Daster Kuning

12 1 0
                                    

Yuksa menghampiri Mimi yang sedang menyusui putrinya di dalam kamar.

"Teh?" Panggil Yuksa pelan nan sopan di depan pintu.

"Ya Neng bentar" Seru Mimi nyaring dari dalam.

Klek.

"Ada apa Neng?" Tanya Mimi setelah pintu terbuka dengan si kecil yang berada di gendongannya.

Yuksa melihat ke wajah gadis batita itu dengan wajah biasa saja, ia takut anak kecil asal pemirsa ketahui. Itulah sebabnya ia menjadi anak tunggal takut kena mental kata ayahnya.

"Teh boleh Yuksa pinjem bajunya Teh?" Ucap Yuksa gerogi.

Mimi tersenyum "boleh atuh. Tunggu sebentar ya. Maaf pegangin dulu Nissanya"

Seperti terkena setruman Yuksa bergidik ngeri ia melotot kecil matanya, syok. Melihat makhluk kecil ciptaan Tuhan hasil usaha ibu bapaknya.

Yuksa menerima Nissa kedekapannya anak dua tahun itu terus berceloteh serta menarik-narik rambut sepunggung Yuksa yang diikat satu. Dengan gemetaran menahan nafas Yuksa membawa Nissa ke ruang tamu dan terdapat Saka yang sedang asik dengan laptopnya. Yuksa menyimpan Nissa di pangkuan Saka.

"Please tolongin. Aku gak bisa" Yuksa menyahut sebelum Saka berbicara. Saka melihat Yuksa kembali yang sedang mengusap keringatnya yang terlihat deras sampai atas bibirnya pun berkeringat.

Saka melihat Nissa di pangkuannya yang sedang memanggilnya. "Om. Mau mamam" Celetuk Nissa.

Saka tersenyum lembut. "Sabar" Seraya menepuk pundak bocah tersebut dengan lembut.

Yuksa kelelahan ia tertidur di atas kursi kayu panjang tanpa alas. Kemudian Mimi datang dengan pakaian di tangannya.

"Lho kok dia tidur katanya mau mandi?" Tanya Mimi heran.

Mimi melihat Saka yang berkutat dengan laptopnya dengan Nissa yang berada di pangkuannya.

"Sini sayang Om Saka lagi kerja" Panggil Mimi pada Nissa dan anak kecil itupun menghampiri Mimi yang berada di dekat Yuksa.

Nissa naik ketubuh Yuksa dan mencium pipinya lembut khas anak kecil.

"Jangan gangguin Kakaknya sayang. Ayok!" Mimi menggendong Nissa. "Oya Saka! Teteh mau pulang dulu ya mau lihat Ibu " Saka mengangguk dan menyerahkan sejumlah uang untuk Mimi.

"Untuk beli obat buat Ibu" Serunya. "Dan terimakasih sudah menjaga rumahku" Tambahnya.

Mimi mengangguk senang karena sudah diperhatikan oleh sepupunya itu. Mereka sepupu dari mendiang ibu Saka.

"Teteh udah nyiapin baju untuk Neng Yuksa. Dan Teteh juga mau sekalian bilang sama Pak RT kamu udah pulang sama tunangan kamu" Saka menoleh pada Mimi dengan raut tak paham.

"Biar jelas saja gak mungkin kan Teteh bilang kamu pulang bawa gadis yang gak di kenal" Tambah Mimi yang diangguki Saka tanda setuju.

Mimi telah pergi pulang kerumah ibunya yang berada di tengah perkampungan sedangkan rumah Saka berada di ujung kampung dan belakangnya terdapat sebuah astana alias wilayah pekuburan milik keluarga besarnya. Dan di sana juga ada ibunya.

Saka menutup laptopnya kasar ia melihat Yuksa yang sudah tertidur pulas dengan badan miring sebelah kakinya berada di paha Saka. Saha menurunkan kaki tersebut ia melangkah ke kamar.

Terasa ada yang menggelitik hidung Yuksa seketika "huachimmmm...." Yuksa bersin dengan kerasnya. Ia bangun dan melihat ke sekitar sebuah kamar yang bercat hijau muda ukuran tiga meter tapi sedikit berdebu dan kumuh seperti bertahun-tahun jarang di bersihkan. "Huaciiiimmmm" Yuksa menggosok hidungnya yang gatal.

Ia bangun dan mencari ponselnya. Masih sore pukul 8. Ia seakan lupa ia berada dimana. Yuksa keluar kamar dengan sedikit pintu yang berdecit ia celingak celinguk mencari sapu dan pengkinya. Ternyata tidak ketemu.

"Masa ada di luar?" Dan ia seketika teringat dengan pemakaman yang ada di belakang. Ia takut kuburan apapun bentuknya.

Sekelebat bayangan putih melintas "huwaaaaaaaa..." Teriaknya sambil masuk kembali.

"Ini kampung kok horor banget sih?" Gumam Yuksa takut.

Duarrr.. Suara petir

"Aaarghhh..."

"Tuan Saka" Teriak Yuksa takut.

"Hum." Tiba-tiba ada yang menyahutinya dari dalam.

Yuksa menoleh. "Aduh setannya kok ikutan kedalam sih?!" Pekiknya takut dengan lutut yang ikut bergetar, Yuksa terduduk dengan memeluk lututnya.

"Saya bukan setan. Lagian kamu kok bisa masuk kamar saya?" Tanya Saka heran masih dengan posisi tidurnya.

"Aaaku tadi ketemu hantu" Yuksa langsung melompat ke kasur langsung nyerocos. "Rumah Kak Saka serem amat?"

Saka melirik Yuska dari ekor matanya dengan sebutan kakak yang keluar dari mulut Yuksa ia kurang percaya.

Yuksa menghembuskan nafasnya pelan. Yuksa menyadari perkataannya barusan membuat Saka tentunya heran dengan kata 'Tuan' berganti dengan sebutan 'kakak' darinya.

"Gak apakan aku panggilnya Kakak aja biar akrab gitu?" Yuksa melihat Saka dengan harap harap cemas ia takut jika panggilannya di tolak Saka lalu ia mengusirnya, kan bahaya.

"Terserah" Saka menarik selimutnya karena cuaca pedesaan semakin larut semakin dingin.

Yuksa masih takut dengan yang tadi ditambah hujan deras yang tambah membuatnya tidak bisa tidur apalagi dengan tubuh yang belum mandi serta mengucur keringat tambahlah kegelisahan hatinya. Ia termenung sambil memperhatikan Saka yang tertidur.

Insting seorang Saka tak pernah tidur ia menyadari sedari tadi gadis itu menatapnya. Saka bangun dari kasur ia melangkah keluar dengan Yuksa yang mengekorinya.

Saka masuk ke kamar mandi yang siang tadi sempat Yuksa masuki. "Kau diamlah disini tunggu saya buang air kecil dulu"

Yuksa tersentak tiba-tiba hawa di wajahnya kian memanas 'Tuhan aku malu sekali' Yuksa mengangguk tanpa berani menatap seakan lantai putih itulah yang mampu menyelamatkannya dari rasa malu. Yuksa meneliti sekelilingnya ia baru ngeuh dengan interiornya ternyata rumah satu lantai itu cukup luas hanya saja sedikit kurang terawat tapi tenang itu bisa ia atasi esok hari.

Pintu kamar mandi terbuka Yuksa menoleh. Saka keluar dari sana dengan rambut setengah basahnya.

"Kau mandilah terlebih dahulu" Saka melenggang pergi.

Dengan takut Yuksa pun masuk namun di pertengahan jalan. "Baju gantiku mana?" Seakan teringat kembali ia tak membawa benda tersebut.

Saka menyerahkan daster kuning dengan isiannya seumur hidupnya Saka baru kali ini membuang gengsinya untuk membeli pakaian dalam wanita. Terserah muat atau tidaknya yang penting ia sudah berinisiatif membelikannya saat Yuksa tertidur.

"Ambilah" Saka memberikannya hati hati takut jatuh dan tercecer di lantai yang basah, ia tak mau kembali membelikannya lagi.

"Te...terimakasih Kak!" Yuksa menutup pintu kamar mandi dengan wajah yang merah bak tomat masak.

Dengan tubuh terlilit handuk Yuksa memperhatikan nomor di balik bra tersebut. "Darimana dia tahu ukuran ku?" Cicit Yuksa takut.

Ia pun mengangkat pasangannya "ini juga pas sekali?!"

Yuksa si over positif thinking ia pun hanya menggerakkan bahu acuh.

Keluar dari kamar mandi aroma nasi goreng menguar wanginya masuk ke hidung Yuksa dan di sambut merdu para cacing yang berada di perutnya.

"Sabar" Yuksa mengusap anak anak asuhnya yang minta jatah.

Yuksa duduk di hadapan Saka. "Buat aku kan?" Tanyanya dan Saka mengangguk.

Setelah berdoa Yuksa pun langsung melahapnya.

Saka & XuxaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang