Lisa berada diperpustakaan pada jam istirahat pertama.
Tadi malam,
Sepetinya pukul 2 dini hari Lisa pergi ke dapur. Berniat mengambil air minum.
Saat melewati ruang kerja ayahnya tidak sengaja Lisa mendengar percakapan ayahnya dengan seseorang.
"Urus saja. Akan aku pastikan Lisa pergi ke Amerika saat dia lulus"
Omong kosong apa ini? Kenapa Lisa harus pergi ke Amerika?
Dia ingin pergi ke universitas yang sama dengan teman-temannya."Apapun yang ayah rencanakan aku menolak" kata Lisa memasuki ruang kerja ayahnya.
Ayahnya langsung menutup telfonnya, "Ayah tidak perlu persetujuanmu"
"Maka aku juga tidak perlu menurutimu"
"Lalisa!"
"Jangan berteriak padaku!"
Ayahnya mendekat dan mengcengkram kedua pundak Lisa.
"Selama ini kau hidup dengan uang ayah jadi tutup mulutmu dan ikuti semua perkataan ayah"
"Ayah merasa rugi? Jika begitu kenapa dulu ayah menaruh sperma sialanmu pada rahim ibu!" balas Lisa.
Plak!
Tamparan keras mendarat pada pipi kanan Lisa. Lisa mendecih. Mendorong dada ayahnya dengan keras dan memilih pergi dari ruang kerja ayahnya.
Setelah itu Lisa tidak bisa tidur akibat sibuk menangis. Untung saja matanya tidak begitu membengkak.
Akibatnya Lisa menjadi sangat mengantuk sekarang.
Tidak sampai 5 menit ketika kepala Lisa menyentuh meja Lisa langsung tertidur.
Lisa tidak tau sudah berapa lama ia tertidur sampai Lisa merasakan seseorang menepuk pipinya dengan keras.
"Heh, bangun"
Lisa mengedipkan mata beberapa kali,
"Terkutuklah siapapun yang membangunkanku"
Jennie melemparkan roti dan dan botol air mineral ke meja.
"Terimakasih. Aku tersentuh" ucap Lisa datar.
Jennie mendudukan dirinya dikursi depan Lisa.
"Kau mau menjadi tengkorak hidup? Makanlah dengan benar"
"Aku mengerti. Sekarang tutup mulutmu dulu. Biarkan aku makan" balas Lisa tak kalah sinis.
Lisa dan Jennie itu seperti memiliki love-hate relationship.
Mau sekasar apapun perkataan Jennie, Lisa tidak akan marah.
"Ada apa dengan kantung matamu? Terlihat menyedihkan" tanya Jennie yang seperti mengajak Lisa berkelahi. Ketus.
"Aku tidak tidur" jawab Lisa jujur.
"Untuk hal apa?"
"Hanya sedang memiliki suatu hal untuk dipikirkan"
Jennie diam, raut wajahnya menunjukan ketidaksukaan akan jawaban Lisa.
"Lalu apa yang kau lakukan?" tanya Jennie.
Lisa menegak air mineralnya, "Berpikir"
Jennie menghela nafas kasar, "Cobalah untuk terbuka Lisa. Jika tidak bisa denganku atau dengan 2 anak itu. Maka terbukalah pada kakakmu"
"Akan aku usahakan"
"Aku tidak butuh usahamu, cukup tunjukan sekarang juga"
"Kau benar-benar menyebalkan Kim Jennie"