FANATIK [SELESAI]

Part 20

FOLLOW noventyratnasari

INSTAGRAM:
@noventyrns/ @pena__ven
@algerianddd
@pinaka_gainslee
@algeriandivanior.fansite

VOTE DAN SPAM KOMENTAR 🧡

•••FANATIK•••

"Eumm, Kak Algeriand?" panggil Pinaka.

Sejak mobil itu melaju keluar dari gerbang SMA sampai menyusuri jalan raya, kedua insan itu tidak bertukar suara sama sekali.

Bahkan Pinaka sampai beberapa kali menggoyangkan kakinya merasakan bosan yang terus berjalan. Keterdiaman di antara mereka membuat pantat Pinaka gatal. Sebenarnya dalam otak Pinaka masih mencari alasan mengapa seorang Algeriand menawarkan diri untuk mengantar Pinaka sampai rumah.

"Kak Algeriand cemburu ya?"

Algeriand menolehkan kepalanya, merasakan ucapan Pinaka terlalu tidak masuk akal baginya.

"Gue?" tunjuk Algeriand terhadap dirinya sendiri.

Pinaka mengangguk, "Iya. Karena aku minta bantuan El bukan Kak Algeriand."

Algeriand terkekeh ringan, "Halu."

"Kak Algeriand ketawa?" tanya Pinaka. Ia masih tidak mempercayai bahwa cowok yang sibuk mengendarai mobil itu menarik sudut bibirnya dan memamerkan senyum manisnya.

Algeriand berdeham, mengembalikan ekspresinya. Mudah baginya untuk mengendalikan ekspresi wajah hanya modal deham kecil. Pinaka membuatnya lupa bahwa ia adalah sosok yang tidak mudah menampakkan senyum.

"Revanuel mau latihan basket, lo mau ganggu dia?"

Pinaka terdiam. Alasan Algeriand mengantarnya pulang adalah Revanuel hendak latihan basket ternyata. Sudah berapa kali Pinaka terlalu percaya diri dengan perlakuan Algeriand yang rupanya ada maksud di belakang. Seperti saat ini, Algeriand mengajak Pinaka pulang bersama karna sahabatnya itu akan latihan basket. Ughhh, Pinaka malu!

"KAK BERHENTI!!!" sergah Pinaka.

Pria yang mengendalikan laju mobil itu menginjak rem mendadak, tubuh kedua manusia itu terhuyung ke depan.

"Apa?!" tanya Algeriand.

"Pinaka laper, mau makan bentar boleh?"

Algeriand menatap kedua tangan mungil Pinaka menggenggam erat lengannya. Sepertinya gadis itu tidak tahu bahwa Algeriand tidak suka di sentuh secara sembarangan oleh orang lain, termasuk Pinaka.

"Gak!" tolak Algeriand dengan tegas.

"Boleh ya? Nanti kalo aku pulang dalam keadaan laper, Mama bisa marah."