taruh tas dulu ya."

Delfarid menunggu Pinaka di depan kelasnya sembari berkacak pinggang. Baru satu kali ini ia menunggu seorang wanita. Biasanya, ia hanya memerintah untuk mendatangi. Kali ini berbeda, Pinaka membuatnya menunggu.

Pinaka meletakkan tas merah mudanya di bangku belakang Malika. Gadis rambut kepang itu masih setia menghitung uang receh lagi. Enak sekali bagi mereka yang tidak sibuk mengurus perlombaan. Kalau saja Pinaka tidak mengikuti OSIS, pasti sekarang Pinaka menyelundup di SMA Pusaka Negara.

FANATIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang