Part 54

9.9K 765 51
                                    

FOLLOW noventyratnasari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW noventyratnasari

VOTE DAN KOMENTAR SEBANYAK BANYAKNYA YUK 🧡

••• FANATIK •••

Sebenarnya Pinaka ingin menerima tawaran Algeriand yang hendak menghantarkannya pulang. Namun di sisi lain, Pinaka tidak bisa mengalihkan janjinya terhadap Delfarid untuk mencari pakaian yang akan dipakai lomba besok harinya. Rupanya, mencari pakaian senada dengan ukuran badan seperti Pinaka dan Delfarid lumayan sulit. Postur tubuh Pinaka yang bisa dikatakan mungil berbanding terbalik dengan Delfarid. Sudah hampir dua jam Pinaka dan Delfarid mencari pakaian bertema batik modern yang pas, akhirnya mereka menemukan satu toko yang memiliki bermacam ukuran dalam satu corak.

Keringat kecil membasahi anak rambut di sekitar dahi Pinaka. Badannya berkeringat, di tambah pula faktor Pinaka yang belum mandi. Membuatnya semakin merasa panas dan lengket.

Pada awalnya, Pinaka sudah menawarkan hal baik pada Delfarid, yaitu untuk pulang dan mandi terlebih dahulu agar badan terasa lebih segar. Namun, Delfarid menolaknya dengan alasan takut pulang lebih malam lagi. Alhasil, mereka menjelajahi seisi mall dengan menggunakan seragam sekolah.

Gadis itu mengibaskan tangannya di sekitar leher. Mampu merasakan bahwa Pinaka lelah dan kepanasan, Delfarid memberikan paper bag belanjaan pada Pinaka.

"Lo tunggu di situ dulu," Delfarid menunjuk salah satu bangku kayu, mata Pinaka ikut menatap apa yang ditunjuknya, "jangan kemana-mana. Gue beliin es krim, mau rasa strawberry kan?" tawarnya.

Pinaka menggeleng, "Hari ini mau matcha aja deh, Kak." jawabnya.

"Tumben?"

"Hehehe."

"Atau mau makan sekalian? Lo laper pasti."

"Eh enggak, enggak, Pinaka masih kenyang."

Melihat Pinaka yang menolaknya dengan semangat, Delfarid mengangguk paham.

"Ya udah lo tunggu situ, gue beliin es krim."

Kini Pinaka mengangguk, membuat langkah Delfarid mantap untuk meninggalkan Pinaka seorang diri di sana.

Mata Pinaka mengabsen seluruh pengunjung mall. Sesekali ia melihat tubuh Delfarid yang semakin menjauh. Beberapa pasang mata menatapnya aneh. Pinaka berdecak kesal sebab tidak jarang yang berbisik-bisik usai menatapnya. Pasti penyebabnya adalah seragam. Pinaka sudah seperti bocah SD yang memakai baju merah putih dan tas ransel merah muda. Di tambah pula rambut Pinaka yang di kepang dua. Astaga, mendukung penampilan Pinaka seperti bocah kehilangan keluarganya.

FANATIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang