10. Rasa yang hadir

2.3K 219 17
                                    

Persiapan pernikahan yang hanya sepuluh hari itu membuat Sakura kalang kabut. Ia langsung mengajukan cuti pada kepala sekolahnya agar ia diizinkan menikah.

Hari ini adalah hari dirinya mencari cincin. Setelah jam sekolah usai, ia dan Sarada langsung menuju lokasi yang sudah diberitahu oleh Mikoto, calon mertuanya.

Wanita itu mengatakan kalau Sasuke akan menyusul. Sedangkan calon mertuanya itu tengah berada dibutik langganannya untuk memesan gaun juga jas untuk hari pernikahan.

Sarada, jangan ditanya bagaimana wajahnya. Anak gadisnya tentu saja sangat antusias. Senyum bahkan tak henti-hentinya terbit dibibir mungilnya. Berbanding terbalik dengannya, ia begitu kalut memikirkan bagaimana caranya menyembunyikan surat perjanjian mereka.

Dia tak yakin kalau Sasori tak akan membunuh Sasuke kalau tahu adiknya hanya dipermainkan. Selama menaiki taksi kepalanya tak berhenti untuk tak menatap jendela. Walaupun tangannya tertaut dengan tangan Sarada tetap saja ia tak tahan karena sudah terlanjur mengecewakannya.

Hanya butuh waktu dua puluh menit dari sekolah menuju toko perhiasan langganan keluarga Uchiha. Sakura dan Sarada langsung mendekati sang pelayan yang berdiri menyambut mereka. Bertanya benarkah mereka berdua orang yang sudah ditunggu-tunggu pemilik toko. Rupanya benar. Sakura yang akan memesan cincin untuk pernikahannya.

" Siang Nona dan gadis kecil ini pasti anak Tuan Uchiha Sasuke " Tutur salah satu pekerja ditoko perhiasan tersebut.Sarada mengangguk dengan senyum manis khasnya.

" Oh siang, saya ingin ... " Ucapannya terhenti karena mereka berdua merupakan tamu spesial yang memang sudah ditunggu kehadirannya.

" Pilihan anda sudah kami siapkan tinggal mencocokkannya saja " Sakura tersenyum. Pasti calon mertua perempuannya sangat antusias sehingga pria yang begitu berwibawa dihadapannya ini sudah sangat paham.

" Apa Tuan Uchiha sudah datang? " Sarada menirukan panggilan mereka. Pria yang dikenal sebagai pemilik itu menggelengkan kepalanya tanda belum.

" Silahkan duduk disofa Nona, mungkin Tuan Uchiha sedang ada kendala diperusahaan mengingat dialah pemegang saham tertinggi " Sakura tak menyangkal. Setidaknya pria itu meluangkan waktunya. Seperti dirinya yang sudah mengajukan cuti dari jauh-jauh hari.

Mereka akhirnya duduk. Tak terasa waktu berjalan sangat cepat dan sekarang sudah setengah jam mereka menunggu namun belum ada tanda-tanda.

Sakura ingin menghubungi Sasuke namun ia ragu. Seharusnya saat ia datang ke perusahaan kemarin ia meminta nomer Hana. Kenapa ia bodoh sekali?

Wanita itu memutuskan untuk mengirimi pesan pada Sasuke. Pesan dari aplikasi berwarna hijau itu menunjukkan centang satu yang artinya belum terkirim.

Melihat wajah cemas Ibunya, Sarada menggenggam tangannya.

" Are you okay , Mommy? " Sakura memang frustasi. Dan Sarada pintar sekali membaca kegelisahanya.

" I'm okey Sarada, Daddy mu tidak membalas pesanku " Matanya melotot lucu dan Sakura mencubit pipinya gemas.

"  Coba untuk menelfonnya Mommy, Daddy tidak akan membacanya kalau Mommy hanya mengiriminya pesan " Sakura mengangguk atas saran anaknya. Wanita cantik itu langsung menempelkan ponselnya ditelinga begitu nadanya tersambung.

Sarada memperhatikan dengan eksama. Apalagi saat Sakura berbisik kalau telfonnya sudah diangkat. Tapi apalah daya, sepertinya pria disana sama sekali tak menginginkan dirinya yang menelfon terbukti dengan nada malas yang terdengar saat pertama menyahut telfonnya.

" Ada apa? Kamu tahu kan ini jam kerja? " Dingin, sangat dingin. Sakura hanya menyimpan kesedihannya didalam hati. Cepat sekali pria itu berubah.

Bittersweet Marriage (SASU X SAKU) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang