Part 30

11.9K 823 76
                                    

FOLLOW noventyratnasari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW noventyratnasari

INSTAGRAM:
@noventyrns/ @pena__ven
@algerianddd
@pinaka_gainslee
@algeriandivanior.fansite

VOTE DAN SPAM KOMENTAR 🧡

•••FANATIK•••

"BANGSAT!!!"

Geisan membanting ponselnya ke sofa ruang tamu. Sudah beberapa kali ia menghubungi nomor Pinaka namun tidak aktif. Geisan melirik jam dinding, pukul 9 malam. Sudah hampir 5 jam Geisan tidak keluar dari rumah dan menunggu kepulangan Pinaka. Pada akhirnya, Pinaka tidak pulang ke rumah.

"Pinaka lo kemana sih astaga!" geramnya.

Nafasnya memburu, urat di dahi dan lehernya menonjol. Dengan wajah memerah ia menggebrak pintu utama yang terbuat dari kayu.

BRAKKK!

Sial, dia benar-benar kehilangan jejak Pinaka.

Apakah bocah itu sudah makan?

Apakah ia baik-baik saja?

Ke mana Pinaka tidur dengan nyenyak?

Setelah melihat rekaman CCTV di depan teras rumah. Pinaka sama sekali tidak pulang semenjak selesainya sidang kasus perundungan saat di sekolah. Jadi, kemana perginya Pinaka?

Sialnya lagi, Geisan lupa dengan nama sahabat Pinaka. Seingatnya sahabat Pinaka menyukai dirinya. Namun, Geisan benar-benar lupa akan namanya. Sepertinya hanya satu-satunya orang yang menjadi tempat pelarian Pinaka. Mencoba mengingat pun gagal.

"Ma... Ma.. Mariyam?" tebak Geisan.

Ia mengusap kepalanya gusar.

"M... Siapa sih asu! M... Ma... Markisa apa ya?" tebaknya lagi.

Geisan hanya mengingat bahwa nama sahabat Pinaka unik dengan huruf awalan M. Namun, Geisan benar-benar lupa nama lengkapnya.

Geisan akui bahwa kata-katanya sangat kasar pada Pinaka tadi pagi, namun Geisan juga tidak bisa menerima bahwa Pinaka adalah perundung. Adiknya yang ia kira polos adalah sosok yang menakutkan. Sebenarnya, Geisan telah merencanakan untuk bercerita masalah Pinaka kepada Mama dan Papa. Namun, yang Geisan takutkan adalah menjadi beban pikiran di sana. Geisan akan mengurus adiknya sendiri, meski sedikit tegas.

Suara pintu utama terbuka membuat Geisan mengalihkan asistennya kepada pintu putih itu. Gagang pintu yang seolah tertarik dari luar rumah. Geisan segera membantu untuk membuka pintu rumah, ia bernafas lega Pinaka pulang ke rumah. Namun, saat pintu terbuka lebar-lebar ia mendesah kecewa. Bukan Pinaka yang ia dapati, tetapi Alyora.

"Pinaka belum pulang?" tanya Alyora.

Geisan menggeleng resah, Alyora dapat melihat kekhawatiran terpancar kuat pada ekspresi Geisan.

FANATIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang