Lisa maupun Jungkook memiliki rasa sakit mereka sendiri. Mereka memiliki lukanya sendiri untuk disembuhkan.
Hanya saja cara mereka berdua berbeda.
.
.
.
3 tahun kemudian.
Jungkook bangun dari tidurnya. Sekarang ia memiliki kelas pagi.
Jeon Jungkook. Mahasiswa perbisnisan semester 6.
Jeon Jungkook meregangkan tubuhnya. Sudah satu minggu ini Jungkook belajar mati-matian karean tengah penilaian akhir semester.
Dan hari ini adalah hari terakirnya. Puji Tuhan.
"Pagi, bu" sapa Jungkook ketika bergabung dengan ibunya untuk sarapan.
"Selamat pagi juga, sayang" kata ibunya.
Jungkook memilih tidak banyak bicara saat makan. Karena memang kepribadiannya seperti itu. Pendiam dan dingin.
"Minggu depan Lisa kembali"
Suara ibunya mengehentikan pergerakan tangannya. Juga jantungnya
Bibir Jungkook kelu. Tidak bisa menjawab apapun.
"Ibu tidak tau apa masalahmu dengan Lisa sebelum keberangkatannya. Tapi ibu berharap saat dia kembali, jadilah kakak yang baik untuknya" kata ibunya dengan mengelus tangan Jungkook diatas meja.
"Jungkook-ah" ulang ibunya.
Jungkook menggigit bibir bawahnya, "Baiklah. Aku akan jadi kakak yang baik untuknya"
.
.
.
Satu minggu kemudian.
Jungkook memasukan kedua tangannya pada saku celana. Wajah datar menjadi andalannya untuk sekarang. Meskipun begitu ketampanannya mampu mengalihkan mata orang-orang yang tidak sengaja memandangnya.
Jungkook masih terus menunduk. Entah kenapa lelaki itu gugup.
20 menit Jungkook menunggu ditempat ini. Dibandara.
Menjemput adiknya, kekasihnya, wanitanya.
Ekor mata Jungkook kemudian menangkap bayangan seseorang. Yang selama ini selalu Jungkook tunggu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang 3 tahun ini mampu menjungkir balikan dunianya.
Dialah. Lalisa Manoban.
Kekasih cantiknya.
Lisa melambaikan tangannya dan tersenyum saat matanya bersitatap dengan Jungkook. Jungkook sendiri masih diam ditempatnya.
Terpaku dengan pergerakan Lisa yang terus mendekat kearahnya.
