Sasuke sampai dikediaman orang tuanya hampir melewati jam makan malam. Saat ia melewati ruang makan semuanya tengah berkumpul. Termasuk anak semata wayangnya yang turun dari kursinya saat matanya menangkap dirinya yang baru saja sampai.
Sejak bercerai Sasuke lebih memilih untuk menjual rumah yang dibelinya saat menikah dan pindah kesini. Kenapa? Karena kesibukannya ia tak yakin bisa meninggalkan anaknya berdua dengan baby sitter nya. Ia juga kurang percaya diri untuk menyewa jasa pengurus anak lagi setelah dikecewakan.
Pada akhirnya dengan berberat hati walaupun ibunya begitu bahagia dengan keputusannya ia pindah kesini. Dan ia juga bisa sedikit memanfaatkan Kakaknya , Itachi yang begitu menyayangi keponakannya. Terkadang tanpa disuruh pun jam makannya siangnya rela terbuang untuk menjemput anaknya. Paman yang sangat sayang keponakan bukan?
Sarada tak mau melepaskan pelukannya, pada akhirnya ia hanya pasrah saat anaknya itu memaksanya duduk dimeja makan. Hitung-hitung sebagai penebusan dosanya karena ingkar janji lagi. Walau beberapa kali dikecewakan oleh ayahnya, Sarada tidak pernah marah. Paling-paling anak itu hanya cemberut saja kalau dia ingkar janji. Membuatnya merasa bersalah sekali karena tak punya banyak waktu untuknya.
" Telat lagi Sas? Kalau tidak ada Kakak kamu , mungkin Sarada sendirian disekolah " Bokongnya saja belum menempel dikursi dan ibunya sudah mengoceh. Beginilah nasibnya kalau pulang dari kantor lewat dari jam kerja alias lembur. Wanita paruh baya cantik yang nyatanya adalah ibunya pasti akan marah dan menuduhnya menelantaran anak.
" Sarada sedang bersama wali kelasnya Mah, tidak perlu khawatir lagi " Wali kelas.. Sasuke menatap Kakaknya yang tengah menyeruput jus jeruk miliknya. Pasti wanita bernama Sakura itu bukan? Saat Kizashi tiba-tiba datang , Sakura langsung memperkenalkan kalau dirinya adalah salah satu guru disekolah Sarada dan benar saja Sakura adalah wali kelasnya.
Ia tak mengetahuinya karena saat ada rapat disekolah pasti Ibunya, Mikoto yang datang. Ia mana sempat, tidak mungkin ia menyuruh Karin yakni mantan istrinya kesini hanya untuk rapat bukan? Ditambah wanita itu pasti sibuk mengurus suaminya yang punya segudang jadwal dan kehamilannya yang masih sangat rentan.
" Dad, untung saja Ibu Guru Sakura mau menemaniku saat pulang sekolah tadi " Celoteh Sarada, gadis kecil itu meraih roti tawarnya lagi dan mulai mengoleskan selai kesukaannya.
" Mah, mama tidak pernah bilang kalau wali kelas Sarada anaknya Paman Kizashi " Kakaknya menatap Sasuke dengan pandangan menyelidik. Apa jangan-jangan Sasuke ini suka dengan Sakura? Wanita cantik yang ia temui disekolah Sarada memang cantik sekali, apalagi kulitnya putih susu. Hitung-hitung memperbaiki keturunan. Dan sampai sekarang ia tak menyangka kalau Sasori, sahabatnya menyembunyikan keberadaan Sakura.
" Kamu tidak pernah bertanya , Son " Sahut Fugaku, ayahnya. Sasuke ikut menatapnya.
" Padahal Sakura bisa saja keliling dunia dengan uang Ayahnya ya Pah, tapi anak itu malah memilih mengajar dengan gaji yang tidak seberapa " Mikota menghela nafas cukup panjang, kalau saja Sasuke mau sama Sakura pasti cucunya beruntung sekali. Sudah cantik, perhatian, pintar masak, belum lagi Sakura tubuhnya yang seksi, kulitnya yang putih, tinggi, rambutnya panjang, calon menantu kesayangan intinya.
Sakura masih sangat muda, jauh sekali dibawah Sasuke. Yang menjadi pertanyaan sekarang ini apakah Sakura mau dengan anaknya yang sudah punya ekor satu?
" Hei, bukankah kalian hampir kepala empat. Apakah tidak ada yang mau memberi Mama menantu untuk menemani masa tua Mama " Semuanya menoleh karena ucapan Mikoto, termasuk cucunya Sarada. Anak kecil itu tersenyum misterius yang tidak bisa dilihat oleh siapapun.
" Belum ada yang bikin hati aku bergetar Mah " Sahut Itachi. Sebenarnya ada.. hanya saja hilalnya belum terlihat jadi Itachi tidak mau berharap lebih.
" Jangan aneh-aneh Mah, aku sudah nyaman sekali seperti ini " Jawaban berbeda keluar dari mulut Sasuke. Sarada menatap ayahnya dengan lekat, anak itu menyentuh lengannya agar pria dewasa yang dipanggil Ayah itu menatapnya.
" Dad, Ibu Sakura cantik , dia juga bilang sama Sarada kalau dirinya belum pernah punya pacar " Sasuke menatap semua penghuni meja makan. Bisa ia lihat tatapan berharap milik Ibunya yang tengah ditunjukkan olehnya.
" Sarada kamu jangan sok tahu!" Seloroh Itachi, Anak itu cemberut lalu menatap Ayahnya lagi.
" IH! Ibu Guru Sakura mengatakannya sendiri. Lagipula Sarada setuju saja kalau calonnya Ibu Guru Sakura " Senyuman cantik langsung menghias bibir anak perempuan berusia tujuh tahun itu. Tapi beberapa detik kemudian langsung luntur begitu melihat tatapan tajam Ayahnya yang begitu menusuk. Terakhir kali ayahnya seperti ini karena Sarada ngotot minta dibelikan ice cream.
" Sarada, Daddy tidak pernah mengajarimu seperti ini. Habiskan dulu makananmu, belajar lalu tidur. Daddy mau bersih-bersih lalu ganti baju "
Tanpa pamit pada kedua orang tuanya. Sasuke yang memang keras kepala meninggalkan mereka begitu saja dengan tanda tanya. Itachi hanya menghela nafas, entah kenapa ucapan Sarada membuatnya waspada. Kalau benar Sasuke ingin mendekati Sakura bukankah harusnya ia bergerak cepat?
Kalau masalah wanita ataupun dijodoh-jodohkan kedua pria itu pasti menolak keras. Kasihan cucunya sedari kecil belum pernah mendapat kasih sayang seorang Ibu secara utuh. Karin, yang tak lain adalah mantan istri anaknya hanya bisa datang enam bulan sekali karena harus berpindah-pindah mengikuti suaminya yang punya bisnis di berbagai belahan dunia.
Melihat wajah murung cucunya, Fugaku langsung membawanya turun dari kursi dan mengajaknya keluar. Mungkin beli sesuatu dimini market yang ada didalam komplek perumahan mereka membuat moodnya bagus kembali. Fugaku tak bisa memaksa Itachi maupun Sasuke karena tahu pikiran anaknya pasti terbagi antara anak dan perusahaan.
Mereka memang harus sabar, tapi entah sampai kapan kedua hati putranya tergerak untuk menikah ia sendiri tak bisa berbuat banyak. Saat anak bungsunya mengatakan akan menikah dengan Karin, mereka semua syok. Ditambah fakta kalau mereka hanyalah teman baik membuatnya curiga. Dan ternyata benar, saat ditanya anak nya mengaku kalau dia sengaja menghamili Karin hanya karena ingin membantunya keluar dari perjodohan yang diatur keluarganya.
Akhirnya mereka menikah. Karena kecelakaan yang tak pernah diinginkan siapapun. Pisah ranjang walaupun hidup dalam satu rumah. Mereka semua bahkan sampai heran. Sampai saat cucunya lahir dalam beberapa minggu Karin menggugat anaknya kepengadilan karena memang mereka tidak saling mencintainya.
Well, pernikahan mereka diadakan secara mendadak. Ia mengira mereka akan langgeng, nyatanya cinta memang dibutuhkan untuk membina sebuah rumah tangga. Itachi bahkan tak bisa berbuat apa-apa karena dilangkahi. Ia kebingungan kemana sebenarnya arah hidup adiknya yang tahu-tahu menikah lalu bercerai begitu saja.
" Sarada, boleh Grandpa tanya sama kamu? "
" Tanya saja, untuk grandpa tidak perlu bayar " Pria berumur setengah abad lebih itu tersenyum karena sahutan cucunya.
" Kamu ingin sekali Sakura menjadi Ibumu?" Anak itu berteriak girang didepan halaman rumah. Membuat Fugaku tak bisa menahan tawanya.
" Besok bawa Ibu Guru Sakura kerumah, kita akan beri kejutan untuk Daddy "
" Tapi Daddy tidak akan marah kan seperti tadi? " Sasuke memang kadang keterlaluan, marah tidak tahu tempat termasuk dengan cucunya.
" Kalau Daddy marah, Grandpa akan menjewernya "
... tbc ...
Akhirnya pindah lapak juga.
Maaf ya untuk Mi Amour tidak akan ada lanjutannya lagi. Masih banyak kok cerita SasuSaku yang belum di pos, semoga suka❤️
Ini sebenernya cerita yang udh nangkring 1 taun di draft tapi bukan sasasaku karakternya. Jadi kalo ada typo tolong diinfo. Luv acilchoi:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Marriage (SASU X SAKU) ✔
Fanfiction📍 Mature for Language Content 📍 Sakura sangat menyukai Sarada, begitu pula Sarada yang begitu menyukai Sakura. Bagaimana kalau mereka disatukan menjadi seorang Ibu dan Anak diatas kontrak yang dibuat oleh ayah dari Sarada. ...