14. Sebuah Pengorbanan

2K 213 31
                                    

" Tidak mungkin! " Sasuke mendorong tubuh Sakura, tidak kasar, tapi mampu membuat Sakura terdiam cukup lama ditempatnya berada.

Ia tidak berbohong perihal dirinya yang menyukai Sasuke. Namun tidak bisa dipungkiri kalau dirinya sedikit memanfaatkan nama Sarada untuk membuat calon suaminya itu percaya. Sakura menatap Sasuke kembali, pria itu berdiri didepan tas bekal yang sudah terbuka, entah Sasuke akan suka atau tidak Sakura akan menerimanya.

Mungkin butuh waktu lama untuk meluluhkan hatinya. Namun dengan tekad yang kuat ia yakin sekali Sasuke akan luluh. Sakura berbalik, wanita itu kembali mendekati Sasuke yang sudah duduk diposisinya semula. Masih menatapnya dengan tajam dan tidak suka, Sakura sampai bingung kenapa kebencian Sasuke semakin lama kian bertambah untuknya. Sebenarnya apa kesalahannya?

" Aku bertanya kepada Mommy apa makanan kesukaanmu. Dan Mommy Mikoto bilang kamu menyukai steak dengan kematangan medium rare. Berarti kita sama? " Sakura berkata sembari membuka kotak bekalnya. Tak ia pedulikan tatapan tajam yang diberikan Sasuke yang terus saja terarah kepadanya. Saat hendak mengambil pisau kecil dan garpu Sasuke menghentikannya. Pria itu kembali bangun dari posisi duduknya dan menutup kembali kotak bekalnya.

" Tidak perlu berusaha begitu keras untuk menarik perhatian Saya " Sakura belum menyerah. Wanita cantik itu kembali membuka kotak bekal yang dibawanya dan menatap Sasuke lebih berani lagi.

" Aku tetap akan berusaha Sasuke " Wanita cantik itu menarik kursi kosong yang ada dihadapannya. Saat Sakura hendak duduk Sasuke dengan cepat menghentikan gerakannya.

" Apa kamu tuli? " Sakura berdecak. Sakura masih menahan nafasnya, ia berusaha menahan air matanya yang hampir merebak keluar kalau dirinya tidak kuat menahan hatinya. Sakura merasakan tangannya dicengkram, tapi rasa sakit itu tidak seberapa dibandingkan kebencian Sasuke kepadanya. 

" Hargai selagi orang itu masih ada Sasuke "

" SAKURA! " Bentakan itu tak terhindarkan. 

" APA? Apa aku punya salah padamu dimasa lalu? Apa aku pernah melukai hati kamu sehingga kamu begitu membenciku? " Satu tetes air matanya lolos, seluruh tubuhnya gemetar melihat Sasuke yang berdiri begitu menjulang dengan mata berkilat marah.

" Salah kamu adalah sudah masuk kedalam kehidupan saya yang damai " Tuduhnya. Sakura mengusap air matanya kasar, wanita itu mengambil tas yang tadi ditaruhnya dan menatap Sasuke dengan pandangan tidak terbaca. Kalau memang Sasuke tidak menginginkannya ia akan membuat Sasuke yang membatalkannya sendiri.

" Baiklah! Kalau kamu memang tidak menginginkannya silahkan bicara dengan keluarga besar kamu. Selamat tinggal Sasuke " Sasuke hanya terdiam, kenapa ia tidak memikirkan hal itu dari kemarin-kemarin? Dan entah kenapa ucapan selamat tinggal Sakura terasa mengganjal ditelinganya. Masa bodo! Kalau memang Sakura menginginkannya ia akan mengabulkannya, membatalkan pernikahan mereka berdua.




Sakura masuk kedalam mobil dengan tangis yang tak kunjung reda. Wanita itu terus saja menyeka hidungnya yang masih mengeluarkan cairan begitupun dengan tangisannya. Kalau Sasuke berani pria itu pasti akan membatalkannya dan berbicara dengan calon mertuanya.

Sakura percaya kalau jodoh pasti akan didekatkan, tapi kalau tidak Sakura dan Sasuke akan berpisah dengan sendiri. Dan selama belum ada pembicaraan Sasuke dan keluarganya, ia ingin mengasingkan dirinya. Pergi kesuatu tempat dimana hanya dirinya dan satu sahabatnya yang tahu.

Sebuah villa didaerah pegunungan, villa keluarga yang sudah lama tidak terpakai akhirnya dibeli atas nama Ino dengan memakai uangnya. Ia yakin sekali kalau Villa itu atas namanya Ayah dan Kakaknya pasti akan menodongnya dengan berbagai macam pertanyaan.

Ponselnya berbunyi, nama wanita yang sangat ditunggu-tunggu olehnya masuk kedalam daftar panggilan. Ino, apakah wanita itu benar-benar pulang disaat ia membutuhkanya? Ya Tuhan, ia bersyukur sekali karena Ino begitu mengerti dirinya. 

Bittersweet Marriage (SASU X SAKU) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang