Part 14

242 23 0
                                    

Author

Setalah kejadian yang menegangkan itu terjadi dan Kyuhyun sudah membawa paksa Jiah untuk pulang agar tidak semakin mengundang para tetangga Seul Ah yang melihat mereka jambak-jambakan.

_Skip!_

Nana terduduk di lantai kamarnya sambil bersender menghadap sebuah bingkai yang terletak di atas meja belajarnya, dengan tatapan sendu dan bola mata yang mengisyaratkan bahwa dia sangat merindukan sang ayah.
"Ayah.. Nana ingin bertemu".

Ia bangkit dan berjalan perlahan menuju kearah lemari yang terletak di samping meja belajarnya, Nana membuka dan mengambil sebuah kotak berukuran sedang kemudian ia letakkan keatas meja, lalu ia membukanya secara perlahan.
Setelah kotak berukuran sedang itu terbuka, Nana terisak mengambil sebuah mainan robot yang lengannya sudah tidak ada, tapi kondisinya masih cukup bagus.

Jaemin pov

Akhirnya aku membuka kotak ini lagi, kotak yang menyimpan hadiah terakhir ayah untukku.
Seharusnya ayah yang memberikan kepadaku secara langsung saat itu, tapi justru paman Taeyong dan Doyoung yang memberikannya!.
Saat itu aku masih sangatlah kecil masih belum bisa memahami situasi yang terjadi pada keluarga kami, namun sekarang usiaku sudah bisa memahami semua situasi dan terus memohon kepada Tuhan agar memberikan sebuah keajaiban dalam hidupku ini.

Entah keajaiban apakah itu asalkan bisa membuatku kembali mendapatkan sebuah cinta yang sedari dulu hilang.
Jika Tuhan memberikan sebuah keajaiban maka aku ingin ayahku kembali walaupun itu sangatlah tidak mungkin! Dan lagi aku menjadi Nana yang rapuh malam ini.

*Tokk.. Tokk.. Tokk..*
Aku mendengar suara pintu kamar ku di ketuk dari luar dengan pelan dan segera aku menyeka air mataku lalu berjalan membuka pintu.

Jeno pov

Tak lama aku mengetuk pintu aku melihat Nana yang terlihat seperti biasa, wajah yang tersenyum ceria tapi hatinya terluka. Aku bergegas meminta masuk ke kamarnya dan langsung mengunci pintunya, Nana yang melihat tingkahku yang bisa dikatakan tidak biasa itu hanya menatap heran.

Segera aku menarik tangannya dan memaksa nya duduk di kursi berlajarnya, aku menaruh jinjingan yang aku bawa kemudian membukanya. Nana yang melihat itu langsung menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan.

"Ayo, dimakan sebelum tteokbokkinya dingin". Aku langsung menyuapinya dan dia langsung memakannya dan langsung mengambil alih sumpit yang ku pegang.
"Terimakasih". Aku melihat matanya berkaca-kaca dan aku hanya membalasnya dengan senyuman.
"Tidak perlu mengatakan itu, biar bagaimanapun kita saudara dan aku adalah kakakmu walaupun tidak sedarah. Ayo, habiskan agar tenagamu terisi dan kuat menghadapi ibu kita, aku ada di pihakmu mulai sekarang". Nana langsung memelukku sangat erat dan aku melihat punggungnya bergetar.
"Aku tau kalau kakak itu orang yang baik". Nana semakin erat memeluk tubuhku
"Maaf, selama ini aku salah sangka kepada dirimu, maaf kalau selama ini aku memperlakukan kamu sangat buruk dan bagaimana bisa kamu mendapatkan sikap seperti ini dari ibu sejak usia 2 tahun?". Aku pun akhirnya ikut menangis, seharusnya aku menenangkan Nana tapi kenapa justru Nana yang menenangkan ku!

Author pov

Sepanjang malam itu Jeno berada di kamar Jaemin dan membuat mereka menjadi sangat dekat, sesekali mereka tertawa terbahak-bahak saat Jeno melontar sebuah lelucon yang sangat konyol.
Di sela Jaemin mendengarkan Jeno, ia bersyukur kakak tirinya menjadi dekat dengannya dan ia kembali bersemangat lagi setelah Jeno menghiburnya.
"Tuhan terimakasih sudah menjawab doaku". Ucap Nana dalam hati.




_BERSAMBUNG..._

~~ WHY AM I DIFFERENT? ~~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang