Jungkook dan Lisa berjalan disepanjang lorong sekolah bersama. Biasanya Jungkook akan meninggalkannya setelah keluar dari mobilnya tapi entah kenapa tiba-tiba pagi ini Jungkook sangat menempel padanya.
"Jika kau menempel padaku karena merasa bersalah akan hal sebelum berangkat, maka aku memaafkanmu" kata Lisa karena merasa risih melihat tatapan perempuan-perempuan pemuja Jungkook yang menatapnya sepanjang lorong. Seperti sekte sesat saja.
"Aku hanya ingin berjalan bersamamu, tidak boleh?" tanya Jungkook.
"Tidak, aku tidak nyaman"
Jungkook menoleh dan memukul lengan Lisa, "Bukankah kau terlalu kejam? Setidaknya berbohonglah sedikit untuk menyenangkan hatiku" kata Jungkook.
Lisa mengusap lengannya. Dasar Jungkook tukang main kekerasan pada Lisa.
"Untuk apa? Aku sama sekali tidak mendapat keuntungan berada didekatmu" balas Lisa.
Jungkook akan mencekik leher Lisa jika saja salah satu teman Lisa tidak mendatangi mereka. Sebenarnya bukan teman Lisa, lebih tepatnya salah satu lelaki yang mengejar Lisa. Bagaimana Jungkook tau? Tentu saja karena Lisa yang hobi pamer jika ada lelaki yang mengejarnya.
"Hai" sapa Kim Wohan. Sepertinya itu namanya seingat Jungkook.
Lisa hanya tersenyum.
"Aku ingin berbicara denganmu, bisakah?" tanya Wohan.
Lisa melirik Jungkook. Tapi Jungkook hanya memasang wajah acuh.
"Baiklah. Aku pergi" pamit Lisa pada Jungkook dan berlalu pergi dengan Woohan.
.
.
.
Disinilah Lisa dan Wohan.
Taman sekolah.
Lisa melirik jam tangannya, "Bisakah kita percepat? Katakan apapun yang ingin kau katakan, waktuku tidak banyak" kata Lisa.
Kim Wohan mengusap tengkuknya pelan. Gugupkah?
Lisa menghela nafas, sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Lisa melipat kedua tangannya didepan dada.
"Mari berkencan Lisa-ya" kata Kim Wohan akhirnya.
Dan Lisa tidak terkejut sama sekali.
"Kenapa aku harus?" tanya Lisa.
Kim Wohan menatap Lisa dengan tidak percaya diri dan gugup, "Kita sudah menghabiskan waktu bersama satu bulan terakhir ini. Aku merasa kita cocok satu sama lain"
Lisa memainkan rambutnya pelan, masih mendengarkan segala perkataan atau omong kosong Kim Wohan lebih tepatnya.
"Tidak ada salahnya mencoba berhubungan bukan?" kata Wohan.
"Aku rasa ada kesalahpahaman, disini yang merasa cocok hanyalah dirimu. Aku bahkan tidak pernah berpikir untuk berteman denganmu apalagi berkencan" jelas Lisa. Lalisa adalah wanita yang tidak suka berbelit-belit.
Kim Wohan terdiam.
"Selama sebulan ini memangnya apa yang kau dan aku lakukan?"
"Kau dan aku hanya mengerjakan tugas bersama dikafe secara rutin. Aku bersikap baik karena itu hal yang harus aku lakukan pada patnerku" sambung Lisa.
"Tapi bisakah kau mencobanya bersamaku?" tanya Wohan tidak menyerah.
Lisa membasahi bibirnya, sedang menahan diri untuk tidak mengumpati lelaki tak berotak didepannya ini.
"Tidak"
Kim Wohan beralih menggengam tangan Lisa, "Aku mohon"
Lisa jujur mulai merasa risih. Hancur sudah anggapan Lisa pada Kim Wohan sebagai lelaki pendiam dan sopan.