Hari itu cuaca sedang panas dan begitu menyengat. Sakura pamit pada semua orang yang ada diruang guru karena ia harus pergi ke toko buku untuk membeli buku bacaan. Ia memutuskan pulang kerumah hari ini dengan bersantai.
Ia sengaja tak memberikan anak-anak muridnya tugas, sekali-kali ia ingin menikmati waktu bersantainya ditambah besok sudah hari sabtu. Saat Sakura ingin masuk kedalam mobilnya seseorang memanggilnya dengan begitu nyaring. Seketika wajahnya tersenyum saat melihat salah satu murid favoritnya, Sarada.
Ia berjongkok saat anak itu tiba dihadapannya. Hal itu ia lakukan agar posisinya sejajar dan memudahkan Sarada untuk bicara kepadanya. Tak bisa ia bayangkan bagaimana pegalnya tengkuk anak didiknya menatap dirinya yang dengan tinggi seratus tujuh puluh sentimeter. Hufft! Pasti melelahkan bukan?
" Ibu Guru Sakura mau pulang? " Wanita cantik dengan kemeja putih yang ada dihadapannya itu mengangguk pelan sembari meraih tangannya.
" Sarada pulang dengan siapa sayang? " Tanyanya sembari menatap pria asing dihadapannya.
" Ini Paman Lee, supir pribadinya Daddy " Sakura tersenyum kecil lalu bangun dari posisinya.
" Kalau Sarada sudah dijemput hati-hati pulangnya " Anak itu sedikit cemberut karena dirinya merasa Sakura sedikit terburu-buru ingin pergi ke suatu tempat. Dengan tampang memelas anak perempuan itu menatap supirnya memohon pertolongan.
" Paman, Sarada mau ikut Ibu Guru Sakura boleh? " Tanyanya dengan nada yang sengaja dibuat merajuk. Anak itu lantas menatap Sakura, semoga saja ibu guru yang diam-diam diidamkannya mau mengajaknya pergi ketempat tujuannya.
" Tapi Sarada, bagaimana kalau Daddy.. " Lee agaknya ketakutan. Karena perintah Sasuke itu bukan main-main. Bisa saja kan dia..
" Nanti saya yang akan mengantarnya pulang. Come on Sarada, kita ke toko buku "
" Yeay~ Sarada mau beli buku mewarnai "
.
.
.
Sakura bersenandung selama perjalanan. Apalagi setelah tahu Kakaknya, Sasori mengizinkannya pergi dengan anak perempuan yang mana seisi rumah tahu Sakura mengidolakannya. Sarada dengan setia berdiri disampingnya dengan menggandeng lengannya. Anak perempuan itu senang sekali setelah tahu Sakura mau mengajaknya pergi padahal ia sudah sangat takut Sakura tak mau mengajaknya.
Setelah pergi ke toko buku mereka pergi ke supermarket. Sakura butuh belanja beberapa keperluan dapur seperti stok mie instan miliknya dan beberapa sayuran juga buah-buahan segar. Sarada hanya bisa bersenandung didalam hatinya. Bagaimana tidak , rencananya berjalan begitu mulus.
Dan tinggal mengajaknya datang kerumah, lalu berkenalan dengan ayahnya. Selesai. Pasti Ibu Guru Sakura setuju untuk menjadi ibu tirinya. Sarada terus saja tersenyum membuat perasaan Sakura menghangat. Bukankah artinya Sarada menyukai dan menikmati sesi jalan-jalan mereka.
" Sarada tidak lapar sayang? " Sakura menghentikan langkahnya saat mereka sampai direstoran cepat saji. Sebenarnya Sakura tidak ingin makan. Tapi ia senang jalan-jalan dengan Sarada ditambah sekarang jam pulang sekolah, Pasti anak itu kelaparan setelah jalan-jalan selama dua jam bukan?
" Tentu saja Mommy " Sarada menutup mulutnya dengan ekspresi kaget miliknya, walaupun ia sengaja memanggil Sakura dengan panggilan seperti itu. Ia penasaran sekali dengan reaksi Sakura. Dan tentu saja wanita itu kaget, tentunya dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.
" Maaf Ibu Guru Sakura, saat ini Sarada.. Sarada rindu sekali dengan Mommy " Sakura mengajaknya masuk kedalam restoran tersebut. Mereka duduk dikursi yang paling ujung agar tak diganggu dengan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Marriage (SASU X SAKU) ✔
Fanfiction📍 Mature for Language Content 📍 Sakura sangat menyukai Sarada, begitu pula Sarada yang begitu menyukai Sakura. Bagaimana kalau mereka disatukan menjadi seorang Ibu dan Anak diatas kontrak yang dibuat oleh ayah dari Sarada. ...