" Permisi Tuan, saya mau minta berkas yang kemarin " Sasuke yang tengah fokus pada laptop kini beralih menatap sekertarisnya yang sudah mengabdikan diri selama lima tahun kepadanya.
Wanita itu mendekat pada tangan Sasuke yang mengulur padanya. Matanya menatap mata Hana yang masih setengah takut. Padahal sudah bekerja lama sekali kepadanya tapi masih saja takut.
" Kamu sudah batalkan pertemuan saya hari ini bukan? " Wanita itu mengangguk. Ia melaksanakannya sebelum berangkat kantor tadi. Berjaga-jaga agar Sasuke tidak mengamuk.
" Tolong telfon Naruto. Minta dia hubungi Sakura dan suruh datang kesini " Sekertarisnya mengangguk patuh. Kedamaian, perintah mutlak dan ketentraman kerja Sasuke bergantung kepadanya. Kalau tidak bisa diamuk dia oleh pria tampan yang tak lain merupakan bosnya ini.
Pria itu tampan tapi entah kenapa ia sangat dingin dan tak tersentuh. Sudah ratusan pegawai wanita yang patah hati karena penolakan Sasuke. Usaha mereka mendekatinya pun berakhir sia-sia. Minus dirinya karena saat masuk kesini ia sudah menikah dan tak ada pria lain yang ia inginkan selain suaminya sendiri.
" Baik Tuan! " Tuturnya. Hana hendak berbalik, namun ia kembali menatap wajah bosnya saat pria itu kembali memanggilnya.
" Nanti kalau ada wanita yang datang kesini berarti Sakura Haruno. Perlakukan dia dengan baik " Hana mengangguk. Baru kali ini pria itu memerintah seperti itu, perihal wanita lagi. Padahal sebelumnya mana pernah. Setahu Hana setelah Ibunya dan putrinya yang cantik itu tak pernah ada wanita yang masuk kedalam ruangannya. Tolong tambahkan dirinya juga.
" Sepertinya saya pernah bertemu. Anak Tuan Kizashi Haruno? Yang tinggi dan putih seperti model? " Sasuke mengangguk, rupanya si pendiam dan penakut ini tahu juga mengenai Sakura. Tidak perlu mendeskripsikan Sakura lagi karena Hana sudah mengenalnya dengan baik.
" Permisi Tuan" Tuturnya. Sasuke mengangguk. Pria itu lalu membaca kembali perjanjian Pra Nikah yang sudah ditulisnya dengan susah payah itu. Benarkah yang sudah dilakukannya ini? Ia memang harus membicarakan ini dengan Sakura. Karena ia tak ingin wanita itu sengaja memanfaatkannya. Tak menutup kemungkinan juga wanita itu tengah membalaskan dendam kepadanya karena ucapan kurang ajarnya.
Huft! Ucapan kurang ajar? Bahkan Sasuke yang begitu kurang ajar karena pria itu sudah berani-beraninya mengerang dan mendesahkan nama wanita cantik yang hingga kini tak pernah hilang dari bayanganya.
Sasuke berusaha fokus. Pria itu menutup jendala microsoft excel miliknya lalu kembali menekuni angka-angka yang ada dihadapannya. Belum lama ia mendapat telfon dari Itachi kalau ia berhasil menandatangani kontrak dengan Pria Italia yang mana dijadwalkan hari ini. Ia sudah mengucapkan selamat, tapi tidak etis kalau hanya dari telfon. Mungkin kedua orang tuanya akan merayakan pesta keberhasilan Kakaknya.
Apakah ia iri? Tentu saja tidak! Mereka dibesarkan dengan kasih sayang berlimpah. Mana mungkin ia iri pada Itachi yang ikut membimbingnya juga.
Dua jam bergelut dengan laptop dan curva membuatnya mendadak pening. Sudah hampir pukul setengah sebelas, yang artinya masih ada waktu satu jam lagi sebelum ia pulang. Ia tak sadar kalau ponselnya bergetar, ada telfon masuk. Nomer asing yang tak pernah menelfonnya. Karena nomer telfon ini hanya keluarga dan para sahabatnya saja yang tahu.
Ia mencoba mengangkatnya. Dan suara yang pertama didengarnya adalah suara seorang wanita. Tanpa menyebut namanya pun ia sudah tahu kalau suara lembut ini milik siapa.
" Sasuke, aku didepan ruanganmu " Sasuke kaget. Bagaimana bisa? Bukankah dia sudah menyuruh Hana untuk memperlakukannya dengan baik? Dan panggilan sok akrab itu.. Sasuke merutuk Sakura yang sama sekali tidak sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Marriage (SASU X SAKU) ✔
Fanfiction📍 Mature for Language Content 📍 Sakura sangat menyukai Sarada, begitu pula Sarada yang begitu menyukai Sakura. Bagaimana kalau mereka disatukan menjadi seorang Ibu dan Anak diatas kontrak yang dibuat oleh ayah dari Sarada. ...